Precious Moment - Bab 248 Sudah Mengakui Cucu Menantu Ini

Kepala pelayan langsung pergi setelah mengantar Tiffanny Wen ke ruang teh yang khusus dipakai Nenek Lu, meninggalkan Tiffanny Wen sendiri berdiri dan ragu-ragu di depan pintu.

Tiffanny Wen melihat pintu kayu cendana merah tua, matanya terlihat sangat ragu, dia sedikit mengerutkan dahi dan terus mengecap bibir, lipstiknya perlahan-lahan luntur olehnya, tetapi warna bibirnya lebih merah daripada saat memakai lipstik.

Tiffanny Wen benar-benar tidak tahu apakah sebenarnya dirinya harus memberitahu situasi asli dirinya dengan Andreas Lu kepada Nenek atau tidak, tetapi Nenek benar-benar sangat baik terhadapnya, Tiffanny Wen benar-benar tidak tega membuat Nenek marah……

Tetapi situasi dirinya dengan Andreas Lu cepat lambat juga akan disadari Nenek, sampai saat itu Nenek kan akan sangat kecewa……

Tiffanny Wen mempertimbangkan akibatnya, dia merasa membuat Nenek marah lebih baik daripada membuat Nenek kecewa, hal ini bisa berpura-pura sesaat, tetapi tidak bisa berpura-pura seumur hidup.

Akhirnya Tiffanny Wen memberanikan diri dan mengetuk pintu dengan tatapan teguh.

“Siapa?”

“Nenek, aku Tiffanny Wen.”

“Oh, gadis kecil ya, akhirnya kamu datang, cepat masuk.”

Dengan dibatasi pintu, Tiffanny Wen masih bisa merasakan keramahan Nenek, terpikir senyuman Nenek yang ramah, tekad Tiffanny Wen terjadi sedikit guncangan, tetapi dia tetap memberanikan diri dan membuka pintu.

Melihat Nenek yang duduk di depan meja teh dan tersenyum ramah, di dalam matanya ada rasa suka yang kental, Tiffanny Wen seperti melihat Kakek yang dulu……dulu, juga ada seseorang yang melihat dirinya dengan tatapan yang begitu ramah……

Mata Tiffanny Wen sedikit menjadi gelap, dia tersenyum pada Nenek, di dalam senyumannya ada sedikit kepahitan dan rasa bersalah.

“Nenek, aku sudah datang.”

Nenek Lu adalah orang yang sangat lihai, walaupun sudah tua, tetapi tidak berpengaruh terlalu besar terhadapnya, di saat Tiffanny Wen masuk, Nenek Lu langsung menyadari keanehan Tiffanny Wen.

Rasa suka di dalam matanya tidak berkurang, malah ditambah sedikit perhatian dan kecemasan: “Kamu kenapa? Terlihat begitu murung, Andreas mengusik kamu ya? Kamu bilang dengan Nenek, Nenek pasti akan membelamu!”

Melihat Nenek begitu perhatian padanya, kepahitan di dalam hati Tiffanny Wen lebih mengental lagi, bahkan mengental sampai terasa berat.

Tiffanny Wen perlahan-lahan duduk di seberang Nenek dan menggeleng-geleng kepala sambil tersenyum pahit, akhirnya dia membuat tekad yang terakhir: “Bukan begitu Nek, Andreas Lu tidak mengusikku, sebaliknya, sebenarnya dia sangat baik terhadapku.”

Melihat Tiffanny Wen seperti ini, Nenek sedikit tidak mengerti, dia mengelus kepala Tiffanny Wen dengan ramah dan menenangkan: “Kalau begitu kamu terjadi apa? Bilang pada Nenek, Nenek pasti akan sepenuhnya membelamu.”

Merasakan perhatian yang kental dari Nenek, Tiffanny Wen merasa di dalam hatinya memang semakin pahit, di dalam hati perlahan-lahan juga muncul rasa bersalah: “Nenek, sebenarnya kali ini aku datang untuk memgembalikan gelang.”

Nenek dengan terkejut melihat Tiffanny Wen membongkar tas beberapa lama, kemudian mengeluarkan gelang yang dia pakaikan sendiri kepada Tiffanny Wen dan meletakkan di hadapannya dengan hati-hati.

Nenek mengerutkan dahi dan melihat Tiffanny Wen dengan sangat terkejut: “Gadis kecil, kamu……apakah Andreas tidak baik terhadapmu? Kamu mengalami ketidakadilan apa, katakan saja pada Nenek, Nenek pasti akan membelamu!”

Melihat Nenek ternyata begitu melindungi dirinya, Tiffanny Wen perlahan-lahan dikepung oleh rasa bersalah yang kental, kelopak matanya sedikit memanas, dia menunduk dan tidak berani bertatapan dengan mata Nenek: “Nenek, sebenarnya Andreas Lu tidak berbuat apapun padaku, aku yang berbohong pada Anda!”

Melihat Tiffanny Wen seperti ini, dalam sesaat Nenek juga tidak tahu harus berkata apa, dia hanya duduk di samping dengan diam, melihat Tiffanny Wen dan menjadi seorang pendengar.

Tiffanny Wen tahu, yang seharusnya terjadi pasti akan terjadi, karena sudah membuka, hati Tiffanny Wen sebaliknya merasa lumayan membaik, karena sudah membuat keputusan, sudah tidak bisa menyesal lagi, biasanya ini adalah gaya bertindak Tiffanny Wen.

“Nenek, sebenarnya saat di pesta Anda, penampilan aku dan Andreas Lu semuanya bohong, aku sama sekali bukan pacar Andreas Lu, Andreas Lu memang banyak membantuku, tetapi antara aku dan Andreas Lu hanyalah hubungan kerjasama yang murni……”

“Waktu itu di pesta Anda, aku hanya memberi Andreas Lu sebuah bantuan, karena dia benar-benar sudah muak dengan paksaan nikah dari Nyonya Lu, maka memanggil aku bantu menjadi perisainya……”

Setelah mendengar sampai di sini, Nenek Lu sudah mengerti situasinya secara garis besar, tetapi dia percaya dengan perasaannya, di antara Tiffanny Wen dan Andreas Lu pasti bukan hubungan kerjasama yang murni.

Hanya berdasarkan perasaan yang tidak sengaja ditunjukkan Andreas, gadis kecil pasti tidak mungkin hanyalah sebuah perisai yang digunakan untuk membendungi paksaan nikah.

“Gadis, kamu tidak ada rasa sama sekali pada Andreas?”

Mendengar suara Nenek yang masih lembut, Tiffanny Wen mengangkat kepala dengan sedikit merasa aneh dan melihat Nenek Lu

Rasa? Apakah dirinya memilik rasa pada Andreas Lu……Andreas Lu memang selalu bisa membawakan rasa aman kepada dirinya, membuat dirinya merasa dia adalah orang yang paling bisa dipercaya……tetapi, apakah ini termasuk, rasa?

Mungkin ini murni hanyalah kepercayaan antara teman……

Setelah ragu beberapa detik, Tiffanny Wen mengangguk kepada Nenek Lu: “Iya.”

Sebenarnya tidak membutuhkan jawaban dari Tiffanny Wen, Nenek Lu hanya melihat mata Tiffanny Wen yang bersinar, sudah langsung mendapat kesimpulan, melihat Tiffanny Wen yang sangat merasa bersalah, matanya terlintas sebuah cahaya yang redup, tetapi ekspresinya menjadi suram dalam seketika.

Dasar Andreas Lu bocah tidak pandai ini, setiap hari hanya tahu bermain-main di luar, begitu tidak mudah membawa pulang gadis yang begitu baik, ternyata masih dalam tingkat asmara! Masa bocah ini hanya memiliki EQ sedikit ini, malah masih belum diperjelas, membuat gadis ini salah paham di sini.

Semakin dipikirkan, wajah Nenek Lu semakin suram, tetapi pada kenyataannya, Andreas Lu menjadi kambing hitam dengan tidak bersalah, sebenarnya Andreas Lu terus melakukan macam-macam isyarat, tetapi Tiffanny Wen si bodoh ini benar-benar terlalu bodoh……

Sedangkan Tiffanny Wen tidak mengetahui pikiran di dalam hati Nenek, juga tidak tahu Andreas Lu menjadi kambing hitam begitu saja dengan tidak jelas. Melihat wajah Nenek yang semakin suram, Tiffanny Wen malah ada semacam rasa terbebaskan.

Tidak apa-apa, Nenek marah juga adalah hal yang wajar, bagaimanapun juga, memang dirinya dan Andreas Lu yang membohongi dia, sekarang Nenek marah, lebih baik daripada dirinya dan Andreas Lu terus merahasiakan, akhirnya ketahuan dan membuat Nenek kecewa……

Di saat Tiffanny Wen sudah siap menghadapi kemarahan Nenek, Nenek Lu malah berteriak ke luar pintu dengan suara kencang: “Seseorang! Bawa Andreas Lu si keparat itu kemari!”

Mendengar teriakan Nyonya Tua Lu, semua pembantu di luar pintu saling bertatapan dengan terkejut, lalu pergi mencari keberadaan Andreas Lu dengan buru-buru.

Beberapa lama kemudian, Andreas Lu datang ke ruang teh, dia dengan bingung melihat Tiffanny Wen yang merasa bersalah, serta Nenek yang sedang marah.

Walaupun Andreas Lu tidak tahu sebenarnya terjadi apa, tetapi Andreas Lu bisa merasakan suasana di dalam ruangan, dia juga tidak berani sembarang bicara: “Nenek, aku sudah datang, ada urusan apa cari aku?”

Nenek melototi Andreas Lu dengan marah: “Kamu masih tidak malu bertanya padaku ada urusan apa? Katakan! Kamu dan gadis sebenarnya adalah hubungan pacar atau bukan!”

Walaupun Andreas Lu masih tidak tahu sebenarnya terjadi apa, tetapi mendengar panggilan Nenek terhadap Tiffanny Wen, Andreas Lu berani memastikan tidak ada apa-apa, dia menjadi lebih lega dalam seketika dan menjawab dengan datar: “Bukan.”

Mendengar Andreas Lu ternyata masih bisa begitu tenang, di dalam hati Tiffanny Wen seketika dipenuhi kekaguman, serta persiapan menghadapi kemarahan.

“Plakkk!”

Mendengar jawaban Andreas Lu, Nenek sungguh memukul meja dan berdiri, suara yang kencang membuat ruangan seketika menjadi hening.

“Huh! Dasar tidak berguna! Mengapa Keluarga Lu membesarkan anak yang begitu tidak berguna!”

Melihat wajah Andreas Lu yang sedikit gelap, Tiffanny Wen baru ingin membelanya, tetapi Nenek Lu berkata lagi: “Aku sih sudah mengakui gadis ini sebagai cucu menantu! Dasar tidak berguna, terserah kamu ingin bagaimana!”

Andreas Lu tertawa dalam seketika, suasana buruk menjadi baik, dia melihat Tiffanny Wen dengan maksud lain: “Nenek, aku sudah mengerti, aku pasti akan membuat keinginan Nenek terpenuhi.”

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu