Precious Moment - Bab 247 Tidak Pernah Bertemu Orang yang Begitu Tidak Tahu Malu Sepertimu

Awalnya Tiffanny Wen masih ingin menolak, tetapi terpikir Nenek yang ramah, Tiffanny Wen selalu akan tidak tahan menghubungkan dengan kakeknya yang sudah meninggal.

Tiffanny Wen tidak ingin membuat Nenek kecewa, akhirnya hanya bisa mengangguk dan mengiyakan: “Baiklah, tetapi kali ini aku tidak ingin menjadi perisaimu.”

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen, tetapi tidak ada respon yang lain.

Tiffanny Wen sudah tahu dengan melihat respon Andreas Lu ini, dirinya kemungkinan besar harus dihabisi ibunya.

“Tetapi aku ingin pulang dulu dan ganti baju.”

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen dengan sedikit merasa aneh, sebenarnya dia tidak ingin membiarkan Tiffanny Wen pulang, jika bertemu Stella Lu, nanti dirinya pasti akan dibuat mati jengkel oleh dia……

Setelah sedikit mengamati pakaian Tiffanny Wen, Andreas Lu tidak merasa bermasalah, dia sedikit mengerutkan dahi: “Apakah pakaianmu ini bermasalah? Kenapa harus pulang ganti?”

Tiffanny Wen memutar bola mata pada Andreas Lu, dirinya ingin pulang mengambil gelang yang diberikan Nenek, kamu rasa jika diriku memberitahumu, kamu akan melepaskan diriku pulang?

“Aku rasa baju ini sedikit kotor, aku juga ada misofobia, tidak boleh?”

Ekspresi Andreas Lu menjadi sedikit gelap, dia tahu Tiffanny Wen sedang mengejek dirinya, dia juga menebak kemungkinan besar Tiffanny Wen ingin pulang mengambil gelang itu, dia langsung berkata dengan gagah: “Ingin pakai apa, aku bawa kamu pergi beli baru.”

Tiffanny Wen menggerakkan sudut bibir, Andreas Lu ini sengaja ingin berlawanan dengan dirinya? Tiba-tiba, Tiffanny Wen terpikir di rumah ada Stella Lu, dia seperti sudah mengerti mengapa Andreas Lu tidak ingin membiarkan dirinya pulang.

“Oke, aku tidak pulang, aku tunggu di depan apartemen, tunggu Kak Stella mengantarkan barang ke bawah untukku, kalau tidak, aku tidak ingin pergi.”

Melihat ternyata Tiffanny Wen berani mengancam dirinya, Andreas Lu menatap Tiffanny Wen dengan wajah suram, sedangkan Tiffanny Wen sedikit mendongak dengan sangat bangga dan bertatapan dengan Andreas Lu dengan tidak ingin mengalah……

Pada akhirnya, Andreas Lu perlahan-lahan memarkirkan mobil di tempat parkir, Tiffanny Wen keluar dari kursi penumpang dengan sangat bangga.

Andreas Lu menurunkan jendela mobil dengan lambat dan melihat Tiffanny Wen dengan diam: “Kamu pergi ganti bajumu, tetapi jangan lupa yang sudah dijanjikan.”

Tiffanny Wen memutar bola mata kepada Andreas Lu dengan datar: “Iya, aku akan menjaga rahasia dari Kak Stella.”

Setelah berkata, Tiffanny Wen berjalan ke lift dengan memakai sepatu hak tinggi.

Baru masuk, Tiffanny Wen mendengar sebentar suara di dalam rumah dengan diam-diam, dia mendapati Stella Lu masih belum pulang dan menghela nafas dengan tak terkendali, dia masuk ke dalam kamar dan mengeluarkan kotak perhiasan dengan hati-hati, melihat gelang di dalam yang sudah pecah menjadi tiga bagian, Tiffanny Wen merasa sedikit sedih di dalam hati.

Anggap saja gunakan uang untuk buang sial.

Setelah menyimpan kesedihan yang tiba-tiba datang, Tiffanny Wen mengalihkan pandangan ke gelang di samping yang warnanya tidak beda jauh dengan gelang pecah dan mengeluarkannya dengan hati-hati, lalu mencari di sekeliling dan menemukan tidak ada sesuatu yang bisa digunakan untuk membungkus gelang, Tiffanny Wen hanya bisa mengambil beberapa lembar tisu dan membungkus dengan ketat, lalu memasukkan ke dalam tas.

Andreas Lu benar-benar sudah menunggu di tempat parkir sampai merasa sedikit jengkel, dia keluar dari mobil dan menekan lift untuk naik.

Pintu lift terbuka, Andreas Lu masih belum melangkah keluar dari lift, langsung melihat Tiffanny Wen sedang berdiri di depan pintu dan melihat Andreas Lu dengan sangat terkejut: “Kamu kenapa datang?”

Ekspresi Andreas Lu terlihat sedikit jengkel: “Aku datang melihat apakah kamu membongkar seluruh lemari.” Tetapi saat Andreas Lu melihat pakaian Tiffanny Wen yang tidak berubah sama sekali, walaupun sudah menebak di dalam hati, tetapi wajahnya sengaja dibuat sedikit suram: “Kamu bukannya ganti baju? Kenapa, di dalam lemari hanya ada satu baju ini?”

Tiffanny Wen tidak tahu Andreas Lu sedang sengaja mengejek dia, wajahnya terlihat sedikit canggung, tetapi dia tetap membalas dengan keras kepala: “Baju ini bagus, aku beli banyak, tidak boleh? Ada uang tidak boleh seenaknya sekali-kali?”

Andreas Lu sangat ingin tertawa, tetapi akhirnya tetap ditahan, dia menaikkan alis dengan datar dan berkata kepada Tiffanny Wen dengan tenang: “Kamu masih bengong di luar untuk apa? Tidak ingin masuk?”

Tiffanny Wen mengangguk dengan sedikit bengong, lalu menggeleng-geleng kepala, Andreas Lu menaikkan alis dan langsung maju satu langkah, memeluk pinggang Tiffanny Wen dan menggunakan tenaga, dia langsung menarik Tiffanny Wen ke dalam lift.

Pintu lift tertutup perlahan-lahan, melihat Tiffanny Wen yang sangat terkejut, sudut mulut Andreas Lu dipenuhi kenakalan, lalu dia perlahan-lahan mengulurkan tangan ke bawah……

Melihat tindakan Andreas Lu, Tiffanny Wen menangkap tangan kanan Andreas Lu yang diulurkan ke bawah, alis cantiknya dinaikkan, dia menatap Andreas Lu dengan maksud menyalahkan: “Kamu ingin berbuat apa?”

Sedangkan Andreas Lu mengerutkan dahi dan melihat Tiffanny Wen dengan sangat bingung: “Kamu yang ingin berbuat apa?”

Tiffanny Wen merasa aneh, tenaga di tangannya juga lebih kecil, Andreas Lu menggunakan tenaga, langsung melewati Tiffanny Wen dan menekan tombol lantai satu.

Tiffanny Wen diam-diam mengalihkan pandangan, tangannya perlahan-lahan dilepas dan lepas dari tangkapan Andreas Lu dengan lincah, karena canggung, wajahnya sedikit memerah: “Tidak apa-apa, kamu memelukku untuk apa?”

Melihat Tiffanny Wen yang canggung dan angkuh, sudut mulut Andreas Lu tersenyum nakal yang sulit disadari: “Kamu bengong di depan pintu, aku lihat kamu tidak masuk, jadi aku bantu.”

Tiffanny Wen tahu Andreas Lu jelas-jelas sedang berbicara tidak masuk akal, tetapi dia sama sekali tidak bisa membalas dan hanya bisa berkata dengan kesal: “Kalau begitu sungguh terima kasih.”

Andreas Lu tersenyum dengan sangat lembut: “Tidak apa-apa, tidak perlu berterima kasih.”

Sejujurnya, saat Tiffanny Wen melihat Andreas Lu tiba-tiba tersenyum, bahkan juga begitu lembut, dia memang terkagumi. Tiffanny Wen mendengus pelan dan mengalihkan kepala, tetapi wajahnya sedikit memerah.

“Tidak pernah bertemu orang yang begitu tidak tahu malu sepertimu……”

Pada akhirnya, Tiffanny Wen juga naik mobil Andreas Lu dengan patuh dan tiba di Kediaman Tua Keluarga Lu.

Baru masuk ke Kediaman Tua, Tiffanny Wen langsung bekerjasama dengan akting Andreas Lu secara refleks, membiarkan Andreas Lu merangkul pinggang dia dan masuk ke dalam pintu besar.

Baru masuk, Tiffanny Wen langsung merasakan sebuah pandangan yang dingin serta dipenuhi kebencian. Tidak perlu ditebak, Tiffanny Wen langsung tahu pasti adalah ibunya Andreas Lu.

Sudah kuduga, jika datang pasti tidak bisa menghindari dia……

Tiffanny Wen mengeluh di dalam hati dengan tidak berdaya, tetapi karena sudah memiliki persiapan mental yang pasti sejak awal, maka dia tidak berpikir terlalu banyak.

Setelah balik badan, Tiffanny Wen mengangguk kepada Violet Shen dan tersenyum dengan anggun: “Halo Bibi.”

Violet Shen melihat Tiffanny Wen dengan sinis, mendengus pelan dengan tidak senang, dan mengabaikan Tiffanny Wen, Violet Shen langsung mengalihkan pandangan kepada Andreas Lu, eskpresi di wajahnya seketika menjadi lembut.

“Andreas, kamu sudah pulang ya, temani Ibu mengobrol.”

Melihat Violet Shen berubah sikap dalam seketika, Tiffanny Wen memutar bola mata, sudahlah, kali ini dirinya datang ke Keluarga Lu bukan untuk bertengkar dengan ibunya Andreas Lu, Nenek di mana? Hal paling penting sekarang adalah kembalikan gelang dulu.

Saat Tiffanny Wen mencari Nenek di sekeliling, kepala pelayan tiba-tiba berjalan ke samping Tiffanny Wen dan sedikit membungkukkan badan: “Nona Wen, Nyonya Tua sudah menunggu lama di ruangan.”

Saat ini Andreas Lu sedang pusing bagaimana menolak ibunya agar tidak membuat Tiffanny Wen terkena amarah, pada akhirnya kepala pelayan memberikan dia kesempatan yang begitu baik.

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen dengan sangat lembut: “Ayo, kita pergi lihat Nenek dulu, jangan sampai dia menunggu terlalu lama……”

Tiffanny Wen merasa sinis di dalam hati, bilang saja tidak ingin mengobrol dengan ibumu, berkata dengan begitu sok mulia lagi.

Hal yang Tiffanny Wen saja tertebak, Violet Shen setidaknya adalah ibunya Andreas Lu, bagaimana mungkin bisa tidak tahu pikiran anaknya?

Violet Shen sudah teguh ingin anaknya tinggal dan langsung mengeluarkan jurus utama: “Kamu ini, semakin besar semakin tidak patuh dengan perkataan Ibu, kamu tunggu, aku langsung cari ayahmu sekarang.”

Andreas Lu melihat Violet Shen dengan tidak berdaya, tidak tahu bagaimana ibunya sendiri bisa begitu keterlaluan, tetapi yang paling kebetulan adalah, jurus ini sungguh berguna untuknya, bagaimanapun juga, kemampuan ibunya cerewet di depan ayahnya, Andreas Lu sih merasakannya dari kecil sampai besar.

Jika Jason Lu dicereweti oleh Violet Shen sampai tidak tahan lagi, pasti Jason Lu juga tidak akan membiarkan Andreas Lu enak……ini adalah satu keluarga.

Tentu saja, Tiffanny Wen tidak tahu tentang ini, dia hanya melihat Andreas Lu ternyata dikalahkan oleh ibunya begitu saja.

Andreas Lu melepaskan pinggang Tiffanny Wen dan menggerakkan alis padanya: “Tidak apa-apa, kamu pergi dulu saja, nanti aku datang cari kamu.”

Mendengar perkataan Andreas Lu yang ambigu, Tiffanny Wen menggerakkan sudut bibir, siapa juga yang mengkhawatirkanmu, kamu jika ingin pergi cepat pergi, tubuh yang begitu besar berdiri di depan mata sungguh merusak pemandangan.

Tetapi belum menunggu Tiffanny Wen menyatakan pendapat, Andreas Lu langsung balik badan dan berjalan ke kamar lantai satu bersama Violet Shen.

Tiffanny Wen mengangguk kepada kepala pelayan dengan tidak berdaya: “Tolong kepala pelayan bawa jalan……”

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu