Precious Moment - Bab 90 Anak kandung atau bukan?

“Kamu, mencoba mengancamku?

Tiffanny menatap Tania dingin, sinar dingin terpancar dari matanya.

Tetapi nampaknya Tania sudah tidak aneh lagi melihat ekspresi dingin wajah Tiffanny, mulutnya mencibir dengan muka penuh kesombongan.

“Mengancam kamu? Memangnya ancamanku masih kurang banyak? Dengan sikapmu yang keras seperti seekor keledai, kalau aku tidak mengancammu, kamu kira kamu akan patuh?”

“Makanya, kamu terlalu tidak patuh, membuat kita sebagai orang tua harus mencemaskan kamu terus. Kalau kamu patuh, buat apa aku bersusah payah seperti gini?”

Sambil berkata, Tania sengaja pura-pura menggelengkan kepala dengan cemas, hidungnya mengendus-endus, perlahan berjalan menuju ke sofa lalu duduk.

Dengan dingin Tiffanny menonton pertunjukan Tania dari samping, urat hijau di dahinya berdenyut, giginya bergemeretak.

Tania yang duduk lalu menuang segelas teh, dengan santai meminum seteguk, dilihatnya Tiffanny masih berdiri di tempatnya, tidak ada niat sedikitpun untuk mengganti pakaiannya.

Tania meletakkan gelas teh dengan santai, kepalanya tidak bergerak, sebelah tangannya menopang kepala, berbaring miring di sofa, pelan-pelan berkata “Kamu masih tidak mau pergi ganti? Kamu berharap ibumu tenggelam ke laut atau terbawa angin?”

Tiffanny menggertakkan giginya tanpa sadar, dia benar-benar sangat membenci Tania sampai giginya terasa gatal, dalam hatinya tidak berhenti berkata “Demi Ibu, demi Ibu.”

Susah payah ditahannya api kemarahan yang sudah menyala-nyala, Tiffanny menyeringai, berkata sambil menggertakkan gigi: “Baik, aku setuju, aku pergi ganti sekarang juga.”

Selesai berbicara, dengan geram disambarnya gaun putih di sofa dan berjalan menuju kamar tidur, ‘bang’ terdengar suara pintu dibanting.

Setelah masuk, Tiffanny menemukan dua orang pekerja yang sudah menunggu dengan tenang di dalam kamar, yang saat ini sedang menundukkan kepala sedikit, duduk tegak di atas tempat tidur, ketika melihat Tiffanny masuk mereka segera berdiri, berkata dengan hormat “Nona Wen, kami bertanggung jawab terhadap penampilan Anda.”

Dihelanya nafas tanpa daya, walaupun saat ini dia sangat marah, tetapi tidak bisa juga sembarangan melampiaskan kemarahan kepada orang lain, mereka hanya pekerja… maka Tiffanny hanya bisa menerima saja.

Setelah melalui perjuangan mereka bertiga, perasaan Tiffanny campur aduk melihat dirinya di cermin, namun dua asisten di sampingnya sudah terkejut sampai tidak bisa menutup mulut mereka.

Gaun pengantin yang putih seperti salju, menonjolkan kulit Tiffanny yang putih kemerahan seperti bayi, di bagian dada dihiasi dengan kupu-kupu berwarna putih, dibawah sayap kupu-kupu ada bunga anggur putih yang samar-samar, menjuntai ke sepanjang gaun yang menjulur tidak beraturan, sekitarnya dihiasi dengan kupu-kupu dengan posisi berbeda, gaun yang panjang pas menutup ujung kaki Tiffanny, tetapi juga terbentuk sela yang unik, bergerak mengikuti jalan Tiffanny, seperti peri yang melayang, menambah aura kecantikannya. Rambutnya yang berombak ditutupi oleh tudung pengantin, tudung pengantin dan rambut hitamnya sama-sama terurai, warna hitam dan putih yang menonjol membuatnya kelihatan anggun. Muka yang halus tidak perlu didandanin terlalu banyak, hanya perlu diberikan sedikit bedak, sudah membuat roman mukanya semakin menonjol, ditambah lagi sorot mata Tiffanny yang sedikit sayu, membuatnya semakin menarik.

Asisten itu tidak tahan untuk tidak memuji “Nona Wen, Anda sungguh cantik.”

Tiffanny dengan wajah mengejek diri melihat dirinya yang memakai gaun pengantin di cermin.

Sebenarnya dalam pandangan Tiffanny, desain gaun pengantin ini tidak sempurna, walaupun menonjolkan keanggunan, tapi bagi dia malah terlalu rumit. Acara pernikahan dambaan Tiffanny, adalah dirinya memakai baju rancangan dirinya sendiri, berjalan di atas hamparan bunga mawar, bahkan motif gaunnya sudah Tiffanny rancang semenjak dirinya belajar desain.

Tapi sekarang….

Tiffanny tersenyum pahit.

“Benarkah? Tetapi sayang bukan ini yang aku inginkan.”

Selesai ganti baju, dengan dikelilingi para asisten, Tiffanny berjalan keluar kamar.

Tania dengan wajah puas mulai mengamati Tiffanny dari atas sampai bawah, melontarkan senyum yang tak dapat dimengerti “Lumayan, lumayan.”

Ketika melihat Tiffanny berjalan keluar, mata Hanson Wen terbelalak, membuka mulut sedikit, pipinya bergetar, bola matanya mulai memerah, seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi apa daya sejak melangkah keluar kamar Tiffanny tidak mau melihat langsung kepadanya, bahkan sedikit lirikan pun tidak mau. Akhirnya Hanson hanya bisa menutup mulut, duduk di sofa dengan sedih, meminum tehnya.

Tania dengan senang memperbaiki dandanannya, lalu menarik Hanson, berjalan keluar sambil mengajak Jessica dan Yoel.

Hanson yang berpapasan dengan Tiffanny hanya bisa melihatnya sekilas dengan ekspresi campur aduk, tetapi Tiffanny malah mengalihkan pandangannya dengan dingin.

Sebelum pergi, Tania tersenyum mengejek kepada Tiffanny “Oh ya, kamu jangan berpikir untuk kabur ya, kalau nanti aku menemukan kamu gak ada ketika kembali, huh…”

Tiffanny melongo melihat kamar yang kosong ini, terjatuh lemas di atas sofa, tidak bisa menebak jalan pemikiran Tania.

Walaupun Tiffany samar-samar mengingat hari pertama dia kembali dari luar negeri Tania pernah menyinggung tentang Tuan Muda keluarga Chu, tetapi dalam sesaat tidak bisa memastikan juga, bagaimanapun juga mereka mengira dirinya sudah bersama dengan Andreas, sudah lama sekali tidak pernah menyinggung soal pernikahannya dengan keluarga Chu, tetapi mengapa kali ini begitu tiba-tiba?

Tiffanny yang tidak habis pikir hanya bisa berbaring bengong di sofa melihat langit-langit kamar.

Saat ini, terdengar suara berisik dari arah lorong, dari jauh semakin mendekat, atas dorongan rasa penasaran, Tiffanny yang sedang melamun berjalan pelan ke arah pintu…

“Eh, apakah kalian sudah dengar, kali ini pengantin prianya adalah orang bodoh.”

“Bodoh apanya, lebih benar disebut autis, walaupun bisa mengurus sendiri dengan ogah, tetapi masih seperti anak kecil, tidak ada disiplin diri sama sekali.”

“Betul, betul, barusan aku pergi untuk membersihkan kencingnya di sofa, menurut kamu orang seperti ini ada juga yang mau menikah dengannya.”

“Ini sih gak seberapa, bagaimanapun juga dia adalah Tuan Muda keluarga Chu, walaupun seorang yang bodoh, tetapi keluarganya ada uang ada kekuasaan, asalkan menikah dengannya, maka ada kekayaan yang tidak akan habis dinikmati, bagaikan burung kecil yang terbang ke ranting menjadi phoenix.”

“Omong-omong apakah kalian sudah pernah melihat pengantin wanitanya? Aku dengar kata seorang temanku, dia sangat cantik, katanya seperti seorang model.”

“Benarkah, kalau punya modal seperti itu kenapa harus merendahkan diri sendiri begitu?”

“Aku pikir pasti karena dipaksa, kata teman baikku ketika dia menunggu di dalam kamar dia dengar ada suara pertengkaran di luar, dan pengantin wanita itu masuk dengan membanting pintu.”

“Benarkah, kasihan sekali, sayang, apakah anak perempuan tidak punya hak?

“Jadi curiga anak kandung atau bukan, begitu kejam, ckckck…”

……

Sialan! Tania si wanita hina itu ternyata benar-benar ingin aku menikah dengan si bodoh itu!

Walaupun sebelumnya dalam hatinya sudah ada perkiraan, tetapi Tiffanny yang baru saja mengetahui jawaban tepatnya tetap saja hatinya bergelora tidak tertahankan, terutama ketika mendengar kata-kata terakhir “Anak kandung atau bukan” Rasa benci dalam hatinya mulai meluap.

Anak kandung atau bukan? Ini juga yang ingin aku tanyakan! Hanson Wen! Jessica juga anak perempuanmu! Tapi kamu membiarkan Tania si wanita hina itu menjual aku! Kamu hanya menyayangi Jessica! Marganya adalah Qin! Qin!

Tiffanny menyeret gaunnya berjalan di dalam kamar ke sana kemari tanpa memperdulikan citra dirinya lagi.

Nafas Tiffanny semakin berat, urat hijau di keningnya berdenyut, saat ini dia sangat ingin keluar mencari perhitungan dengan Tania, tetapi dia juga percaya kalau Tania wanita gila itu tidak melihat dia ketika pulang, pasti akan melakukan sesuatu terhadap abu Ibu.

Ingin pergi tapi tidak bisa, membuat Tiffanny berputar-putar di dalam kamar dengan gelisah, rasa kebenciannya kepada Hanson dalam sesaat semakin meningkat.

Pasti Hanson Wen yang sudah memberitahu letak kuburan Ibu kepada Tania! Kalau dia tidak ngomong mana mungkin keluar begitu banyak masalah sekarang ini!

Sebuah nada dering yang akrab di telinganya berbunyi, menghentikan Tiffanny yang sedang menggila.

Tiffanny buru-buru berjalan masuk ke dalam kamar tidur, melihat bahwa yang menelepon adalah Andreas, sebersit harapan mucul di mata Tiffanny.

“Halo…”

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu