Precious Moment - Bab 345 Hati Wanita Paling Beracun

Tiffanny Wen terkekeh. Meski seluruh tubuhnya lemah, dia masih bisa berganti pakaian atau semacamnya.

Dengan patuh dia mendengarkan kata-kata Andreas Lu dan membungkus dirinya dengan handuk mandi, tetapi tidak buru-buru membuka pakaian, malah menatap jauh ke arah Andreas Lu yang berdiri di dekat jendela dengan penuh arti. Yang ada di luar jendela hanyalah kegelapan malam, tetapi jendela datar itu dengan jelas mencerminkan wajah Andreas Lu, serta senyum konyol Tiffanny Wen yang tidak jauh dari situ.

"Aku pikir kamu adalah seorang pria sejati, tetapi tidak disangka kamu juga memiliki pemikiran seperti ini."

Mulut Andreas Lu berkedut, dia benar-benar tidak memperhatikan bahwa kaca di malam hari bisa digunakan sebagai cermin. Terdengar suara tarikan, Andreas Lu pun menutup tirai, memisahkan dirinya dan Tiffanny Wen di kedua sisi tirai.

Melihat Andreas Lu menutup tirai dengan tenang, entah kenapa, Tiffanny Wen sepertinya merasa dia sedang merasa malu, dan akhirnya Tiffanny Wen tidak bisa menahannya dan berbaring di sofa tertawa terbahak-bahak.

"Apakah kamu sudah cukup tertawa? Aku akan bantu mengganti pakaianmu jika kamu tertawa lagi."

Suara dalam Andreas Lu datang dari balik tirai, nada bicara sedingin esnya masih agak jengkel, Tiffanny Wen dengan lembut menyeka sudut matanya, merasa kekuatan fisiknya sepertinya sudah pulih sedikit, dengan cepat melepas pakaiannya lalu membungkus dirinya dengan handuk mandi, lalu terhuyung-huyung ke tempat tidur.

Selama proses tersebut, Andreas Lu bahkan tidak berbalik sedikit pun.

Tiffanny Wen sedikit konyol ketika dia membungkus dirinya dengan selimut layaknya sebutir telur, hanya memperlihatkan kepalanya, dengan sorot mata yang licik, diam-diam menatap Andreas Lu yang masih berdiri diam di dekat jendela, sambil tertawa: "Andreas Lu, bagaimana pemandangan di luar jendela?"

Mendengar ejekan Tiffanny Wen, Andreas Lu tahu bahwa dia telah selesai, barulah dia menutup jendela, berbalik, dan melihat Tiffanny Wen sudah membungkus dirinya menjadi sebutir telur besar, melihatnya dengan pandangan mata berbinar.

Melihat Andreas Lu masih terlihat dingin, Tiffanny Wen melirik selangkangannya dengan sedikit geli, melihat ‘tenda’nya yang sudah menghilang, dia bercanda; "Andreas Lu, tidak disangka, ternyata kamu adalah seorang pria sejati."

Andreas Lu menatap samar ke arah mata Tiffanny Wen dengan sedikit ketidakberdayaan dan suara parau: "Sedikit lagi, aku sudah bukan seorang pria sejati. Jika aku tidak dapat menahannya, kamu akan memanggilku binatang buas."

Tiffanny Wen menatap Andreas Lu dengan heran, tidak menyangka bahwa dia telah belajar bercanda.

Sambil terkekeh, Tiffanny Wen kembali menatapnya dalam-dalam, matanya beralih ke bagian tertentu dari Andreas Lu baik sengaja maupun tidak, dengan seringai di wajahnya, dan nada bicara mengancam: "Jika kamu tidak bisa tahan, aku akan membiarkanmu masuk."

Andreas Lu menatap Tiffanny Wen tanpa berkata-kata, penampilannya yang jahil ini bisa dibilang sangat imut, merasa tatapannya selalu melayang di bawah pinggulnya dengan sengaja atau tidak sengaja, api hasrat yang susah payah dia padamkan, mulai bergerak lagi.

Andreas Lu terbatuk sedikit, matanya mengandung sedikit peringatan: "Jika kamu melihatku seperti ini lagi, jangan katakan bahwa aku tidak tahu bagaimana mengasihani perempuan kalau sampai ‘apinya terbakar’.”

Tiffanny Wen tentu saja tidak percaya pada omong kosong Andreas Lu. Dia bukan hanya satu dua kali saja bermain api, jika benar terbakar, tubuhnya sudah lama menjadi abu, bagaimana mungkin dia masih bisa selincah sekarang.

Meskipun begitu, Tiffanny Wen dengan patuh menarik pandangannya, merasakan sorot mata panas Andreas Lu, dengan lemah menciutkan lehernya, memprotes: "Kalau begitu jangan lihat aku seperti itu. Juga, menjauhlah dariku, kompor berbentuk manusia, efek obatnya masih ada sampai sekarang, jika nanti aku tidak bisa mengendalikannya"

Sebelum dia selesai berbicara, Andreas Lu terkekeh dan menyela: "Jika kamu tidak bisa menahannya, aku akan sangat senang bekerja sama dengan kamu."

Tiffanny Wen memutar matanya lebar-lebar dan berkata, "Enak saja, maksud aku, takut aku tidak bisa menahan untuk mengebirimu."

Sudut-sudut mulut Andreas Lu bergerak-gerak, sedikit konyol, tapi dia sama sekali tidak memasukkan kata-kata Tiffanny Wen ke dalam hatinya, malah diam-diam mundur ke sofa dan memandangi Tiffanny Wen dengan tenang.

Dilihat seperti itu, wajah Tiffanny Wen memanas, melotot dengan kejam kepada Andreas Lu: "Berbaliklah! Balikkan punggungmu! Jangan melihatku dengan sorot mata seperti itu!"

Andreas Lu menggelengkan kepalanya tanpa berkata-kata, tetapi dia tetap berbalik dengan patuh, memunggungi Tiffanny Wen, dan bercanda: "Ngomong-ngomong, banyak juga masalahmu sepanjang hari. Hanya pergi ke kamar mandi, tidak melihatmu selama beberapa menit saja, kamu sudah menemui masalah lagi."

Masih mending tidak mengungkit hal ini, begitu diungkit, Tiffanny Wen juga sangat marah, dan mendengus dingin, "Apa menurutmu aku akan mengunci diri di toilet? Dan apa aku tidak ada kerjaan sampai mengunci diri dua kali?"

Mendengar kata-kata Tiffanny Wen, alis Andreas Lu sedikit mengernyit, memikirkan ketika konferensi pers pengembangan lahan terakhir, dan merasa ada yang agak aneh: "Maksud kamu, kamu dikunci di toilet oleh seseorang?"

Tiffanny Wen memutar matanya tanpa suara, terlepas dari apakah Andreas Lu dapat melihatnya: "Bukankah kata-katamu ini hanya omong kosong belaka? Apakah menurutmu aku sangat suka toilet, tidak ada kerjaan lalu berdiam diri di toilet ngapain, melihat langit-langit?"

Mulut Andreas Lu berkedut, tidak dapat menemukan bantahan, lanjut berbicara tentang hal itu: "Menurut kamu siapa yang melakukannya?"

Tiffanny Wen mendengus dingin, dan tidak mengatakannya secara langsung: "Menurutmu siapa yang akan begitu kurang kerjaan, di lantai empat di mana tidak banyak pelayan, berlari ke toilet wanita dan mengunci pintuku?"

Andreas Lu tidaklah bodoh, dan kata-kata Tiffanny Wen juga sangat jelas. Seharusnya hanya ada beberapa dari mereka yang berada di lantai itu pada saat itu, dan hanya ada satu orang yang keluar dan dapat memasuki kamar mandi wanita untuk mengunci pintu.

Andreas Lu mengerutkan kening lagi, matanya dipenuhi keraguan: "Melody Tsu? Kenapa dia ingin menghadapi kamu?"

Tiffanny Wen jatuh ke belakang tanpa berkata-kata, berbaring di tempat tidur dengan ke empat kaki dan tangannya telentang, merasa sedikit kedinginan, melihat ke bawah, cahaya musim semi, dengan santai menarik selimut, dan menghela nafas.

"Perempuan cantik, eh salah, pria ganteng awal dari bencana, kekasih masa kecil seseorang telah diculik olehku, jadi dia pun balas dendam."

Andreas Lu sedikit bingung, melihat ke bawah sambil berpikir, dia merasa bahwa kalimat ini terdengar akrab. Tampaknya Tiffanny Wen juga dikunci di toilet saat konferensi pengembangan tanah. Hasil penyelidikan Dave Gu juga mencurigai pelakunya adalah Melody Tsu, dan ketika dia menanyakan alasannya, dia sepertinya mengatakan sesuatu yang sama dengan yang dikatakan Tiffanny Wen sekarang.

Tetapi Andreas Lu masih tidak mengerti: "Mengapa dia ingin menyakitimu?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya tanpa berkata-kata, apakah IQ dan EQ tidak bisa sama-sama bagus? Tapi aku jelas memiliki keduanya. (Stella Lu: Fanny, sadarlah, jangan mengigau.)

Tiffanny Wen memandang langit-langit dengan tenang, perlahan-lahan menutup matanya, dan menjelaskan dengan tenang: "Hal ini mudah dijelaskan, hanya dengan dua kalimat."

Andreas Lu dengan diam menunggu apa yang disebut dua kalimat oleh Tiffanny Wen, tetapi akhirnya mendengarkan suara Tiffanny Wen yang perlahan mengalir keluar:

"Hati wanita paling beracun, dan, hati wanita layaknya jarum di dalam laut."

Sudut bibir Andreas Lu bergerak-gerak, walaupun dia mungkin memiliki EQ yang rendah, tapi IQ-nya bukanlah bualan belaka. Kedua kalimat Tiffanny Wen tidak hanya bisa menyimpulkan Melody Tsu, tetapi semua wanita di dunia pun termasuk ke dalamnya.

"Lebih baik tidak mengatakannya."

Andreas Lu bergumam pelan, alisnya menegang, masih tidak tahu tujuan Melody Tsu melakukan ini, dikombinasikan dengan ini dan terakhir kali Tiffanny Wen dikunci di toilet, air muka Andreas Lu menjadi suram, memikirkannya baik-baik, sepertinya asalkan ada Melody Tsu di tempat, Tiffanny Wen sedikit banyaknya akan mengalami masalah.

Dengan tatapan sekilas, Andreas Lu tiba-tiba teringat apa yang terjadi waktu pendakian gunung, Tiffanny Wen berkata pada dirinya sendiri bahwa dia didorong ke bawah oleh orang lain, waktu itu juga ada Melody Tsu, dan kebetulan yang berada di barisan belakang untuk jaga-jaga, kebetulan adalah Melody Tsu juga.

Air muka Andreas Lu menjadi suram semakin dia memikirkannya, dan sepertinya memahami kebenaran dari kalimat ‘hati wanita paling beracun’, tetapi setelah sekian lama, dia tiba-tiba menyadari bahwa Tiffanny Wen yang ada di belakangnya sudah tidak bersuara. Dia merasa ada yang tidak beres. Dia menoleh dan melihatnya berbaring di tempat tidur dengan semaunya, selimut menutupi tubuhnya dengan asal, meskipun tidak kelihatan apa pun, warna seputih salju dibaliknya justru memberi tahu Andreas Lu fakta bahwa dia tidak memakai apapun di baliknya.

Novel Terkait

Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu