Precious Moment - Bab 370 Hadiah Ulang Tahun

Malam harinya, Max Jiang pulang ke rumah dengan badan letih, begitu memasuki rumah langsung mendapat sambutan hangat dari Caterina: “Kak, akhirnya kamu pulang.”

Tetapi dariawal Max sudah memahami isi hati adik perempuannya, melihat senyuman yang semanis gula, dia pun menghela nafas dengan lelah: “Lagi-lagi karena Andreas Lu?”

Isi hati berhasil dibaca, Caterina menggaruk kepala dengan tidak enak hati, masih berusaha mengelak: “Tidak kok, yang paling penting adalah rindu pada Kakak.”

Max Jiang melihatnya dengan ekspresi tidak percaya, tatapan mata menjadi semakin rumit, lalu menghela nafas, berbalik badan masuk ke dalam rumah.

Melihat Kakaknya sendiri pergi begitu saja, Caterina pun mulai panik, berbalik badan menarik lengan Max, berkata: “Tunggu dulu Kak, apa saja yang Kakak bicarakan dengan Andreas?”

Langkah kaki Max Jiang terhenti, berbalik badan melihat Caterina, tetapi kini tatapan matanya dipenuhi kebimbangan, pada akhirnya menghela nafas, berkata: “Caterina, untuk sementara hentikan saja semuanya, jangan pancing emosid Andreas terus, jangan membuatnya risih, jika tidak Kakak pun tidak mampu membantumu.”

Selesai berkata, Max Jiang pun berbalik badan pergi, meninggalkan Caterina terbengong sendiri disana.

Apa maksud Kakak? Wajahnya terlihat jelas ingin mengatakan sesuatu…. jangan bilang Andreas mengatakan sesuatu yang buruk pada Kakak, namun Kakak tidak berani memberitahu dirinya?

Berpikir demikian, Caterina menggigit gigi, dalam hati semakin risih dan membenci Tiffanny Wen.

Jika bukan karena Tiffanny Wen mengucapkan perkataan aneh-aneh pada Andreas, bagaimana mungkin Andreas menentang Kakak dan dirinya?!

Ekspresi wajah Caterina Jiang menjadi suram, langsung kembali ke kamar sendiri, mengeluarkan handphone, menatap nomor Melody Tsu cukup lama, terlintas cahaya penuh perlawanan dalam matanya, pada akhirnya menekan tombol panggilan dengan berani.

Mendengar suara dari ujung telepon, Caterina pun berkata dengan nada datar: “Melody, hari ini aku sudah mendapat pekerjaan di Louise Group, tetapi Tiffanny Wen malah tidak masuk kerja.”

Di seberang telepon, Melody yang tadinya sudah berencana tidur malah tiba-tiba menerima panggilan dari Caterina Jiang, awalnya mengira dia datang untuk menagih sesuatu, tak disangka malah membawa laporan baru.

Dalam hati tersenyum dingin, awalnya dia sudah menganggap Caterina sebagai buah catur yang telah menjadi sampah, tak menyangka dia malah kembali menghubungi dirinya. Tetapi, sepertinya menjadikannya sumber informasi adalah sebuah pilihan yang tidak buruk.

Tersenyum licik, nada bicara Melody Tsu malah sangat lembut, juga sengaja bersikap seolah terkejut: “Tidak mungkin deh, memangnya dia masuk angin karena jatuh ke dalam air kemarin? Kasihan sekali ya, bagaimanapun juga, dia terkena musibah di rumahku, jika begitu aku jenguk dia saja besok.”

Mendengar kata-kata palsu yang keluar dari mulut Melody, Caterina menyindir dalam hati: Rasa prihatin dan simpati yang begitu palsu.

“Sekarang aku sudah bergabung di Louise Group, jika ada gerak-gerik Tiffanny, aku akan segera memberitahumu, tetapi apakah kamu sungguh mampu membuatnya pergi?”

Melody Tsu tidak menyangka Caterina Jiang memiliki jiwa sebagai sumber informasi yang begitu kuat, dalam hati sedikit terkejut, hanya saja begitu teringat perkataan Andreas dan Stella padanya kemarin, dia pun mulai mengerti.

Tersenyum dingin dalam hati: Benar-benar tidak menyangka, saat itu dia murni hanya ingin mencelakai Caterina, kini sepertinya telah berhasil menciptakan kesenjangan di antara Caterina dan Andreas, bahkan membuatnya mulai membenci Tiffanny Wen?

Terlintas senyum sindiran di wajah, Melody duduk ke ranjang sambil melihat langit gelap di luar jendela, suasana hati berangsur membaik: “Tenang saja, mengusir Tiffanny pergi hanya bergantung pada masalah waktu, kamu cukup berkembang dulu di dalam Louise Group, setelah Tiffanny pergi, bukankah kamu bisa langsung menggantikan posisinya dengan mudah?”

Sebenarnya perkataan Melody Tsu mengandung dua makna, makna pertama adalah menggantikan posisi Tiffanny sebagai direktur, sedangkan makna kedua adalah menggantikan posisi Tiffanny sebagai pacar Andreas Lu.

Tentu saja yang Melody maksud adalah makna pertama, hanya saja yang ditangkap Caterina adalah makna kedua, meski tahu tingkat kesulitannya cukup tinggi, Caterina Jiang tetap saja merasa senang, setelah mengiyakan dengan lembut, telepon pun dimatikan.

Di sisi lain, Max Jiang duduk dalam ruang kerja, menatap kotak perhiasan yang sangat indah, di dalamnya berisi sebuah kalung yang mungil dan mewah, dengan bentuk rhombus yang sederhana, corak yang unik, dan sebuah batu permata warna merah yang sangat langka di bagian tengah. Namun ada satu hal yang aneh, yaitu jika mata menembus corak-corak pada kalung itu, akan terlihat sesuatu di dalamnya.

Itu adalah kalung yang pada akhirnya Andreas berikan, sampai sekarang Max tidak tahu apa rahasia Andreas di balik semuanya, kini dalam benaknya penuh dengan tatapan licik dari mata Andreas.

“Kalung ini, terserah dengan kata-kata apapun, harus bisa membuatnya memakai ke leher, setelah itu, kamu akan tahu saat waktunya tiba.”

Teringat kemisteriusan Andreas Lu yang sangat menyebalkan itu, Max Jiang ingin sekali menumpahkan semua kopinya ke laki-laki itu, sayang sekali dia tidak memiliki keberanian yang cukup.

Meski saat itu sudah berjanji pada Andreas untuk bersama-sama mengumpulkan bukti Melody mencelakai Caterina dan Tiffanny, tetapi untuk mengumpulkan bukti, kenapa dia malah memberikan sebuah kalung? Juga menyuruh Caterina memakainya? Terserah dengan kata-kata apapun?

Max Jiang mulai memerhatikan kalung itu dengan teliti, namun tidak menyadari kejanggalan apapun, setelah bimbang cukup lama dan tak kunjung berhasil, dia pun menghela nafas, terpaksa memasukkannya ke dalam kotak, membawa kotak itu sambil berjalan perlahan ke kamar Caterina, mengetuk pintu perlahan.

Tidak lama setelah mematikan telepon, Caterina pun mendengar ketukan pintu, dia mengerutkan kening, merasa sedikit heran, namun pada akhirnya tetap berjalan menghampiri: “Kak, ada apa ya?”

Melhat adik perempuannya begitu murung, Max Jiang pun merasa sangat bersalah, apakah perkataannya barusan terlalu menyakiti? Dia mengelus hidung sendiri, kemudian menyodorkan kotak perhiasan ke hadapan Caterina Jiang.

Melihat kotak perhiasan yang indah di depan mata, Caterina sedikit terkejut, lalu mengedipkan mata beberapa kali, setelah dibuka terlihat kalung yang sangat indah. Meski penasaran kenapa mutiara di atasnya berwarna merah, namun hatinya tetap sangat senang.

“Kak, ini hadiah darimu?”

Melihat Caterina yang kegirangan, Max Jiang tiba-tiba merasa stres, dia bahkan belum mengatakan apapun….

“Hm.” Max Jiang mengangguk dengan pelan, pandangan mata sedikit kabur: “Ini hadiah ulang tahunmu, karena selama bersembunyi begitu lama, kamu kelewatan beberapa kali acara ulang tahun….”

Selesai berkata, Max Jiang merasa ingin sekali menabrak dinding: Apakah dirinya sudah gila? Kenapa bisa berkata seperti itu? Hadiah ulang tahun? Akakah Caterina mempercayainya? Alasan yang sungguh sampah, sungguh tidak masuk akal……

Selesai berkata, awalnya Max Jiang masih berpikir akankah Caterina menertawai dirinya, namun tidak menyangka sebuah bayangan hitam berlari ke dalam pelukannya: “Kak, terima kasih, dan…aku minta maaf.”

Mendengar nada bicara Caterina yang mulai serak, hati Max Jiang bergetar sesaat, berbagai rasa bercampur menjadi satu, tangan yang kaku cukup lama pun mulai menepuk pundak adik perempuannya itu.

Apakah dirinya telah menggunakan kata-kata yang tidak cukup baik….. Caterina terlihat senang sekali….tetapi ini sungguh bukan hadiah ulang tahun untuknya…..

Dia menghela nafas berat, sudahlah, besok dia akan belikan hadiah ulang tahun yang sebenarnya…..

Mendengar nafas Max Jiang yang cukup berat, Caterina mengangkat kepala melihatnya dengan mata merah, tepat bertatapan dengan kedua mata Kakaknya itu, terlintas ekspresi rumit dan ketidakberdayaan di dalamnya.

Sempat terdiam sesaat, Caterina lalu tersenyum manis pada Max Jiang: “Kak, bolehkah membantuku memakainya?”

Melihat tatapan penuh pengharapan dari sang adik, hati Max Jiang semakin pahit, hanya bisa mengangguk berkata: “Baik…”

“Oh ya, Caterina, kalung ini…..”

“Tenang saja Kak, aku tahu, aku akan selalu memakainya kok.”

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu