Precious Moment - Bab 340 Omongan Yang Tidak Sesuai Perasaan

Keesokan harinya, Tiffanny Wen dan Andreas Lu berangkat bekerja bersama. Karena pelajaran yang didapat terakhir kali, kualitas tidur Tiffany Wen sungguh baik tadi malam.

Tapi entah kenapa, tampang Andreas Lu saat bangun di pagi hari sepertinya agak kecewa, tapi Tiffanny Wen melihat tampang Andreas Lu yang kecewa malah membuat moodnya bagus.

Pada shift pagi, ia langsung diejek oleh Jennifer Xia: "Fanny, apakah sesuatu yang menyenangkan terjadi dengan Tuan Lu pagi ini? Sudut mulutmu naik terus."

Mendengar suara Jennifer Xia, Tiffanny Wen secara tidak sadar ingin menjawab ya, tapi untungnya dia menjawab tepat waktu dan mengubah kata-katanya: "Karena gambar desainku hampir selesai, tidak bolehkah aku bahagia sedikit?"

Jennifer Xia memandang Tiffanny Wen dengan ekspresi tidak percaya, belum lagi jeda yang mencurigakan di awal, dan kedua, desainer mana yang akan senang begitu lama karena gambar desain? Kesenangan sesaat bisa dimengerti, tapi gambar desain yang selesai digambar tadi malam masih tetap bisa membuatnya bahagia pagi ini. Rentang waktu ini terlalu tidak bisa dipercaya.

Jennifer Xia mengangkat matanya dengan santai, dan memandangi Tiffanny Wen dalam-dalam, dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya, yang kurang hanyalah ukiran kata-kata "aku tidak percaya" di wajahnya.

"Fanny, banyak orang di departemen desain telah melihatnya."

Melihat mata Jennifer Xia yang penuh dengan arti "Jangan bohong padaku", Tiffanny Wen sedikit tidak berdaya, tetapi lebih dari itu, dia malah bingung dengan: "Apa yang dilihat telah dilihat banyak orang?"

Melihat tatapan bingung Tiffanny Wen, Jennifer Xia tidak bisa mengerti apakah dia berpura-pura atau tidak. Satu tangan menopang dagunya, dan tangan lainnya mengetuk meja dengan santai, ia menatap Tiffanny Wen beberapa saat dan akhirnya kalah dari wajah bingung Tiffanny Wen.

"Fanny, jangan pura-pura bodoh lagi. Hari ini, banyak orang telah melihatmu dan Tuan Lu naik lift dari tempat parkir bawah tanah bersama-sama."

Mulut Tiffanny Wen bergerak-gerak: "Anehkah naik lift bersama-sama?"

Jennifer Xia berkedut: "Fanny, kamu sedang berpura-pura bodoh. Kamu pikir aku tidak tahu. Kamu tidak bisa mengemudi sama sekali. Jadi, bagaiman kamu yang tidak bisa mengemudi, Tuan Luu naik lift dari tempat parkir bawah tanah bersama-sama, jawabannya jelas. "

Tiffanny Wen menopang dahinya tak berdaya, merasa gosip itu tidak buruk, tapi gosip yang ada logikanya itu mematikan.

"Baiklah, oke, Jennifer, aku kagum padamu. Aku memang berangkat bekerja dengan Andreas Lu hari ini."

Meskipun Jennifer Xia tahu jawabannya di dalam hatinya, dia sedikit bersemangat saat Tiffanny Wen mengakuinya, dan segera bergerak dengan tatapan: "Fanny, Fanny, apakah kau dan Tuan Lu sudah berkembang ke titik di mana kalian sekarang tinggal bersama? "

Melihat pertanyaan Jennifer Xia yang berturut-turut, Tiffanny Wen ingin menangis tanpa air mata, tetapi dia juga tahu bahwa karakter Jennifer Xia tidak akan pernah menyerah sampai ia mendapatkan jawaban.

"Jennifer, kamu berpikir terlalu banyak. Andreas Lu dan aku belum resmi bersama, bagaimana kita bisa tinggal bersama."

Jennifer Xia berpikir sejenak, lalu mengangguk sedikit, tetapi rasanya ada yang tidak beres. Setelah memikirkannya beberapa saat, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya: "Fanny, kalau mendengar perkataanmu barusan, kau bilang bahwa kalian belum resmi bersama, apa itu berarti kau tak lagi menghidar darinya dan sekarang sedang menunggu waktu saja?! "

Karena sedikit heboh, tanpa disadari suara Jennifer Xia menjadi lebih keras, suaranya begitu kuat hingga Tiffanny Wen yang kaget buru-buru berdiri untuk menutup mulut Jennifer Xia. .

Tiffanny Wen memandang ke pintu dengan gugup dan mendengarkan sebentar, dan sadar bahwa di luar masih sepi, seolah-olah orang-orang di luar belum mendengarnya. Tiffanny Wen menghela napas lega, dan kemudian menatap Jennifer Xia dengan ekspresi menyalahi: "Jennifer, kau dapat membunuhku."

Jennifer Xia diam-diam memutar matanya, dan menarik tangan Tiffanny Wen dari mulutnya: "Fanny, aku tidak mengatakannya, hanya dengan melihat Andreas Lu datang menjemputmu setiap hari. Hubunganmu dengannya di perusahaan ini telah terlihat resmi sejak lama. Bahkan jika kamu pergi ke departemen desain dan berteriak bahwa Tuan Lu selalu pacarmu, semua orang hanya akan berkata oh dan mengira kamu sedang pamer."

Tiffanny Wen menggerakkan sudut mulutnya, merasakan sakit kepala, melepaskan Jennifer Xia, dan duduk kembali: "Sudahkah kamu menyelesaikan pekerjaanmu? Apakah kau sudah menyelesaikan dua gambar desain untuk setiap orang?"

Kepala Jennifer Xia menggeleng seperti mainan, dan Tiffanny Wen diam-diam memelototinya, sedikit berpura-pura: "Kalau begitu kenapa masih tidak bekerja!"

Saat hampir selesai bekerja, beberapa hari yang lalu di saat ini Andreas Lu harusnya sudah berada di departemen desain, tetapi hari ini, tidak ada yang terlihat. Tidak tahu mengapa, tapi Tiffanny Wen merasa sedikit kecewa.

Jennifer Xia telah mengamati Tiffanny Wen secara diam-diam sepanjang hari. Melihat bahwa dia tampak sedikit kecewa, dia langsung mengerti setelah melihat waktu. Sudut mulutnya tampak bercahaya, dan kemudian dia diam-diam membuka ponselnya. Sepuluh jari berterbangan di atas keyboard ponsel.

Setelah menerima balasan, kewaspadaan melintas di mata Jennifer Xia, kalau melihat waktu memang sudah waktunya pulang kerja, tetapi Tiffanny Wen masih belum mulai beres-beres, kalau melihat situasinya, dia pasti sedang menunggu Andreas Lu.

Jennifer Xia memutar matanya, lalu menjulurkan kepala dari belakang komputer, dan berkata kepada Tiffanny Wen: "Fanny, apakah kau menunggu Tuan Lu?"

Tiffanny Wen berhenti sebentar, dan menjawab dengan acuh tak acuh: "Tidak, hanya saja pekerjaannya hampir selesai."

Melihat ekspresi canggung di wajah Tiffanny Wen, Jennifer Xia diam-diam memutar matanya: "Fanny, mungkin Direktur Lu terlambat karena ada sesuatu hari ini. Bagaimana kalau hari ini kau yang menunggu Direktur Lu selesai kerja, sepertinya tidak baik membiarkan Direktur Lu selalu menunggumu."

Mendengar saran Jennifer Xia, Tiffanny Wen menunduk dan berpikir sejenak, merasa apa yang dia katakan sepertinya benar, jadi dia menyimpan file itu dan mulai mengemasnya.

Jennifer Xia diam-diam mengamati setiap gerakan Tiffanny Wen. Melihat dia melakukan ini, dia tertawa terbahak-bahak dan bercanda: "Fanny, apakah kamu berencana pergi mencari Tuan Lu?"

Tiffanny Wen terus merapikan dengan tatapan dingin: "Tidak, hanya saja pekerjaannya sudah selesai."

Setelah berbicara, Tiffanny Wen keluar dari kantor dengan tasnya. Jennifer Xia melihat ke pintu yang perlahan menutup, menggelengkan kepalanya dengan lembut, dan mulai mengemasi barang-barang, bergumam pelan: "Perkataanya tidak cocok dengan isi hatinya. "

Ketika Tiffanny Wen datang ke kantor Andreas Lu, ia kebetulan bertemu dengan Dave Gu yang sedang membuka pintu untuk berjalan keluar.

Dave Gu langsung melihat Tiffanny Wen, ada sedikit kedalaman yang terlintas di bawah matanya, dan ia langsung berjalan ke arah Tiffanny Wen dan menyapanya: "Nona Wen, apakah kamu mencari Tuan Muda Ketiga?"

Tiffanny Wen sedikit mengangkat alis ke arah Dave Gu: "Tidak, saya lewat."

Dave Gu langsung tahu bahwa Tiffanny Wen mengatakan ini dengan sengaja, dan berkata sambil tersenyum: "Tuan Muda Ketiga sedang mendiskusikan kerja sama dengan Nona Tsu, dia akan keluar sebentar lagi."

Sebelum kata-kata itu terucap, pintu di belakang Dave Gu terbuka.

"Tuan Muda Ketiga, Nona Wen datang mencarimu."

Begitu Tiffanny Wen memalihkan pandangannya, dia melihat Melody Tsu perlahan keluar sambil menggandeng tangan Andreas Lu.

Melihat senyum cemerlang Melody Tsu, tanpa sadar tubuh Tiffanny Wen menegang, dan senyuman di wajahnya berangsur-angsur menjadi suram.

Saat Melody Tsu menangkap adegan ini, dia mengangkat kepalanya sedikit, dan ketika dia akan pamer ke Tiffanny Wen, dia tiba-tiba merasa tangannya hampa.

Andreas Lu baru saja membebaskan diri darinya, dan kemudian berjalan menuju Tiffanny Wen.

Melihat tatapan lembut Andreas Lu, bahkan lengkungan sudut mulutnya dengan sebuah kelembutan miliknya membuatnya cemburu setengah mati.

Melody Tsu berdiri di belakang Andreas Lu, menggigit bibir bawahnya, melihat senyum lembut Andreas Lu, tetapi kelembutan itu bukan untuknya.

Tiffanny Wen memandang Melody Tsu secara provokatif, lalu mengalihkan pandangannya ke Andreas Lu lagi, menatapnya dengan tenang, tanpa sedikit pun emosi di matanya: "Kau sibuk? "

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen, merasa sedikit bingung untuk beberapa saat, apakah wanita ini cemburu?

Sambil tertawa kecil: "Ya, karena pengembangan tanah baru di Distrik Timur itu."

Tiffanny Wen mengangkat alisnya dengan ringan: "Sungguh, kalau begitu aku akan pergi duluan."

Setelah selesai berbicara, Tiffanny Wen ingin berbalik dan pergi, tetapi ditangkap oleh Andreas Lu yang meraih pinggangnya, dan berbisik: "Ayo pergi bersama, kamu juga memiliki bagian dari tanah itu, juga termasuk penanggung jawab."

Sambil mengatakannya, Andreas Lu merangkul pinggang Tiffanny Wen dan berjalan perlahan ke pintu masuk lift: "Dave, tolong bawa Melody Tsu ke tempat itu."

Setelah berbicara, Andreas Lu dan Tiffanny Wen menghilang di tikungan, meninggalkan Dave Gu yang berwajah pahit, dan Melody Tsu yang berdiri di sana dengan wajah suram .

"Nona Tsu, ayo pergi juga."

Melody Tsu mengertakkan gigi dan mengeluarkan kata "baik" dari sela giginya.

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu