Precious Moment - Bab 87 Bersandiwara harus dengan totalitas

Melihat kepala Tiffanny yang setelah miring langsung tidak bergerak, Jessica tertawa mengejek “Kenapa, segitu lemahnya? Sedikit benturan saja tidak tahan?”

Melihat Tiffanny tetap tidak bergeming, Jessica menggertakkan giginya sambil kedua tangannya sekuat tenaga mencengkeram lengan Tiffanny.

“Huh, masih pura-pura!”

Tetapi walau Jessica berusaha sampai dahinya sedikit berkeringat, kedua tangannya tidak berhenti bergetar, jarinya juga sudah mulai terasa ngilu, tetapi Tiffanny tetap tidak bergeming.

Kening Tania berkerut, setengah tidak percaya melihat Tiffanny yang pingsan, lalu melangkah ke depan, berbisik dengan licik di samping telinga Tiffanny “Tiffanny, kalau kamu masih terus berpura-pura, aku akan menaburkan abu ibumu saat ini juga keluar jendela, agar dia berteman dengan angin.”

Tania dan Jessica sama-sama tahu bahwa kelemahan Tiffanny adalah ibunya, tetapi saat mereka mengancam Tiffanny seperti ini, dia tetap tidak ada reaksi apapun.

Tania bangun pelan-pelan, memandang Tiffanny dengan muka muram, pandangan matanya tidak menentu.

“Sepertinya wanita hina ini memang pingsan.”

Jessica mulai panik, merendahkan suaranya berkata “Kalau begitu kita harus bagaimana sekarang, Ma?”

Tania melihat Jessica dengan acuh, menariknya lalu berjalan ke arah pintu, berkata dengan kesal: “Tentu saja tinggalkan tempat ini dulu, asalkan tidak ada yang melihat kita, kondisi dia yang seperti itu kalau tiba-tiba pingsan kan juga tidak aneh.”

Ketika tangan Tania sudah akan memegang gagang pintu, terdengar suara ketukan pintu.

“Nona Tiffanny, waktunya ganti obat, saya akan masuk.”

Melihat perawat yang segera masuk, Tania tahu sementara dirinya tidak bisa pergi, mata Tania melirik sekilas ke arah Tiffanny yang pingsan.

Setelah perawat selesai mengetuk pintu, karena tidak mendengar balasan dari dalam, dikiranya Tiffanny tertidur, maka dia langsung membuka pintu masuk ke dalam.

Setelah masuk dilihatnya Tiffanny terbaring diam di ranjang, alisnya sedikit berkerut, air mukanya tampak pucat, seperti sangat menderita. Dan saat ini Tania dan Jessica sedang berlutut di samping ranjang Tiffanny dengan wajah penuh kecemasan.

“Fanny, Fanny ku! Ada apa denganmu! Hanya sehari aku tidak melihatmu, kamu sudah jadi begini!” Tania menggenggam tangan kiri Tiffanny, berlutut di samping ranjang dengan wajah sedih, tetapi dari ujung kukunya yang memutih bisa dilihat betapa genggamannya itu penuh tenaga.

Jessica berlutut di arah yang satunya, tidak berhenti menggoyang-goyangkan tangan kanan Tiffanny yang dipegangnya, matanya merah, berkaca-kaca, tetapi sepasang tangannya yang tertutup justru menekan lengan Tiffanny dengan ganas.

“Betul sekali, kakak, hanya satu hari saja tidak bertemu, kenapa tanganmu sudah jadi begini, bukankah kamu bilang tunggu kamu pulang kamu akan mengajari aku menggambar.’

Akting mereka berdua sungguh penuh perasaan, kalau bukan karena tangannya terus mengganggu, mereka sendiri juga hampir percaya.

Perawat yang begitu masuk langsung tertegun melihat pemandangan yang aneh ini.

Perawat maju untuk mencegah mereka berdua “Pasien saat ini masih sangat lemah, tidak tahan kalian goyang seperti gini.”

Mendengar itu, Tania cepat-cepat melepas tangan Tiffanny, berdiri dan jalan menuju perawat, digenggamnya tangan perawat itu, berkata dengan penuh haru “Nona perawat, ada apa dengan Fanny, apakah dia sudah pingsan sehari semalam, kapan dia akan sadar.”

Sambil berkata, diusapnya air mata sambil berkata: “Nona perawat, kalian harus menolong Fanny, sekarang hanya dia yang bisa membantu keluarga kami, tadinya masih baik-baik saja, gak tahunya sehari tidak ketemu jadi begini, kasihan Fanny ku!”

Sebenarnya Jessica masih tidak mengerti sampai sekarang, tetapi melihat Tania seperti ini, apa boleh buat dia hanya bisa menemani Tania berakting, maka matanya pun mulai memerah, melihat si perawat dengan iba: “Iya, nona perawat, kalian harus menolong kakakku.”

Perawat ini sudah sering menemui hal seperti ini di rumah sakit, maka dia dengan sangat tenang menjelaskan kepada Tania: “Anda tenang saja, pasien sebenarnya sudah sadar kemarin, tetapi mungkin karena terguncang akibat sesuatu hal, makanya pingsan lagi, jangan kuatir, putri Anda tidak apa-apa.”

Selesai berbicara, perawat membalikkan badannya, membelakangi Tania untuk menekan tombol bel panggilan, setelah itu dia mulai mengecheck kondisi tubuh Tiffanny, tanpa mempedulikan mereka lagi.

Dan sesaat setelah perawat membalikkan badannya, wajah keibuan Tania langsung berubah muram, menatap Tiffanny dengan matanya yang bersinar dingin.

Huh, aku malah berharap dia bermasalah.

Tidak lama, tenaga kesehatan yang mendengar panggilan bel bergegas datang, melihat Tania dan langsung menegur: “Keluarga yang berkunjung, silakan menunggu di luar, kami akan melakukan beberapa pemeriksaan kepada pasien.”

Tania berbalik, segera berubah peran menjadi seorang ibu yang kuatir akan keadaan putrinya.

“Baik, baik, dokter mohon tolonglah Fanny ku yang kasihan ini.”

Di lorong, Tania dan Jessica duduk diam di kursi panjang depan kamar pasien Tiffanny.

Sambil menatap pintu kamar yang putih dengan perasaan jemu, Jessica benar-benar sudah tidak bisa menunggu lagi, mulai menyandarkan kepalanya ke bahu Tania sambil merengek manja.

“Ma, mending kita langsung pergi ya, apa masih mau menunggu Tiffanny si wanita hina itu sadar baru kita perolok lagi?”

Tania membalikkan kepala melihat Jessica, sorot matanya penuh dengan ekspresi memanjakan, perlahan menghela nafas, sedikit kesal melihat anaknya yang tidak berguna.

“Kamu ini, masih terlalu muda, pepatah mengatakan, kalau mau bersandiwara harus total.”

“Tapi Ma, emang barusan kita masih kurang total?”

“Itu barulah permulaan, bagian akhir belum selesai. Figur kita yang menit pertama tadi sebagai ibu dan adik yang benar-benar perhatian kepadanya, menit berikutnya buka pintu langsung menghilang, hanya akan menimbulkan kecurigaan, sandiwara yang kita lakukan sejak tadi akan sia-sia. Makanya, kalau mau pergi paling tidak harus menunggu dokter keluar, untuk menamatkan sandiwara kita.”

“Tapi emangnya kenapa kalau dicurigai?”

“Kalau dicurigai, lain kali kita masih mau masuk ke sini, menjenguk dia akan susah.”

Di belakang kata-kata Tania, dengan sengaja menekankan kata “menjenguk”.

Ekspresi wajah Jessica seketika berubah penuh pengertian.

“Klik”.

Melihat pintu kamar pasien akhirnya terbuka, Tania dan Jessica segera berdiri, berubah menjadi ekspresi penuh kecemasan, melihat dokter keluar, langsung berjalan menghampiri.

“Dokter, bagaimana kondisi Fanny, apakah nyawanya terancam.”

“Kalian tenanglah, kondisi putrimu tidak akan membahayakan nyawanya, tetapi dia tidak boleh menerima guncangan, semakin besar guncangan yang diterima, kemungkinan akan menyebabkan penyakitnya bertambah parah, maka kalian harus benar-benar hati-hati.”

“Baik baik, terima kasih Dok.”

Selesai berbicara, dokter lalu membalikkan badan, meninggalkan Tania dan Jessica di tempatnya.

Melihat sosok dokter yang semakin menjauh, mimik muka Tania dan Jessica semakin dingin.

Jessica mengejek: “Sayang sekali, tidak membahayakan nyawa, malah tidak boleh terguncang perasaannya, akan membuat penyakitnya tambah parah.”

Jessica membuka pintu, memastikan bahwa di dalam kamar hanya ada Tiffanny seorang, barulah berjalan masuk sambil tertawa dingin, berdiri di samping ranjang Tiffanny, sepasang tangannya sekuat tenaga menekan betis Tiffanny.

“Sini, saya bantu biar semakin parah, semakin parah.”

Dan kening Tiffanny yang sudah mulai rata karena masih dalam kondisi pingsan, lagi-lagi mulai mengkerut perlahan, dengan ekspresi penuh kesakitan.

Novel Terkait

Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu