Precious Moment - Bab 367 Memanfaatkan Kesempatan Dalam Kesempitan

Saat Max Jiang tiba rumah, hari sudah malam, operasi memerlukan konsentrasi yang sangat tinggi, sesampainya di rumah, dia pun sudah sangat kelelahan.

Namun begitu membuka pintu, malah tersadar lampu dalam rumah tidak dimatikan, Max Jiang dapat mendengar suara televisi yang berasal dari ruang tamu, dia pun segera berjalan menghampirinya dengan penasaran.

Biasanya Caterina Jiang sangat tegas terhadap pola hidup dan pengaturan waktu, kini sudah malam sekali, seharusnya perempuan itu sudah terlelap, apakah dia sungguh menunggu dirinya pulang?

Max Jiang tiba di samping sofa, terlihat Caterina Jiang sudah terlelap di sofa dengan pakaian tidur bermotif ikan hiu yang amat lucu, mungkin karena kedinginan, badannya menutup secara tidak sadar, terlihat jelas sedang gemetaran.

Melihat adik perempuannya seperti itu, terlintas kelembutan dalam mata Max Jiang, dia menghela nafas dengan tak berdaya, lalu mematikan televisi, membelai kepala Caterina dengan perlahan, terlintas senyuman lembut pada kedua ujung bibir.

“Bisa-bisanya menungguku pulang, entah karena hati nuraninya sudah tersadar atau bukan.”

Berkata-kata sendiri, Max Jiang pun membungkukkan badan, berniat menggendong Caterina, namun badannya terlalu letih, ditambah dengan jarangnya berolahraga pada hari-hari biasa, Max Jiang mencoba beberapa kali, namun tidak berhasil menggendong badan Caterina Jiang.

Suasana hening, Max Jiang menatap Caterina Jiang yang terlelap bagai seekor babi: “Apa saja yang dia makan selama beberapa tahun di luar negeri, berat sekali.”

Tetapi untung saja Caterina tidak terbangun karena gerakannya, jadi tidak tahu seperti apa canggungnya Kakaknya itu.

Max Jiang pun menghela nafas dengan kewalahan, meski ingin sekali mengabaikan adiknya itu, tetapi sebagai seorang Kakak, sekaligus seorang dokter, dia tidak mungkin mengizinkan adiknya tidur di sofa semalaman.

Tak berbicara soal cuaca, tidur di sofa memang sudah bukan posisi tidur yang tepat, mudah sekali membuat badan pegal ataupun salah tidur, ditambah dengan angin dingin yang memenuhi ruangan meski jendela sudah ditutup, Membiarkannya tetap tidur di atas sofa, jika salah-salah mengakibatkan stroke, saraf terjepit atau lainnya, yang ada malah semakin repot.

Setiap dokter memiliki pedoman lebih baik repot di awal daripada tidak berdaya di akhir, dia pun mendorong Caterina perlahan: “Caterina, bangun, kembali ke ranjang, akan masuk angin jika tidur disini.”

Caterina membuka mata dengan setengah sadar, mengusap kedua matanya, begitu melihat ekspresi letih pada wajah Max Jiang, dia segera memanggil dan memeluknya dengan gembira: “Kak, akhirnya kamu pulang juga.”

Melihat adik sendiri begitu ramah, bohong jika Max Jiang tidak terharu sama sekali, tetapi kalimat yang diucapkan Caterina setelahnya malah membuat senyuman di wajah membeku.

“Kak, tolong katakan pada Andreas dan Kak Stella, sungguh bukan aku yang mendorong Tiffanny.”

Max Jiang ingin sekali mendorong pergi adik dalam pelukannya itu, tetapi melihat kedua matanya yang merah, emosi pun mereda, menghela nafas sambil berkata: “Aku kira hati nuranimu sudah disadarkan, ternyata teringat Kakakmu hanya karena Andreas, huh, kenapa aku bisa bertemu kamu?”

Mendengar perkataan Max Jiang, Caterina menatapnya dengan wajah memelas: “Kak, kamu harus membantuku, aku mohon….”

Berhadapan dengan adik perempuannya itu, emosi Max Jiang hilang sepenuhnya, dia mengangkat tangan membelai kepalanya dengan perlahan, berkata dengan sangat tak berdaya: “Coba katakan, ulah apa lagi yang kamu lakukan?”

Caterina Jiang tahu Max Jiang menyetujui permintaannya, segera mengusap mata, berekspresi sedih.

“Kak, itu…”

………………

Di sisi lain, setelah Tiffanny selesai infus, waktu sudah menunjukkan jam 10 lewat, suhu tubuhnya sudah terkendali dengan baik, dia pun sudah dapat berdiri.

Meski Andreas Lu ingin membiarkan Tiffanny beristirahat lebih lama di rumah sakit, Tiffanny malah bersikeras ingin pulang, sebab pakaian dalam yang basah total membuatnya tidak nyaman, juga tidak enak jika meminta Andreas yang membelikannya. Meski tidak tahu apa alasannya, melihat ekspresi wajah Tiffanny Wen begitu mencurigakan, Andreas Lu pun sedikit mengerti keadaannya, maka hanya membawanya mengambil obat, lalu mengantarnya pulang.

Setibanya di rumah, Tiffanny sudah tidak sabar ingin bermandi air panas, tetapi malah diserang tanpa perasaan oleh Andreas: “Baru selesai infus, jika tidak ingin masuk rumah sakit lagi, jangan mandi dulu.”

Langkah Tiffanny Wen terhenti, menoleh melihat Andreas dengan kesal, berkata: “Terima kasih atas peringatannya, dokter, Lu.”

Andreas Lu melihatnya sekilas dengan tatapan datar, mengangkat alis berkata: “Jika kamu bertemu seorang yang mempelajari ilmu kedokteran, setiap kali menjelang ujian selalu mengulangi aturan-aturan ini di samping telingamu, lama-kelamaan kamu juga pasti tahu.”

“Apalagi, ini adalah pengetahuan umum.”

Tiffanny Wen melihatnya dengan sinis, dalam hati sungguh kehabisan kata-kata, memangnya Andreas Lu tidak bisa tenang jika satu hari saja tidak menyulitkannya? Jika tidak salah, hanya ada aturan setelah suntik tidak boleh mandi selama 12 jam…..

Entah kenapa, dalam hati Tiffanny merasa sangat gagal, dia melototi Andreas Lu sejenak, lalu kembali ke kamar untuk mengganti pakaian, namun tetap patuh mendengarnya dengan tidak mandi.

Setelah mengganti pakaian dan keluar kamar, Tiffanny melihat Andreas sedang berdiri santai di samping meja kerja miliknya, menunduk melihat hasil desain miliknya, sama sekali tidak berencana pergi.

Tiffanny pun mengangkat alis, mencoba berkata pada Andreas: “Sudah malam sekali, kamu tidak pulang?”

Andreas Lu tersenyum tipis, meletakkan gambar-gambar desain ke meja, berjalan menghampiri Tiffanny dengan wajah licik. Lampu ruang tamu tidak dihidupkan, membelakangi sinar rembulan, tatapan mata Andreas Lu terlihat semakin dalam, semakin menambah kesuraman dalam diri itu, secara refleks Tiffanny mundur selangkah, melihatnya dengan waspada.

“Hari sudah malam, kamu sudah boleh pulang….deh…”

Menyadari tatapan waspada Tiffanny Wen pada dirinya, Andreas tersenyum lagi, tiba-tiba berhenti di hadapan Tiffanny, menatapnya dari atas hingga bawah.

“Siapa yang berkata, kelak tidak akan pergi dari jangkauan mataku lagi?”

Tiffanny terdiam sesaat, lalu menundukkan kepala dengan tak berdaya: “Aku…”

Andreas Lu mengangkat alis, tidak menyangka Tiffanny begitu jujur, sisa kata-katanya pun tidak terpakai lagi, dia tersenyum puas sambil berkata: “Hari sudah malam, istirahatlah.”

Tiffanny Wen melihatnya dengan kesal, mengumpat di belakang: “Jangan bilang kamu ingin mencari kesempatan dalam kesempitan?”

Andreas Lu menghentikan langkah, menoleh ke belakang, tidak tahu harus menangis atau tertawa: “Setiap kali aku datang selalu dipeluk dengan erat bagai seekor gurita, sebenarnya siapa yang ingin mencari kesempatan?”

Tiffanny sedikit terkejut, wajah putihnya langsung merah merona, rasa malu membuatnya semakin cemberut: “Aku ingin kamu tetap disini, tetapi silahkan pergi jika keberatan, tidak menerima semua penjelasan dan bantahan.”

Melihat Tiffanny Wen yang sudah marah besar, Andreas Lu pun menggelengkan kepala, lalu tersenyum tipis: “Tidak keberatan, terserah kamu ingin mencari kesempatan sebanyak apapun dariku, tetapi setelah ini harus dibayar kembali ya.”

Tiffanny terkejut lagi, segera menjauh beberapa langkah dari Andreas Lu, bersikap penuh waspada, Andreas yang melihat situasi itu pun mengangkat alis, sungguh kehabisan kata-kata: “Tenang saja, sebelum mendapatkan persetujuanmu, aku tidak mungkin menyentuhmu sedikitpun.”

Selesai berkata, Andreas Lu pun berjalan ke kamar dengan penuh sadar diri.

“Tunggu dulu.”

Tiba-tiba saja Andreas dipanggil Tiffanny, dia menoleh melihatnya dengan heran, berkata meledek: “Kenapa, cepat sekali sudah setuju?”

Tiffanny membalikkan bola mata, menunjuk rambut basah Andreas yang sangat konyol itu, tertawa berkata: “Kemari, aku bantu keringkan dulu rambutmu, jangan sampai membuat bantalku basah, aku malas mencucinya lagi.”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu