Cintaku Pada Presdir - Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
Aku berjalan keluar dari kantor polisi, aku tidak akan kembali ke kantor, bahkan aku sudah menelepon untuk meminta izin.
Karena sejalan, aku pun pergi ke kantor olshop Taobao Zhou Xueke untuk mencarinya.
“Zhou Ziyun berkelahi demi kamu?!”
Setelah aku menceritakan semuanya Zhou Xueke hanya bisa memandangiku dengan tatapan bengong tak percaya.
Aku mengangguk dan bertanya: “Iya, apakah kamu ada kepikiran solusinya?”
Aku sangat berharap aku bisa membantu Zhou Ziyun sekali ini.
Pertama-tama Zhou Xueke memastikan apakah Zhou Ziyun terluka, ketika Zhou Ziyun hanya luka ringan, dia pun bernapas lega.
Zhou Xueke sembari sedang menatap lekat komputernya untuk memilih desain gambar baju baru, pun mengibas-ngibaskan tangannya berkata, “Kamu tenang saja, dia besok akan dibebaskan.”
“Benarkah?”
Aku antara percaya atau tidak.
Sambil mengelus dagunya, “Untuk apa membohongimu? Kamu hanya perlu menjaga kandunganmu.”
Aku melihat ekspresinya yang tenang, dan aku pun perlahan merasa tenang.
Aku mencari computer yang sedang kosong, mencolokan USB, aku yang mencoba untuk tenang dengan lanjut mendesain gambar.
Tapi dalam hati masih saja kacau, gambar desain-an ku hasilnya pun sama kacaunya.
“Masih khawatir?”
Zhou Xueke yang tak tahu dari kapan telah selesai, melihat hasil desainku seperti itu pun prihatin.
Zhou Xueke menarik satu kursi dan duduk disampingku, dan duduk dengan posisi bersender malas di sandaran kursi, “Karena dia berkelahi dengan orang dan akhirnya tertangkap. Selain khawatir apakah dia akan dibebaskan dengan lancar kamu juga pasti khawatir bagaimana harus menghadapinya, betul?”
“Ya kira-kira begitu.”
Aku akui memang kenyataannya seperti itu.
Perlakuan dia padaku sungguhlah sangat baik.
Bisa dibilang setiap aku membutuhkanya dia selalu ada.
Aku sungguh terharu.
Selain merasa terharu pada saat yang bersamaan aku juga merasa hutang budi, perasaan itu sedikit demi sedikit tertanam di hatiku, membuatku tak tahu harus bagaimana bersikap dan juga bagaimana harus menghadapinya.
“Yah, ikuti saja kata hatimu, sebenarnya dalam hatimu pasti sudah ada jawabannya, kamu mungkin belum menyadarinya saja.” Dapat terdengar dari nada bicaranya yang netral tidak menghakimi dan tidak mempengaruhi keputusanku.
“Ya, benar sih.”
Aku memeluk Zhou Xueke setelah itu mencabut USB, “Kamu kerja yang baik ya, aku pergi dulu.”
“Okay, hati-hati ya. Kalau ada apa-apa telepon aku ya, aku akan segera menyusulmu. Kamu jangan berkeliaran kemana-mana lagi.”
“Iya tahu, jangan membesar-besarkan masalah, kamu tidak tahu anak yang aku kandung adalah anak raja.”
Aku tertawa terbahak-bahak, sejak aku hamil Zhou Xueke selalu khawatir jika aku pergi keluar sendiri.
Sampai di rumah langit pun telah senja.
Aku tidak ada nafsu makan, tetapi tak ingin anak dikandunganku ikut lapar, akhirnya aku membeli beberapa sayur dengan rencana pulang nanti akan dimasak dengan mie.
Pagi berikutnya, aku menerima telepon dari ketua Lin, memberitahu masalah Zhou Ziyun sudah akan terselesaikan.
Aku yang sebenarnya sedang berada di jalan menuju kantor pun langsung turun dari bus dan langsung memanggil taksi menuju ke kantor polisi.
“Kenapa kamu bisa ke sini?” Zhou Ziyun yang terheran, baru saja jalan keluar dari kantor polisi.
“Untuk menjemputmu.”
Balasku sembari tersenyum.
Melihatnya baik-baik saja, beban di hatiku pun langsung terangkat.
Dia pun ikut tersenyum yang kontras dengan matanya yang kelihatan letih dan capek, “Yuk, aku antar kamu ke kantor.”
“Sini aku yang nyetir saja.”
Aku mengambil kunci mobil yang ada di tangannya.
Dia tersenyum simpul menyutujui, “Baiklah.”
Sambil membuka pintu mobil aku pun bertanya “Urusan di kantor polisi sudah tidak ada apa-apakan?”
Masih saja ada tertinggal sedikit rasa khawatir di hatiku.
“Sudah tidak ada apa-apa, jikapun masih ada masalah mereka tak mungkin melepaskanku.”
Dia mengakatakan itu disertai dengan senyum menenangkan.
Aku kembali memastikan, “Benarkah?”
“Benar, pengacara yang aku cari adalah yang terbaik.” Sambil mengangkat alisnya.
“Baguslah kalau begitu, kali ini sungguh sangat berterimakasih padamu, hanya saja lain kali kamu tidak perlu terlalu gegabah, okay?”
Aku kemarin sungguh khawatir sesuatu terjadi padanya.
Dia memandangku dan mengangkat tanganya untuk mengelus kepalaku, “Okay.”
Aku menyalakan mesin mobil, menginjak pedal gas dan mobil pun melaju meninggalkan kantor polisi.
Aku pun mengantarkan Zhou Ziyun ke rumahnya, dan membiarkan aku memakai mobilnya untuk ke kantor.
Aku melihat jam, sudah lumayan sore, kemarin baru saja izin, jika hari ini telat lagi maka tidak akan terlalu baik.
Lagipula izinku kemarin diterima dengan baik.
Dia turun dari mobil dan berjalan ke arah salah satu gedung, mungkin karena tidak tidur semalaman menyebabkan punggungnya agak sedikit miring.
Aku baru saja menapakan kaki ku diruangan kerja dan mulai mendesain sesuatu.
Tapi benakku terus terbayang punggung Zhou Ziyun. Setelah mempertimbangkanya agak lama aku pun berakhir dengan mengirimkan pesan melalui Wechat kepadanya.
——【Istirahat yang banyak, nanti malam aku akan menjemputmu dan mentraktirmu makan malam.】
Dia mungkin sudah tertidur, sore itu dia baru membalas pesanku,【Ok.】
Malam setelah pulang kantor, aku pun langsung pergi ke supermarket untuk membeli sayur dan satu botol wine.
Lalu, pergi untuk menjemput Zhou Ziyun.
Setelah sampai di lantai bawah rumahnya, aku baru meneleponnya.
Aku tidak masalah menunggunya, karena dia sudah berbuat banyak demi aku, membayarnya dengan segenap tenagaku pun sepertinya masih belum cukup.
Hanya 2 menit dan dia sudah sampai di lantai bawah, kelihatan dia sudah menungguku dari tadi.
Beban di hatiku malah terasa lebih berat.
“Kenapa tiba-tiba kepikiran mau makan malam?” Segera setelah masuk ke mobil, sambil memasang sabuk pengaman dengan senyum yang tersungging dia pun bertanya.
Aku pikir-pikir, “Setelah sampai nanti kamu pun akan tahu.”
Aku tak tahu keputusanku ini benar atau salah, tapi aku tak punya ide yang lebih baik lagi.
Awalnya aku yang bermaksud untuk memasakan untuknya, akhirnya setelah sampai dirumahku malah dia mengambil sayuran yang aku bawa, dengan penuh perhatian berkata, “Kamu nonton TV saja biar aku yang masak.”
“Kali ini tidak boleh, sudah aku bilang aku yang akan mentraktirmu, gimana bisa membiarkan kamu yang masak?”
Aku tentu tak setuju.
Dia melihat keputusan yang tegas, dengan cemberut menyetujui, “Baiklah, aku bantu untuk mempersiapkan, begini bolehkan?”
“Okay.”
Kami membawa sayur ke dapur, aku dan dia memang sering memasak sehingga dengan cepat 4 lauk dan 1 kuah sudah tersaji.
Aku pun memindahkan lauk ke meja makan, dan mengeluarkan pembuka wine yang sudah lama tak digunakan, kemudian mulai membuka wine dan menuangkannya ke gelas.
“Kenapa ada wine? Kamu tidak boleh minum.”
Ketika dia melihat adanya wine, dia pun berkata dengan tegas.
Aku pun tertawa dan membalasnya, “Ini untukmu, aku akan minum jus.”
“Baiklah.”
Dia pun lega, kemudian duduk dan mulai makan.
Di momen inipun, rumahku yang biasanya diliputi atmosfer dingin dan sepi, hari ini berbeda dan suasana menjadi lebih hangat.
Jika bukan karena sudah memutuskan sesuatu, maka mungkin aku akan menikmati makan malamku lebih rileks.
Tapi aku sudah memasak makanan ini, karena tidak nafsu jadi makan malam kali ini aku tidak menikmatinya dan semuanya jadi terasa hambar.
“Ning Xi, apakah kamu tidak nafsu makan?”
Zhou Ziyun melihat aku tidak yang tidak selera, pun dengan suara lembut bertanya.
Hatiku terasa sedikit tegang, kemudian meletakan sumpitku dan mengatakan dengan pelan, “Ada yang harus aku beritahukan padamu.”
Sekali buka mulut, maka sudah tidak ada jalan kembali.
Ketika aku mengatakannya, aku terus bertanya pada diri sendiri dalam hati. Apakah kamu sudah mempertimbangkannya dengan sejelas-jelasnya?
Jawabannya sudah pasti.
Novel Terkait
Demanding Husband
MarshallPernikahan Kontrak
JennyBehind The Lie
Fiona LeeUnplanned Marriage
MargeryBeautiful Love
Stefen LeeUangku Ya Milikku
Raditya DikaCinta Pada Istri Urakan
Laras dan GavinCintaku Pada Presdir×
- Bab 1 Keributan Dalam Pesta Pernikahan
- Bab 2 Pertemuan Mendadak
- Bab 3 Identitas Yang Cukup Mengejutkan
- Bab 4 Kamu Telah Melewati Batas
- Bab 5 Ingin Melahirkan Anak
- Bab 6 Anak Mereka
- Bab 7 Akulah Orang Luar
- Bab 8 Bercerailah
- Bab 9 Pelampiasan dari Efek Alkohol
- Bab 10 Rahasia Song Jiamin
- Bab 11 Keributan Makan Malam
- Bab 12 Rusaknya Rem Mobil
- Bab 13 Apakah Kalian Pernah Melakukannya
- Bab 14 Pemberitahuan Berbahaya
- Bab 15 Aku Hamil
- Bab 16 Perceraian
- Bab 17 Aborsi
- Bab 18 Waktu Mengubah Semuanya
- Bab 19 Percintaan Mereka Yang Dalam Dan Kental
- Bab 20 Tamparan Balasan
- Bab 21 Uang Ini Cukup?
- Bab 22 Jinshi, Apakah kamu Percaya
- Bab 23 Jangan Jadikan Aku Pengganti
- Bab 24 Sengaja Ditabrak
- Bab 25 Menutupi Kemaluan Dengan Kemarahan
- Bab 26 Hubungan Apa Dengan Dia
- Bab 27 Terpergok Berzinah
- Bab 28 Ancaman
- Bab 29 Diam-Diam Mengangkat Teleponku
- Bab 30 Kehilangan Anakku
- Bab 31 Kamu Berencana Menukarnya dengan Apa
- Bab 32 Fakta Tentang Kematian Ibu
- Bab 33 Selingkuhan atau Kekasih?
- Bab 34 Mendapatkan Bukti
- Bab 35 Mati Di Tempat
- Bab 36 Dia Telah Kembali
- Bab 37 Temani Aku Tidur
- Bab 38 Hanya Kamu yang Menginginkanku
- Bab 39 Dia Tidak Boleh Berhasil
- Bab 40 Mendapatkan Kemalangan
- Bab 41 Pelacur Sok Suci
- Bab 42 Pemimpin Baru Proyek
- Bab 43 Pasangan Serasi
- Bab 44 Wanita Terbuang
- Bab 45 Tidak Mengizinkan
- Bab 46 Tidak Bisa Menyaingi
- Bab 47 Mengancam
- Bab 48 Mimpi Buruk Yang Tak Bisa Disingkirkan
- Bab 49 Merindukanmu
- Bab 50 Kakekku Pingsan
- Bab 51 Kakaknya Song Jiamin
- Bab 52 Rela Menunggu
- Bab 53 Merendahkan Dirinya Sendiri
- Bab 54 Dia Bukannya Tidak Pernah Menipu Aku
- Bab 55 Kenapa Bisa Begitu Kejam
- Bab 56 Cepat Atau Lambat Akan Menjadi Keluarga
- Bab 57 Ancaman Dari Ning Zhenfeng
- Bab 58 Kehidupan Dan Kematianmu.
- Bab 59 Kapan Kamu Bisa Mempercayaiku Sekali?
- Bab 60 Marah dan Sakit Hati
- Bab 61 Lelucon Ini Tidak Lucu
- Bab 62 Terserah Kamu Percaya Atau Tidak
- Bab 63 Siapapun Jangan Ada Yang Berharap Bisa Hidup Dengan Tenang
- Bab 64 Cheng Jin Shi, Aku Membencimu
- Bab 65 Mari Kita Bicara
- Bab 66 Meninggalkan Kota Nan
- Bab 67 Kakak Sepupumu Di Ranjangku
- Bab 68 Duri Dalam hati
- Bab 69 Siapa Yang Kamu Pilih
- Bab 70 Bukti Meyakinkan
- Bab 71 Aku Percaya Padamu
- Bab 72 Kita Masih Bisa Punya Anak
- Bab 73 Selangkah Menuju Kebenaran
- Bab 74 Pembunuhnya Adalah Dia
- Bab 75 Berbalik Memfitnahku
- Bab 76 Zhou Ziyun Menyelamatkanku
- Bab 77 Dia Dari Awal Sudah Membenciku
- Bab 78 Aku Benar Tidak Menyentuhmu
- Bab 79 Emosi
- Bab 80 Tuduhan Kejahatan Ini Sekalian Dihitung
- Bab 81 Apakah Semua Kebaikanmu Itu Palsu
- Bab 82 Salahkan Dirinya Sendiri
- Bab 83 Ning Xi Kamu Tidak Akan Bisa Melarikan Diri
- Bab 84 Memberikan Segala Yang Kamu Suka
- Bab 85 Berakhir Hari Ini
- Bab 86 Aku yang Membocorkan Desain
- Bab 87 Aku Bisa Memperbaiki Kesalahanku
- Bab 88 Kamu Sudah Dipecat
- Bab 89 Anakmu Segera Mempunyai Ibu Tiri
- Bab 90 Tuan Zhou Baik Pada Pacarnya
- Bab 91 Kembalikan Kunci Itu Kepadaku
- Bab 92 Orang Yang Ingin Aku Nikahi Hanya Kamu
- Bab 93 Buktikan Dulu Kepadaku
- Bab 94 Hari Ching Ming
- Bab 95 Pemilik Sebenarnya Adalah Cheng Jinshi
- Bab 96 Menyimpan Selingkuhan
- Bab 97 Dua garis
- Bab 98 Benar, Tetapi Tidak Ada Hubungannya Denganmu
- Bab 99 Juga Memberimu Kesempatan
- Bab 100 Ingin Menjadi Ayah Anak Orang Lain
- Bab 101 Identitas Tuan Fu
- Bab 102 Waspada Terhadap Nyonya
- Bab 103 Apa Hubunganmu Dengan Lin Zhi?
- Bab 104 Melihat Orang Lain Melalui Diriku.
- Bab 105 Aku Ingin Menikah Denganmu, Maukah Kamu Menikah Denganku ?
- Bab 106 Mana Mungkin Ada Jika
- Bab 107 Karena Uang
- Bab 108 Diduga Membunuh Kakek
- Bab 109 Bantuan Dalam Investigasi
- Bab 110 Ayo, Kita Pulang Rumah
- Bab 111 Benarkah Bisa Memulai Dari Awal
- Bab 112 Coba Saja !
- Bab 113 Satu Orang Bersedia Untuk Mencintai Dan Satu Orang Lainnya Rela Untuk Dicintai
- Bab 114 Pelanggan Jinshi
- Bab 115 Jam Tujuh, Aku Menunggumu
- Bab 116 Dia Sangat Cocok Denganmu, Dan Aku Juga Sangat Menyukainya
- Bab 117 Satunya Sedang Ribut, Satunya Sedang Tertawa
- Bab 118 Kamu Harus Keluar Dengan Selamat
- Bab 119 Sekali Berani Membuka Mulut, Maka Sudah Tidak Ada Jalan Kembali
- Bab 120 Sebagai Balasan
- Bab 121 Semakin Panik, Semakin Bingung
- Bab 122 Aku Bukan Orang Yang Ada Di Hatinya
- Bab 123 Kamu Jangan Berpikir Mau Mengambil
- Bab 124 kamu Tidak Perlu Mengkhayal Aku Sebagai Musuh Cintamu
- Bab 125 Di Dunia Ini Ternyata Ada Ayah Seperti Dirimu
- Bab 126 Satu Keluarga yang Tidak Waras!
- Bab 127 Kamu Ingin melepaskan Proyek Ini?
- Bab 128 Jika Aku Adalah Kamu, Aku Lebih Baik Pergi Mati Saja.
- Bab 129 Apakah Kamu Hamil?
- Bab 130 Menggugurkan Anak
- Bab 131 Dia Memeluk Seorang Anak
- Bab 132 Menikah Kembali Adalah Pertunjukkan Tunggalku
- Bab 133 Meskipun Lautan Api, Aku Juga Harus Pergi
- Bab 134 Suamimu Tampan Sekali
- Bab 135 Semua Pesan Anonim Dikirim Olehnya
- Bab 136 Sesuatu Terjadi Pada Zhou Ziyun
- Bab 137 Kembali Ke Keluarga Cheng
- Bab 138 Ibu Akan Membawamu Pulang
- Bab 139 Pulanglah Denganku?
- Bab 140 Mencintaimu? Jangan Bermimpi!
- Bab 141 Pernikahan Kontrak
- Bab 142 Berdasarkan Apa Aku Menarik Tuntutan
- Bab 143 Dihukum Mati
- Bab 144 Kamu Benar-Benar Harus Berterima Kasih Kepada Kakak Yu Min
- Bab 145 Apakah Kamu Sudah Selesai Memarahi Aku?
- Bab 146 Apakah Begitu Memalukan
- Bab 147 Tidak Mengerti Apa Yang Sedang Dia Pikirkan
- Bab 148 Sudah Merepotkanmu Mengantar Suamiku Pulang
- Bab 149 Bertemu Shen Yanting Untuk Pertama Kalinya
- Bab 150 Aku Adalah Suamimu!
- Bab 151 Semakin Dijelaskan, Semakin Ditutupi Semakin Terkuak
- Bab 152 Memang Berbeda Seperti Bumi Dan Langit
- Bab 153 Kelinci Kalau Marah Juga Bisa Gigit Orang
- Bab 154 Apa Khawatir Dia Cemburu?
- Bab 155 Tetap Saja Disapu Keluar
- Bab ke-156 Setidaknya hati ini tidak resah jika tidak melihatnya
- Bab ke-157 Menjual Seumur Hidupku Lagi Untukmu?
- Bab ke-158 Seumur hidup ini kamu tidak akan bisa kabur kemanapun
- Bab 159 Apakah kamu tidak merasa dia mirip seseorang
- Bab 160 Ingin Menggantikan Orang Kesayanganmu Untuk Kecewa?
- Bab 161 Ya, Ini Adalah Rumah Kalian
- Bab 162 Cheng Jinshi, Sampai Jumpa di Biro Urusan Sipil
- Bab 163 Aku Sengaja Membawa Pergi!
- Bab 164 Ketakutan Akibat Dugaan yang Salah
- Bab 165 Sama Sekali Tidak Ada Hubungannya dengan Aku
- Bab 166 Aku sama sekali tidak percaya
- Bab 167 Aku Lihat Siapa Yang Berani
- Bab 168 Menggoda Pria Mana Pun
- Bab 169 Tante, itu karena dia pantas ditampar
- Bab 170 Tidak Ingin Berjalan Di Atas Es Tipis Lagi
- Bab 171 Ini Adalah Calon Istriku
- Bab 172 Kamu Juga Harus Bahagia
- Bab 173 Kita Bukanlah Orang Yang Sama
- Bab 174 Semua Sudah Berubah Menjadi Lelucon
- Bab 175 Ancaman Dirinya
- Bab 176 Aku Tidak Tertarik
- Bab 177 Aku Hanya Sekedar Ingin Membantumu
- Bab 178 Sekarang Aku Memberikan Kesempatan Padamu
- Bab 179 Aku Sangat Menyukai Dirimu yang Begitu Munafik
- Bab 180 Sangat Mengejutkan
- Bab 181 Mungkin Akan Meninggal
- Bab 182 Apakah Kamu Sudah Puas Sekarang?
- Bab 183 Lemah Dengan Perlakuan Lembut
- Bab 184 Haruskah Kamu Mengucapkan Kata-Kata Dengan Duri?
- Bab 185 Tidak Layak Untuk Menerimanya
- Bab 186 Petunjuk
- Bab 187 Dia Lebih Buruk Dari Wanita Jalang
- Bab 188 Harapan yang Dikancingkan Padaku
- Bab 189 Memberi Kompenassi 100 Miliar
- Bab 190 Kamu Harus Ingat Siapa Dirimu!
- Bab 191 Protagonis Dalam Cerita Itu Adalah Aku
- Bab 192 Apakah Kamu Sudah Cukup Dengan Permainanmu?
- Bab 193 Dia Mencabut Gugatan, Kita Mengajukan Gugatan
- Bab 194 Menjauhlah Dari Tunanganku!
- Bab 195 Aku Telah Diikuti Oleh Seseorang Selama 24 Jam
- Bab 196 Aku Pasti Tidak Akan Melepaskanmu!
- Bab 197 Tanda Tangani Itu, Aku Baru Biarkan Kamu Pergi
- Bab 198 Sangat Marah
- Bab 199 Melihat Sedikit Harapan Kemenangan
- Bab 200 Sedangkan Aku, Juga Tidak Ingin Menyesuaikan Kamu Lagi
- Bab 201 : Yang Penting Kamu Tidak Merasa Malu
- Bab 202 Menurutku Dia Seperti Nenek Moyang!
- Bab 203 Cepat Atau Lambat Akan Membuatmu Kehilangan Segalanya
- Bab 204 Tetapi Aku Memiliki Satu Syarat
- Bab 205 Seperti Mimpi Yang Langsung Menghilang Dalam Sekejap
- Bab 206 Sungguh Bagus Sekali Rencana Kalian
- Bab 207 Aku Sangat Merindukanmu
- Bab 208 Mungkin Berakibat Fatal
- Bab 209 Kamu Pergi Mati Saja
- Bab 210 Aku Kira Kamu Tidak Akan Datang
- Bab 211: Makan Bersama Ini, Tidaklah Sesederhana Itu
- Bab 212: Aku Merasa Darahku Menjadi Dingin
- Bab 213: Tidak Ada Jalan Yang Bisa Ditempuh Lagi
- Bab 214: Berbisnis Seperti Di Medan Perang
- Bab 215 Aku Mengatakan Suruh Kamu Pergi
- Bab 216: Apakah Ada Masalah Yang Kamu Sembunyikan Dariku
- Bab 217 Aku Tidak Bisa Membiarkan Apa Yang Dia Inginkan Terjadi
- Bab 218 Dalam Satu Detik Menampar Wajah
- Bab 219 Sayang, Selamat Ulang Tahun
- Bab 220 Maaf Aku Terlambat Pulang
- Bab 221 Aku Tidak Perlu Kamu Bekerja Terlalu Keras
- Bab 222 Tangan Memanas
- Bab 223 : Mungkinkah Kamu Yang Melakukannya
- Bab 224 : Karena Ada orang Melakukan Terlalu Banyak Hal Buruk
- Bab 225 Membayar Dengan Harga Yang Menyakitkan
- Bab 226 Membuatku Tidak Bisa Lari Kemanapun
- Bab 227 Semuanya Tidak Benar
- Bab 228 Percayakah Kamu?
- Bab 229 Apakah Kamu Tidak Punya Hati?
- Bab 230 Siapakah Orang Itu
- Bab 231 Apakah Kamu Tidak Merasa Dirimu Munafik?
- Bab 232 Pasti Ada Yang Salah
- Bab 233 Serigala Di Depan, Harimau Di Belakang
- Bab 234 Percobaan
- Bab 235 Permintaan Maaf Hanya Alasan Saja
- Bab 236 Pertentangan Ini Tidak Baik Bagi Semua Orang
- Bab 237 Jangan Kamu Berharap Ada Lain Kali
- Bab 238 Apakah Kamu Bisa Menukar Pria Yang Kamu Sukai
- Bab 239 Memiliki Hubungan
- Bab 240 Akankah Kamu Bersama Dengannya?
- Bab 241 Semuanya Terlalu Dramatis
- Bab 242 Sekarang, Sudah Tidak Penting
- Bab 243 Kalau Aku Menginginkannya
- Bab 244 Bagaimana Aku Bisa Tenang
- Bab 245 Semakin Ditakutkan Semakin Menjadi Kenyataan
- Bab 246 Dia Keguguran
- Bab 247 Bagaimana Jika Aku Menikah Dengannya?
- Bab 248 Kembali Untuk Memberikanmu Sebuah Hadiah
- Bab 249: Membalikkan Semua Argumen
- Bab 250: Aku Adalah Jimat Perlindunganmu
- Bab 251 Tidak Baik Jika Dilihat Oleh Pacarmu