Cintaku Pada Presdir - Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
Terdengar suara orang berbicara, tapi tidak jelas.
Pemilik tangan yang sedang kupegang sepertinya terasa jengkel, menarik kembali tangannya dari peganganku, kemudian, aku hanya merasakan tubuhku mendingin, seperti ada orang yang sedang menanggalkan pakaianku.
Aku langsung melawannya, ingin membuka mata, tapi kelopak mata terasa sangat berat dan sulit untuk dibuka, hanya bisa berkata dengan lemas, “jangan… …”
Suara yang familiar itu kembali dikeluarkan dari mulutnya, “jangan gerak, kamu demam, apa yang mungkin aku lakukan?”
Ternyata masih dia yang berada di sampingku, aku pun tertidur dengan tenang.
Beberapa saat kemudian, bagian lain dari ranjang sepertinya sedikit mengempis, aku ditarik masuk ke dalam pelukan seseorang, seluruh tubuhku menjadi lebih hangat.
Esok subuh, aku bangun dan duduk di atas ranjang sambil menggosok mata, melihat tempat di sebelahku yang kosong, aku tidak bisa membedakan kejadian semalam adalah mimpi atau kenyataan.
“TokTokTok.”
Suara ketukan pintu, Bibi He mendorong pintu dan masuk, “Nona Ning, sarapan sudah selesai disiapkan.
“Iya.” Setelah berpikir-pikir, aku masih saja tidak bisa menahan penasaranku, aku pun pura-pura bertanya dengan santai: “semalam ada orang yang masuk ke kamarku?”
Ekspresi Bibi He tidak terlalu wajar, “saya ada masuk, kamu salah membuka penghangat menjadi pendingin, pas tengah malam kamu sedikit demam, jadi saya menaikkan suhu penghangat.”
Aku mengangguk, tersenyum menuturkan: “ternyata begitu, maaf sudah repotin malam-malam.”
Dia bersikap sopan membalas perkataanku, setelah itu barulah dia membalikkan badan dan keluar dari kamar.
Melihat kepergiannya, senyumanku menghilang sedikit demi sedikit.
Semalam aku baru bisa tertidur setelah berbaring lama, kalau karena pendingin suhunya terlalu rendah, kenapa diriku sendiri tidak terasa.
Sepertinya, di hari-hari ke depan, bahkan tidur saja aku harus tetap berjaga-jaga.
Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, aku pun turun untuk sarapan.
Waktu masih pagi, Jinshi juga belum keluar, dia sedang menyantap sarapannya di meja makan, sebelah kanannya terletak kopi yang hanya tersisa setengah cangkir.
Dulu dia memiliki kebiasaan ini, tapi kondisi lambungnya tidak terlalu baik, setelah nikah, aku pun melarangnya untuk minum kopi dalam keadaan perut yang kosong.
“Lambungmu… …”
Baru saja kata itu dikeluarkan dari mulut, aku segera menghentikan, dia mengangkat kelopak, menatapku aku, “apa?”
Aku menggelengkan kepala, “tidak.”
Aku diam-diam memperingatkan diriku sendiri, aku dan dia sudah cerai, bukan kewajibanku untuk perhatian padanya, kali ini tujuanku pulang juga bukan karena ingin menikah kembali dengannya.
Dan juga, menghabiskan waktu empat tahun menjadikan diriku begitu hancur, sudah cukup, aku tidak boleh mengulangi kebodohan itu lagi.
Semalam aku tidak makan, dan sekarang sangat lapar, duduk dan langsung menyantap makananku.
Akhir-akhir ini aku semakin memilih-milih makanan, sambil makan bubur sambil memikirkan makanan apa yang akan aku buat hari ini, yang sesuai dengan seleraku.
Cheng Jinshi selesai sarapan, baru saja berdiri dan bersiap untuk keluar, Song Jiamin yang mengenakan pakaian tidur turun dari tangga, memasuki pelukannya, bermanja bagai tidak ada orang lain, “malam ini bisa pulang makan malam?”
Cheng Jinshi memegang bahunya, membujuknya dengan nada rendah penuh senyuman, “malam ini aku ada urusan, baru bisa pulang menemanimu setelah kerjaanku selesai.”
Song Jiamin melihatnya dengan tatapan tidak senang, tapi matanya tenang bagai air, menyalahkan dengan nada rendah, “kamu hanya memikirkan kerja! Kalau gitu kamu harus pulang lebih awal, langsung pulang sesudah kerjaan selesai.”
Cheng Jinshi menyetujuinya dengan emosi yang baik, Song Jiamin memandangku dengan tatapan menantang, sombong bagai baru menang dari sebuah perang.
Aku tidak menghiraukannya, terus menghabiskan sisa susu, berdiri, mengambil tas yang tadinya sembarang diletakkan di sofa, keluar.
Aku berjalan di trotoar, keluar dari gerbang kompleks, menunggu sesaat dan tetap tidak bisa mendapatkan taksi kosong.
Aku menundukkan kepala melihat handphone, saat berencana untuk pesan go-car, sebuah mobil Cayenne berhenti di depanku, jendela mobil diturunkan, nampak muka Cheng Jinshi yang tampan, nada suaranya stabil, “kemana?”
Aku menyimpan handphone, “berkonsultasi ke rumah sakit, “
Dia mengetuk setir sesekali, “naiklah.”
Musim semi yang dingin, aku juga tidak ingin terus menunggu taksi di tengah-tengah tiupan angin dingin, setelah naik ke mobil, dengan tenang mengucapkan; “terima kasih.”
Kalau dulu, aku akan berpikir apakah dia sedang perhatian padaku.
Tapi, aku baru saja menyaksikan percintaan mereka yang begitu kental dan dalam, bagaimana mungkin saya masih bisa berkhayal seperti iu.
Seluruh emosinya yang baik sepertinya hanya digunakan pada Song Jiamin.
Sepanjang jalan, kami tidak berbicara sekata pun, ruang yang sempit dan kecil menjadikan atmosfer semakin pengap dan tertekan.
Aku memandang luar jendela, pemikiranku sangat kacau, ketika kembali sadar, mobil sudah memasuki gerbang rumah sakit.
Hatiku bagai dicengkeram oleh suatu benda, benakku tiba-tiba muncul seluruh adegan di hari ibu meninggal, aku menoleh ke Cheng Jinshi, “boleh ganti rumah sakit lain?”
Dia mengerutkan alis, “kenapa?”
Sepertinya dia belum tahu tentang kepergian ibu.
Aku menarik nafas dalam-dalam, membuka pintu mobil dan turun, aku mengangkat tangan, menekan sudut dalam mata, memaksa kembali air mata yang ingin keluar, barulah berkata dengan tidak pelan dan tidak cepat: ” karena, sini adalah tempat ibu meninggal.”
Tangannya yang menggenggam stir mobil menguat, seperti tidak berani percaya, suara yang keluar dari tenggorokannya berat dan rendah, dan juga sedikit mendesak, “apa kamu bilang? Kejadian kapan?”
Melihat responnya, sangatlah menarik.
Saat ibu meninggal, aku belum cerai dengannya, tapi yang dia perhatikan hanyalah anak Song Jiamin, dia bahkan tidak tahu ibu mertuanya sendiri meninggal.
Sekarang, dia malah memperlihatkan tingkat kepedulian yang tinggi.
Aku dengan ironi mengangkat sudut mulut, nada suaraku biasa,”hari kita cerai adalah hari kepergian ibuku juga. Cheng Jinshi, kamu yang mengajarkanku memahami apa itu pasrah dan patah hati.”
Sakit akan kehilangan ibu belum terobati, suamiku malah menelponku untuk membahas masalah penceraian.
Aku kehilangan segalanya hanya dalam waktu sesaat.
Kalau dulu, aku tidak akan mengatakan semua ini padanya, justru akan diam-diam menanggung semua ini sendirian.
Tapi sekarang sudah berbeda, karena aku telah paham, orang yang menelan semua kesakitan dan berjuang dengan penuh tersiksa secara sendirian, itu adalah orang bodoh
Contohnya, aku yang dulu.
Jarinya menjadi pucat, tatapan yang penuh makna dan mendalam, sedikit menampakkan rasa maaf, “naiklah, kita ganti rumah sakit lain.”
Aku mundur selangkah, dengan nada polos mengucapkan: “tidak perlu, bagaimanapun aku tetap harus menghadapinya.”
Selesai berkata, aku tidak menunggu respon dari dia, membalikkan badan dan melangkah ke dalam rumah sakit.
Habis periksa kandungan, seketika mendapat akal, aku pun memutuskan untuk pergi ke kantor keamanan rumah sakit melihat CCTV di hari kepergian ibu.
Walaupun foto dari orang asing itu sudah dipastikan bukan hasil editan, tapi ketika dipikir-pikir, tetap saja merasa aneh, kalau saja bisa melihat CCTV, maka akan lebih baik.
Tidak sangka, pengaman memberitahuku bahwa CCTV rumah sakit selalu dibersihkan, CCTV empat bulan yang lalu sudah tiada.
Aku hanya bisa pergi ke tempat rawat nginap mencari perawat untuk menanyakan kejadian hari itu, tapi karena sudah berlalu telalu lama, dan tempat rawat nginap selalu banyak yang datang dan pergi setiap harinya, para perawat pun tidak bisa mengingat.
Aku menghela nafas, melihat waktu masih tidak malam, aku pun menelpon Lily untuk minum teh sore
Dia sangat senang mengetahui aku masih berada di Kota Nan, setelah bertemu, aku menyampaikan padanya alasan aku menetap di Kota Nan.
Setelah mendengar perkataanku, dia meletakkan garpu yang ada di tangannya, berkata dengan nada kaget: “kalau gitu kamu sekarang sudah tahu siapa yang mengirimkan foto ke kamu belum?”
Aku menggoyangkan jus buah yang terisi di dalam gelas kaca, menggelengkan kepala dengan penuh ketidaktahuan, “tidak tahu, aku pernah coba menelponnya, tapi nomor itu sudah tidak aktif.”
Aku juga sudah berusaha mengingat setiap orang yang aku kenal, tapi tetap saja tidak bisa menebak siapa itu.
Tapi aku rasa, orang itu mestinya tidak hanya ingin mengirimkan foto ke aku, tujuan aslinya pasti tidak sederhana.
Lily mengelap mulutnya dengan serbet, “kalau gitu berikan aku nomor itu, aku akan mencari orang memeriksanya.”
Aku tersenyum, “aku juga bermaksud begitu, aku kirim ke kamu sekarang.”
Setelah berbincang-bincang sebentar, barulah kita meninggalkan tempat itu, dia khawatir melihatku naik taksi sendirian, bersikeras untuk mengantarku pulang.
Sepanjang jalan, arus lalu lintas tidak berakhir, ketika terperangkap macet di saat lampu merah, dia tiba-tiba bertanya padaku, “mungkin ibu mertuamu muncul di kamar pasien hanya sebuah kebetulan?”
Tanganku yang bertumpu pada jendela mobil menopang dahi, pikiranku sangat kacau, “aku juga sudah memikirkan itu ketika diriku sudah tenang, tapi benar-benar terlalu mencurigakan, hari itu dia kebetulan muncul di situ, kebetulan memberikan sebotol obat untuk ibu, dan ibu, kebetulan meninggal tidak lama setelah dia pergi dari situ, meninggal karena bunuh diri dengan mengonsumsi pil tidur.
Semua kebetulan bertemu di satu titik, aku bahkan tidak bisa meyakinkan diriku bahwa ini hanya kebetulan.
Lily juga merasa sangat mencurigakan, hanya menegur: “kita cari tahu dulu kejadian sebenarnya, kamu jangan terlalu impulsif, sekarang kamu seharusnya menempatkan anak yang ada di perutmu di tempat pertama.”
Aku meresponnya dengan pikiran yang penuh masalah, turun dari mobil, dan kemudian berjalan ke depan pintu rumah dengan pikiran yang melayang, memasukkan kunci sandi pintu.
Tit--
Bunyi pemberitahuan pintu terbuka membuatku kembali sadar, kunci sandi belum diganti?.
Aku termenung sejenak, masuk rumah dan mengenakan sandal, bersiap untuk langsung masuk ke kamar, tapi baru sampai di depan tangga, tiba-tiba aku dipanggil.
Novel Terkait
Love Is A War Zone
Qing QingDewa Perang Greget
Budi MaPernikahan Kontrak
JennySiswi Yang Lembut
Purn. Kenzi KusyadiHis Second Chance
Derick HoSi Menantu Dokter
Hendy ZhangCinta Yang Berpaling
NajokurataCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu