Precious Moment - Bab 200 Terlalu Menyombongkan Diri

Mendengar wanita tua itu berbicara demikian, orang-orang sekitar melihat pandangan mata Tiffanny Wen yang tidak melemah, dan rautan wajahnya yang terheran-heran.

Pada saat pesta ulang tahun, pemberian hadiah dilakukan di hadapan banyak orang, kemudian memberikannya secara pribadi, benar-benar tidak masuk akal.

Tetapi pesta kali ini nenek adalah orang yang paling tua, bahkan semua orang tahu nenek ada di pesta ini karena demi Tiffanny Wen, tapi ini akan tidak baik jika menyelidiki terlalu banyak informasi di wilayah dan pesta orang lain, lagi pula sudah saling mengetahuinya satu sama lain dan hanya diam saja.

Dan juga pandangan dari Tiffanny Wen sedikit demi sedikit menghilang, semua orang lanjut berbicara dan tertawa, seolah-olah tidak terjadi masalah apa-apa.

Melody Su tertawa tidak mengatakan apapun dan melihat Tiffanny Wen, tatapan mata provokasinya terlihat Semakin jelas.

Sebelumnya, dia hanya ingin menunggu saat Tiffanny Wen memberikan hadiahnya, hal yang paling menarik adalah saat adegan merendahkan dirinya. Lagipula tidak memperdulikan hadiah apa yang akan Tiffanny Wen berikan, dia juga dapat mengetahui barang mana yang buruk. Tapi tidak disangka, Tiffanny Wen bahkan tidak mempersiapkan hadiah apapun.

Dia memang orang yang seperti itu, akankah Kakak Andreas Lu menyukainya?

Ternyata dia benar-benar melakukan cara tercela untuk merayu Kakak Andreas Lu.

Kakak Andreas Lu, biarkan dirinya sendiri yang mengetahui penyamaran kejahatannya, dia pasti akan berhasil.

Mengetahui ini, Melody Su tersenyum dan tertawa, memandang ke arah Nenek dan berkata: “Nek, hari ini Melody Su masih ada satu hadiah ingin memberikannya kepada Nenek”.

Usai mengatakannya, beberapa pelayan membawa piano dengan sangat hati-hati.

Melody Su dengan anggun mengangkat roknya dan berjalan ke arah piano, pada saat dia duduk, tempramennya berubah drastis dalam sekejap, sangat anggun dan tenang.

Melody Su memiringkan kepalanya, melihat ke arah Nenek dengan manisnya dia berkata: “Nenek, hari ini Melody Su akan memainkan satu lagu untukmu (Years), untuk ulang tahun Nenek”.

Setelah mengatakannya, jari-jari Melody Su langsung menari-nari di atas piano tersebut, not suara yang sangat menyentuh keluar dari jari-jarinya, seluruh aula sekejap menjadi tenang, hanya ada suara piano merdu yang bergema.

Semua orang tidak sadar telah tenggelam dalam suara piano merdu Melody Su, sampai di akhir not suara, seluruh ruangan langsung terdengar suara tepuk tangan yang meriah.

“Terdengar sangat luar biasa, Melody Su layak masuk sebagai pemenang 5 besar perlombaan suara musik negara”.

“Suara piano yang merdu, mengalir seperti air, sangat menarik perhatian orang”.

Mendengar orang-orang sekitar tanpa henti memuji dirinya, dalam hati Melody Su merasa sangat senang layaknya bunga yang bermekaran, tetapi rautan wajahnya tetap mempertahankan sikap anggun dan tersenyum dengan rendah hati.

Setelah itu ia menolehkan kepalanya, dalam matanya terlihat ada kesombongan dan bangga pada dirinya, melihat Melody Su, perlahan-lahan berjalan menuju ke hadapan Tiffanny Wen, dengan wajah yang rendah hati, bertanya: “Kakak Tiffanny Wen, tidak tahu bagaimana dengan pendapatmu tentang pertunjukan musikku barusan?”.

Tiffanny Wen dengan ekspresi yang rumit memandangi Melody Su, tidak tahu apa sebenarnya yang Melody Su ingin lakukan, dan merasa sedikit waspada.

Siapa yang tahu jika dia belum selesai bicara, Melody Su berkata: “Apa yang kamu katakan? Kamu juga ingin melakukan pertunjukan? Ini benar-benar menakjubkan!”.

Mata Tiffanny Wen seketika membesar, dengan ekspresi yang heran dan binggung sambil melihat wajah Melody Su yang tertawa bahagia.

Bukankah kamu sudah mengatakannya barusan? Apakah wanita ini sedang melakukan pertunjukan komedi solo? Dan Bersikeras melakukannya?

Melody Su melihat ekspresi Tiffanny wen yang kaget, dalam hatinya perlahan-lahan merasa percaya diri, ucapan penghinaan ini, bagaimanapun dia adalah murid cerdas di sekolah yayasan musik, dan juga terdaftar pemain musik terbaik di negara, atas dasar apa dirimu? Dan bagaimana bisa dia menjadi lawannya?

Awalnya Tiffanny Wen ingin menolaknya, tatapi tepuk tangan yang meriah tiba-tiba terdengar, wajah Nenek juga terlihat sangat senang, Nenek dengan rasa yang penuh semangat berjalan menuju ke hadapan Tiffanny Wen, Melody Su pun memberikan jalan untuk nenek.

Nenek memegang tangan Tiffanny Wen, dengan wajah yang bangga berkata: “Gadis kecilku, tidakku sangka kamu telah mempersiapkan pertunjukan musik untuk aku, biarkan Nenek untuk melihatnya”.

Tiffanny Wen awalnya ingin memberitahukan sesuatu, tapi melihat Nenek sangat menantikannya, dengan perasaan yang sedikit sungkan pada saat itu dia hanya menganggukkan kepala.

“Karena Nenek ingin mendengarnya, Tiffanny Wen juga tidak dapat berdiam diri”.

Usai berbicara, Tiffanny Wen langsung berjalan menuju ke arah piano, menolehkan kepalanya ke Andreas Lu yang tampak Khawatir membuatnya menjadi lebih tenang.

Kemudian mengalihkan perhatiannya kepada Nenek: “Karena Melody Su menggunakan Years sebagai lagu pertunjukannya, maka maafkan aku karena tidak berbakat dengan lagu tersebut, aku akan memainkan sebuah lagu dengan penulis lagu yang sama yaitu Diary.

Usai berbicara, Tiffanny Wen langsung duduk dengan tubuh yang tegak, dengan lembutnya memainkan piano tersebut dan menutup matanya.

Semua orang ingin tahu apa yang akan dilakukan Tiffanny Wen, tetapi tidak terburu-buru, semua orang memandang Tiffanny Wen dengan tenang, dan penuh dengan perasaan ingin tahu.

Tiba-tiba, Tiffanny Wen membuka kedua matanya, cahaya yang menyilaukan muncul di matanya, temperamennya berubah dalam sekejap, layaknya seorang pemain legenda tahun kemarin, ekspresinya selalu berubah-rubah.

Jari-jari Tiffanny Wen berterbangan, menari-nari di atas tuts piano.

Satu per satu nada suara tersebut menyentuh hati semua orang, layaknya seperti melihat dirinya yang sudah tua, duduk di depan buku meja yang gelap, bergemetar membuka buku harian yang penuh dengan debu, melihat permainan masa kecilnya yang menyenangkan, perjuangan di masa mudanya, karir yang sukses setelah paruh baya, bertemu dengan orang tercinta, melahirkan beberapa anak yang sehat dan lincah, melihat mereka hari demi hari bertumbuh besar, pada akhirnya mereka meninggalkan rumah dan bekerja keras, bernostalgia, dan yang mengejutkan saat akhirnya kembali.

Kenangan hidup setiap orang secara bertahap bangkit kembali, pandangan setiap orang yang berbeda, semua kenangan yang mendalam teringat kembali, orang-orang sedikit demi sedikit menyimpan air mata di dalam mata mereka, sangat menyentuh.

Secara bertahap suara piano tersebut hampir berakhir, perlahan.lahan menutup buku hariannya, mematikan lampu, dengan harapan, keluar pintu untuk menyambut putrinya yang kembali ke rumah...

Suara pianopun telah usai, tidak ada suara tepuk tangan, tidak ada pujian, hanya ada kesunyian.

Para tamu masih terbenam di dunia suara piano tersebut, dan tidak dapat dipisahkan.

Tiffannt Wen perlahan-lahan berjalan meninggalkan piano, pergi ke samping Melody Su, tersenyum kepadanya, berkata: “Kakak Melody Su, apakah kamu puas dengan pertunjukanku? Tidak mengecewakan rasa kesakitanmu bukan”.

Setelah mendengar suara perkataan Tiffanny Wen, Melody Su baru saja kembali sadar, dengan ekspresi yang tidak dapat di percaya dia melihat Tiffanny Wen, terkejut dan menutup mulutnya.

Bagaimana mungkin! Pemain piano seperti dia, bagaimana bisa menjadi orang yang tidak di pandang negara?! Berdasarkan ekspresi semosional yang dia kuasai, kemampuan seperti ini, akan sangat tidak mungkin bagi orang yang belum latihan sampai belasan tahun.

Pada saat ini, orang-orang telah kembali normal seperti semula, melihat piano yang kosong, tidak tahu harus menggunakan komentar apa yang sesuai untuk Tiffanny Wen, hanya dapat melakukan tepuk tangan yang keras untuk mengungkapkan perasaan hati mereka.

Terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah, tepuk tangan yang meriah tersebut, membuat Melody Su tahu bahwa dia kalah.

Melody Su benar-benar tidak terpikirkan Tiffanny Wen memiliki kemampuan piano yang sangat baik, tampaknya dia telah mencapai tingkat kompetisi internasional.

Tidak peduli seberapa tidak mau yang Melody Su rasakan, Melody Su hanya menutup mulutnya dan tersenyum dengan rendah hati.

“Benar-benar tidak terpikirkan kemampuan piano Kakak Tiffanny Wen sangat baik, Melody Su juga mengakuinya”.

Tiffanny Wen tersenyum dan tidak berkata apapun, dia benar-benar tidak terpikirkan, jika saja terpikirkan olehnya pasti tidak akan melakukan tantangan ini.

Bagaimanapun juga ketika kecil Tiffanny Wen memenangkan banyak penghargaan, walaupun di saat Sekolah Menengah Atas tidak menyentuhnya lagi, tapi di luar negeri, dia pernah belajar piano dengan pianis terkenal internasional.

Melihat mata Tiffany Wen penuh dengan ejekan, wajah Melody Su terlihat sangat buruk, setelah tergesa-gesa mengucapkan selamat tinggal dia langsung pergi.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu