Precious Moment - Bab 327 Takdir

Andreas Lu memandangi Tiffanny Wen yang tiba-tiba memikirkan kehidupan, dia melingkarkan lengannya di pinggangnya, dan memeluk Tiffanny Wen dengan erat.

Tiffanny Wen belum sempat bereaksi dan langsung duduk di atas kaki Andreas Lu, Tiffanny Wen ingin berdiri, tetapi Andreas Lu memeluknya, sepasang tangannya memeluk erat pinggang Tiffanny Wen, membuatnya sama sekali tidak dapat bergerak.

Awalnya Tiffanny Wen sudah cukup kesal dengan "keisengan" Andreas Lu menyuruhnya membantu membukakan baju, sekarang dia kembali di goda oleh Andreas Lu, dia benar-benar kesal hingga ke ubun-ubun, tetapi dia hanya diam dan tidak berbicara.

Saat ini garis wajah Andreas Lu yang tajam, di bawah cahaya sinar matahari merah, terlihat lebih lembut, dan juga terdapat sebuah kehangatan yang aneh, saat ini pria itu sedikit menundukan kepalanya, dengan diam menatap TIffanny Wen, mata yang cantik, pupil mata yang dalam, di bawah bayang-bayang anak rambut, semakin terlihat misterius, kelembutan di matanya bagaikan ingin menelan Tiffanny Wen.

Melihat Tiffanny Wen kembali bengong, Andreas Lu tertawa, lalu memutar kepalanya mengigit telinganya, lalu berbisik: "Walaupun matahari tenggelam sangat cantik, tapi aku lebih menyukai matahari terbit, karena dibalik itu terdapat harapan yang tak terbatas."

"Tetapi, bila kamu menyukai matahari terbenam, aku dapat menemanimu dari matahari terbit hingga senja."

Tiffanny Wen paling takut Andreas Lu berbisik di telinganya, mungkin jika orang lain dia tidak akan bereaksi berlebihan, tetapi jika itu adalah Andreas Lu, setiap kali dia berbicara dekat dengan telinganya, Tiffanny Wen langsung merasa seluruh tubuhnya merinding, dan berubah menjadi sangat sensitif.

Perlahan telinga Tiffanny Wen berubah menjadi merah, bagaikan terkena sebuah virus, langsung dari telinga kiri menjalar ke seluruh wajahnya, semuanya langsung berubah tidak normal.

Walaupun jantungnya berdetak tidak normal, tetapi setiap perkataan Andreas Lu membuat sanubarinya bergetar.

Tiffanny Wen membuang muka dengan panik, mencoba berpura-pura tidak mengerti apa yang pria itu katakan. Namun, perubahan di wajahnya terlalu jelas, dan kata-kata itu tampak ajaib, setiap kata itu dalam. Bila Tiffanny Wen tidak mengerti maka terlihat sangat berpura-pura.

Tiffanny Wen buru-buru menarik pandangannya, memutar tubuhnya, membelakangi Andreas Lu, tidak ingin dia melihat kulitnya yang memerah, tetapi dia tidak tahu bahwa telinganya yang merah sudah membuat Andreas Lu mengetahuinya.

Andreas Lu pun tidak langsung mengatakannya, dia hanya memeluk Tiffanny Wen, meletakan dagunya di atas kepala Tiffanny Wen, mencium aroma nya yang segar, dan melihat matahari yang perlahan turun, kedua orang itu tidak berbicara.

Tiffanny Wen merasa kepalanya di tekan sangat berat, dia mengeleng-gelengkan kepalanya, tetapi tidak berguna, dia ingin menguanakn tangannya untuk mendorongnya, tetapi Andreas Lu mengambil tangannya, dan menguncinya.

Tiffanny Wen sama sekali tidak dapat bergerak lagi, wajahnya terlihat kesal, tiba-tiba ada sebuah bau yang menusuk hidung Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen merasa penasaran dan melihat ke sekeliling, tetapi begiitu dia melihatnya, bau itu tiba-tiba menghilang, bahkan seperti tidak pernah ada.

Tiffanny Wen terus berusaha mengendus-ngeduskan hidungnya, tetapi dia tetap tidak mendapatkan apapun.

"Andreas Lu, kamu menggunakan sabun mereka apa?"

Andreas Lu sedikit curiga dan menatap Tiffanny Wen, tidak tahu apakah wanita ini di tekan hingga menjadi bodoh, mengapa tiba-tiba menanyakan pertanyaan ini.

"Ada apa, ada masalah?"

Tiffanny Wen ragu beberapa saat, mendengar cara bicara Andreas Lu sepertinya dia tidak akan mendapatkn jawaban, Tiffanny Wen menatap matahari yang sudah turun tersebut, dan mengerjapkan matanya.

"Bukan hal besar, hanya saja aku selalu merasa di tubuhmu ada sebuah bau yang sepsial, terkadang ada terkadang hilang, hanya merasa penasaran saja."

Andreas Lu tersenyum: "itu bukan bau sabun."

Tiffanny Wen menjadi penasaran: "mengapa, mengapa kamu sangat yakin?"

Andreas Lu menarik dagunya dari atas kepala Tiffanny Wen, dan mendekati telinga Tiffanny Wen, dengan suara rendah menggodanya: "Apakah kamu masih ingat, aku pernah mengatakan kamu memiliki bau yang sepesial?"

Tiffanny Wen tediam, dan berpikir: "Maksudmu ketika aku menjadi mata-mata di departemen design, aku bertanya kepadamu mengapa kamu mengenaliku saat itu??"

"Tapi"

Tiffanny Wen menoleh sedikit dengan bersemangat, dan ingin membantah sesuatu, tetapi disela oleh Andreas Lu; "Nah, matahari terbenam hampir selesai, kita juga harus pergi untuk mempersiapkan makan, aku belum makan.?

Setelah berbicara, Andreas Lu melepas tubuh Tiffanny Wen, dia bangkit dan berjalan menuju Paman Lu dan yang tidak jauh di depan.

Tinggalah Tiffanny Wen sendirian, berdiri di sana dengan ekspresi bingung, tangannya diletakkan di depan dadanya, tanpa sadar dia meremasnya: Tapi kenapa kamu bisa mencium baunya dari kejauhan, sedangkan dirinya harus sangat dekat dengannya bahkan kadang tercium kadang tidak?

Pada akhirnya, apa yang dia pikirkan itu tidak membuahkan hasil, dan Tiffanny Wen menyimpulkannya Andreas Lu benar-benar seekor Husky, mempunyai indra penciuman seperti anjing!!

Andreas Lu berjalan perlahan dan melihat Tiffanny Wen yang masih bingung. Dia menepuk dahi Tiffanny Wen, dan merasa aneh: “apa yang kamu pikirkan?”

Meskipun Andreas Lu tidak mengunakan kekuatan yang besar, tapi pukulan tiba-tiba di punggungnya membuatnya merasa terkejut. Tiffanny Wen tanpa sadar menutupi dahinya. Yang pada awalnya tidak merah dan digosok olehnya hingga menjadi merah.

"Aku sedang memikirkan draft gambar selajutnya harus bagaimana mengambarnya, ada apa, aku berdiri di sini menganggu pemandanganmu?"

Tidak tahu mengapa, tiba-tiba Tiffanny Wen menjadi marah, Andreas Lu menaikan alisnya, dan meminta maaf: "ehm, aku tahu batasan."

"Kamu"

Lalu ketika Tiffanny Wen hampir meledak, Andreas Lu sudah dapat menebaknya dan segera menengangkannya, mengelus kepala Tiffanny Wen, dan berjalan kedepan: "Sudah, kamu pergi ke tempat bibi Yang dulu sana, siapkan makanan."

Selesai berbicara, Andreas Lu mengiuti paman Lu masuk ke dalam hutan.

Tiffanny Wen mengeram ringan, tetapi dia masih tetap berjalan ke tempat bibi Yang dengan menurut: "Bibi Yang, apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Tiffanny, sini sini sini, kita bereskan dulu bahan makanan yang kita bawa, nanti setelah mereka kembali membawa ranting, segera bisa menyalakan api dan mulai memasak."

"Bibi Yang, aku telah membawa kompor kecil."

"Oh? oh yah? Bagus kalau begitu, kamu juga tidak merasa berat membawanya."

Karena paman Lu dan bibi Yang adalah dua orang yang berpengalaman, mereka membagi tugas, yang laki-laki mencari ranting, yang perempuan memasak, di tambah kompor Tiffanny Wen, tidak lama, makan malam telah tersedia, Bibi Yang dan Tiffanny Wen membawa makanan keluar, makanan yang dibuat juga dapat di bilang sangat beragam.

Paman Lu: "Kalian berdua ini, membuat berkemah seperti piknik, bahan makanan yang di bawa juga tidak sedikit, kali ini kamu membawa kompor tetapi tidak membawa panci, untung saja bertemu dengan kami, kalau tidak kalian berdua pasti akan kerepotan."

Tiffanny: "ah, pertemuan adalah jodoh, anak muda, beberapa kali mempunyai pengalaman maka akan mengerti. Seperti dulu, aku dan bibi Yang bertemu juga di perkemahan, saat itu dia juga membawa banyak bahan makanan, tetapi tidak membawa panci."

Bibi Yang: "Aduh, sudahlah, masalah yang sudah lama berlalu, jangan di ungkit lagi"

Paman Lu: "hahahahaha, baik baik baik, tidak ungkit, tidak ungkit lagi"

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu