Precious Moment - Bab 105 Tolong Maafkan Aku

“Eh……” Hansen Wen tersedak mendengar jawaban Tiffany Wen, dengan pandangan yang rumit melihat Tiffany Wen, membuka mulut seperti ingin mengatakan sesuatu.

Tetapi Tiffany Wen sudah tidak memiliki minat menemani Hansen Wen untuk terus besandiwara.

Tiffany Wen meletakkan mangkok sumpit dengan pelan, nasinya masih tersisa setengah porsi, mengambil tisu meyeka mulut dengan anggun “Terima kasih atas traktirannya, aku sudah kenyang.”

Hansen Wen melihat Tiffany Wen ingin pergi, tetapi sama sekali tidak terlihat berniat memberikan aset tanah, sesaat menjadi cemas, apalagi tadi dengan yakin mengatakan pasti bisa mendapatkan aset tanah, sehingga berusaha untuk menahan Tiffany Wen.

“Fanny, aku lihat kamu masih sisa begitu banyak sayur, sangat disayangkan, tinggallah untuk makan lebih banyak, ayah dengan tidak mudah baru bisa mentraktirmu makan sendiri.”

Tiffany Wen terus tersenyum dingin dalam hati, traktir sendirian? Walaupun tidak tahu ke mana kedua orang hina Tania Qin dan Jessica Qin bersembunyi, paling hanya di box sebelah saja, di sebelah tembok ada telinga, terpaksa harus waspada.

Hansen Wen merasa aneh, berdasarkan sifat Tiffany Wen, biasanya jika dia sudah berkata dengan lembut artinya kemungkinan besar akan berhasil, mengapa mendadak berbeda dari biasanya? Apakah dia menyadari Tania Qin mereka? Tidak mungkin……

Hansen Wen juga tidak bisa memastikan pemikiran Tiffany Wen dalam sesaat, tetapi dia tahu jika bersikeras memaksa Tiffany Wen di sini hanya akan membuatnya curiga, sehingga dengan luwes mengalihkan pembicaraan “Jika begitu, Fanny tolong secepatnya pertimbangkan masalah aset tanah.”

Tiffany Wen menganggukkan kepala dengan penuh keraguan, air mata yang samar masih terlihat “Aku tahu kamu dan ibu berjuang dengan susah payah, tetapi ayah, ini adalah pemberian kakek untukku, ini jugaseperti kenanganku tentang kakekku, sehingga pemberian aset tanah ini aku terpaksa harus sangat hati-hati.” Terakhir Tiffany Wen sedikit menundukkan kepala, mengucapkan kata maaf yang suka dikatakan oleh Hansen Wen kepadanya “Ayah, tolong maafkan aku.”

Selesai bicara Tiffany Wen mengambil tas melangkah keluar dengan cepat, tinggal Hansen Wen duduk terbengong di kursi, kebingungan untuk menyusun kata.

Tentu saja Tiffany Wen tidak berminat mengetahui reaksi Hansen Wen dan Tania Qin mereka setelah dia pergi, Tiffany Wen menenteng tasnya berjalan menuju pintu keluar hotel, memanggil taxi untuk pulang.

Setelah tiba di rumah, Tiffany Wen membuka dan menutup pintu dengan pelan, takut Wenny Zhou mereka ada di rumah, takut mereka mendengar suara pintunya kemudian datang untuk menyapanya dengan ramah, dia sekarang tidak punya energi untuk melayani mereka.

Setelah masuk rumah, Tiffany Wen tidak mendengar suara dari tembok tetangga, menghela nafas lega, kelihatannya Wenny Zhou mereka tidak ada di rumah.

Tiffany Wen melempar tas ke sofa sekenanya, langsung menuju kamar tidur setelah mengganti sandal.

Tiffany Wen terbaring lelah di ranjang, dengan merasakan keempukan di sekelilingnya, Tiffany Wen merasa tidak tertekan separah sebelumnya, berbalik badan melihat papan nama ibunya di sebelah meja rias.

Tiffany Wen memeluk selimut melihat papan nama ibunya dengan pandangan yang rumit, otaknya penuh dengan perkataan Hansen Wen kepada Tania Qin, kemudian teringat kembali bagaimana Hansen Wen mengenang kembali masa lalu dengan penuh perasaan, Tiffany Wen sudah tidak bisa membedakan, tidak tahu kenangan yang diceritakan oleh Hansen Wen asli atau palsu, juga tidak tahu perasaan yang ditunjukkan Hansen Wen saat itu asli atau palsu, ataukah semuanya hanya cerita yang dikarang untuk mengharukan dirinya saja?

Tiffany Wen merasa otaknya kacau, menggoyang-goyangkan kepalanya yang pusing dengan kencang, dia merapikan ruangan kemudian pergi mandi dengan setengah sadar.

Tiffany Wen menundukkan kepala membiarkan air mengalir dari ujung kepalanya, tetapi air sehangat apapun tidak bisa memasuki dadanya untuk melelehkan es dalam hatinya.

Menundukkan kepala, air mengalir mengikuti bulu mata yang panjang mengalir ke bawah, sepasang mata Tiffany Wen dengan tidak berenergi melihat butiran air menetes turun.

Tidak bahas kenangan Hansen Wen asli ataupun palsu, Tiffany Wen tetap ingin sekali mengetahui apakah Hansen Wen sama sekali tidak tersentuh hatinya saat mengenang kembali, jika kehidupan awal sesusah itu, bagaimana dia bisa lupa dia mempergunakan 1 ember emas pertama untuk membeli hadiah tanda cinta untuk ibunya? Bahkan membiarkan Tania Qin melelangkannya? Ataukah perasaan dia terhadap ibu sama seperti yang dia katakana sendiri, benaran sudah memudar? Sekarang hatinya hanya ada Tania Qin?

Semakin dipikirkan Tiffany Wen merasa semakin putus harapan terhadap Hansen Wen, sehingga tidak lanjut merisaukannya, setelah mandi bebek dan mengeringkan rambut sekedarnya, terbaring di ranjang, terbengong melihat kegelapan.

“Sudahlah, untuk apa menambah kerisauan untuk diri sendiri, besok masuk kerja masih ada hal yang memusingkan……lebih baik cepat tidur……”

“Penghargaan pegawai teladan sialan……”

Tetapi kenyataannya Tiffany Wen kurang tidur semalam, walaupun dia ingin tidur semalam, tetapi apa daya teringat masalah rumit ‘penghargaan pegawai teladan’. Sesaat pusing dengan kelak hubungan dengan rekan kerja serta mata-mata yang belum ditemukan……sehingga Tiffany Wen bolak-balik di kasur sepanjang malam.

Keesokan harinya Tiffany Wen datang ke kantor dengan tidak bersemangat, satu-satunya yang membuat Tiffany Wen merasa beruntung adalah kacamatanya menutupi lingkaran hitam matanya, membuatnya terlihat lesu namun tidak memalukan.

Begitu keluar dari lift, Tiffany Wen melihat Lesly bertiga sedang bersandar pada tembok minum kopi dan membahas sesuatu, Tiara yang menghadap pintu lift segera mencibir melihat Tiffany Wen yang kampungan yang menusuk mata.

“Loh bukankah ini pegawai teladan kita, mengapa wajahnya sangat lesu, apakah semalam bersenang-senang kemalaman?”

Dua yang lain segera memutar kepala saat mendengar perkataan Tiara, melihat Tiffany Wen yang tetap kampungan, matanya penuh iri dan sikap meremehkan.

“Tiara, bagaimana kamu bicara mengenai pegawai teladan kita seperti ini? Orang lain kemungkinan besar bergadang demi mendegisn proyek apa baru bisa kelelahan seperti ini.”

“Ya betul Tiara, yang dikatakan Kak Lesly benar, jika tidak berusaha sekeras itu, orang lain bagaimana mungkin masuk kerja belum 1 bulan sudah terpilih menjadi pegawai teladan.”

Mereka bertiga tertawa sambil menutupi mulut, walaupun membahas tentang Tiffany Wen, tetapi sama sekali tidak melihat Tiffany Wen, bahkan lirikan sekilas mereka juga penuh dengan kebencian dan sikap meremehkan.

Tiffany Wen tidak ingin berlama-lama dengan mereka, memutar menghindari mereka untuk masuk ke kantor, mereka mengira Tiffany Wen takut pada mereka, sehingga tertawa semakin kencang.

Ketika Tiffany Wen masuk ke kantor, dia melihat semua orang sedang terburu-buru membawa kertas dan pena menuju tangga, Tiffany Wen cemas, menahan seorang anak magang menanyakan keadaan, tetapi melihat anak magang tersebut melihat belakang Tiffany Wen dengan takut, lalu menggelengkan kepala dengan kencang dan pergi.

Tiffany Wen dengan penasaran menoleh ke belakang, melihat Lesly bertiga berjalan menghampirinya dengan penuh kemenangan, Tiffany Wen langsung paham, kemungkinan besar ulah mereka bertiga.

Tiffany Wen terpaksa mengikuti mereka membawa kertas dan pena menuju tangga, baru setengah jalan melihat Jennifer Xia dengan terburu-buru lari turun dari lantai 1, menghela nafas lega setelah melihat Tiffany Wen, menarik Tiffany Wen lari ke atas “Fanny, akhirnya kamu datang, telat sedikit lagi akan telat ikut rapat pagi. Aku sudah mengambil tempat untukmu.”

Tiffany Wen melihat Jennifer Xia mengandeng tangannya, hatinya merasa hangat, wajahnya tersenyum, tetapi tidak melihat pandangan dingin di belakangnya.

……

Akhirnya bertahan hingga pulang kerja, hari ini selain Jennifer Xia, seluruh kantor tiada orang yang berbicara dengan Tiffany Wen, Tiffany Wen tahu semua ini adalah ulah geng bertiga itu, sehingga tidak terlalu menggerutu dalam hati, tetapi dia sangat berterimakasih kepada Jennifer Xia, karena dia tidak menjauhi dirinya karena masalah itu.

Tiffany Wen dan Jennifer Xia membereskan barang sambil bercanda “Jennifer, terima kasih untuk hari ini, jika kamu tidak membangunkanku saat rapat pagi, aku kemungkinan tertidur, tidak tahu akan dipersulit seperti apa jika ketahuan oleh Leon Liu.

“Ha ha ha, Fanny kamu harus perhatikan kesehatan, urusan keluarga memang sangat merepotkan, tetapi tidak berarti jika badanmu sampai ambruk.”

Tiffany Wen tersenyum pahit “Jennifer, aku sudah beres, jalan bareng?”

“Ya, aku ingin ke toilet dulu dan ada data yang perlu diantar ke atas, Fanny kamu jalan dulu.”

Tiffany Wen menganggukkan kepala, setelah berpamitan dengan Jennifer Xia, berjalan menuju lift, saat ini handphone Tiffany Wen berdering, dengan ragu menundukkan kepala melihat handphone, tidak menyadari Jennifer Xia di belakangnya ditarik oleh 3 sosok badan ke pojok.

Melihat nomor tidak dikenal, Tiffany Wen ragu sesaat kemudian memutuskan untuk menerima telepon.

“Hello.”

Novel Terkait

Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu