Precious Moment - Bab 382 Hanya Masalah Waktu

Melihat Tiffanny Wen tampak tidak begitu ceria, Andreas Lu sedikit banyak bisa menebak, dengan datar ia bersuara : “Kamu masih memikirkan tentang Caterina Jiang?”

Tiffanny Wen mengangguk pelan, masih tetap menatap luar jendela dengan pikiran berkecamuk.

Andreas Lu mengangkat alis, dari tatapan matanya seperti mengolok : “Kenapa? Apakah kamu tidak sepercaya itu sama aku?”

Tiffanny Wen tertegun sebentar baru merespon, ia menoleh dan menatap Andreas Lu, “Tidak, bukan begitu maksud aku, aku pastinya percaya sama kamu……”

Andreas Lu melirik Tiffanny Wen sekilas dan tersenyum, senyuman isengnya begitu seram : “Kalau begitu, kamu cemburu?”

Tiffanny Wen menaikkan bola mata, kamu kira semua orang pencemburu seperti kamu?

Tiffanny Wen menatap Andreas Lu dengan tatapan tidak berdaya, tanpa ragu-ragu ia menjawab : “Tidak, kenapa aku harus cemburu? Lagipula kamu sudah milik aku, cemburu itu hanya akan menyusahkan diri sendiri.”

Diliriknya Tiffanny Wen, tatapan Andreas Lu berseri-seri : “Kalau bukan cemburu, kamu kenapa tidak senang begitu?”

“Tidak mau ke rumah Keluarga Lu?”

Tiffany Wen menghela nafas : “Tidak juga, aku lumayan ingin pergi melihat nenek, tadi itu sedang berpikir apakah Caterina Jiang datang ke Louise Group di saat ini ada kaitannya dengan Melody Tsu, walaupun aku merasa tidak mungkin, tapi firasatku merasa mereka kemungkinan akan bekerja sama.

Andreas Lu mengangkat alis : “Kenapa kamu merasa mereka akan bekerja sama?”

Tiffanny Wen memijat keningnya sambil menatap mobil di depan : “Inilah yang aku bingungkan, jelas-jelas sebelumnya Melody Tsu mau mencelakakan Caterina Jiang, Caterina Jiang juga tidak mungkin tidak bisa menebak, tapi aku tetap merasa ada kemungkinan mereka akan bekerja sama untuk melawan aku, kemudian baru mereka saling bersaing. Lagipula mereka sudah mengenal dari kecil, jadi harusnya lumayan memahami satu sama lain……”

Tiffanny Wen menganalisa sendiri, semakin dianalisa semakin janggal, rasanya ada kurang sesuatu, tapi tidak kepikiran apa.

Sedangkan Andreas Lu mendengar dengan diam di samping, tatapan di matanya menyuram dan berkata : “Kamu tidak perlu mencemaskan ini semua, aku akan bantu kamu membereskannya.”

Mendengar perkataan Andreas Lu, kekesalan Tiffanny Wen bertambah, ditatapnya Andreas Lu dengan sebal : “Tidak perlu, biarkan aku hadapi sendiri saingan cintaku.”

Melihat Tiffanny Wen yang keras kepala, Andreas Lu tertawa, setiap kali dia selalu bilang bisa, tapi pada akhirnya selalu dirinya yang turun tangan membantu.

Andreas Lu menghela nafas tidak berdaya, tatapannya penuh dengan kasih sayang, tapi jelas sekali masih agak tidak percaya.

Melihat tatapan tidak percaya dan senyuman mengolok dari Andreas Lu, Tiffanny Wen tentu saja tahu apa maksudnya, ia berdehem canggung, kemudian diam-diam mengalihkan pandangan, telinganya juga perlahan memerah karena malu.

Nada bicara Tiffanny Wen penuh menyalahkan : “Kamu ini, kenapa selalu memikat orang diluar sana? Aku yang sebagai pacar kamu sekarang rasanya bagaikan tinggal di masa kerajaan dulu, yang harus saling bersiasat secara diam-diam, merepotkan sekali……”

Mendengar perumpamaan Tiffanny Wen, Andreas Lu tertawa, “Kalau ini benar-benar di zaman kuno, maka yang harus kamu perebutkan dan siasatkan tidak hanya ini saja….”

Tiffanny Wen menoleh, dengan kejam dia melototi Andreas Lu : “Hanya perumpamaan saja, malah sudah benar-benar menganggap diri kamu raja. Andreas Lu, apa kamu tahu, baru hari ini saja sudah hampir cerita tentang kamu, aku, dan Caterina Jiang akan diterbitkan.”

“President’s Wife Legend, terhadap nama judul ini, bagaimana pendapat kamu? CEO YANG MAHA MULIA.”

Andreas Lu mengangkat alis, diliriknya Tiffanny Wen, senyuman di bibirnya tampak mengolok, “Tenang saja, meskipun aku memiliki apa pun, kamu tetap adalah permaisuriku satu-satunya.”

Tiffanny Wen melirik Andreas Lu, diam-diam dia mencibir dengan wajah meremehkan, namun dua belah pipinya memerah, “Kamu benar-benar kecanduan memerankan Raja.”

Melihat Tiffanny Wen yang kesal, wajah Andreas Lu tidak berekspresi, tapi di balik tatapannya penuh kelembutan, nada bicaranya ada sedikit terkesan cemburu : “Bilang aku menggaet kupu-kupu, sedangkan ada seseorang yang mengatur saingan untuk aku yang membuat pusing sekali.”

Tiffanny Wen kebingungan sejenak, kemudian ditatapnya Andreas Lu, Andreas Lu terheran-heran : “Apa yang ingin kamu katakan?”

Tiffanny Wen mengerjapkan mata ke Andreas Lu, beberapa saat kemudian baru bersuara : “Andreas Lu, kamu pasti bisa bukan……”

Ucapan Tiffanny Wen yang tidak ada alurnya ini, membuat Andreas Lu menyeringai, ekspresi wajah yang tadinya datar akhirnya berekspresi, yaitu penuh dengan ekspresi kehabisan kata-kata.

Apakah orang ini demam sampai bodoh? Kemampuan menyatakan pikiran seperti apa ini……

Tapi Andreas Lu juga tahu maksud perkataan Tiffanny Wen adalah dia dan Marcus yang saling bersaing, dirinya pasti bisa bukan. Dia menghela nafas tidak berdaya, diliriknya lagi Tiffanny Wen sekilas.

Respon Andreas Lu mengagetkan Tiffanny Wen, dia mengira ancaman Marcus terhadap Andreas Lu benar-benar besarnya sampai membuat Andreas Lu menghela nafas.

Baru saja Tiffanny Wen ingin mengatakan sesuatu, sudah mendengar Andreas Lu tersenyum kecil : “Tenang saja, di dunia ini tidak ada yang tidak bisa aku atasi.”

Sambil bicara demikian, Andreas Lu menatap Tiffanny Wen dengan maksud mendalam, “Bahkan untuk mengatasi kamu juga hanya masalah waktu saja.”

Kamu, barulah merupakan sosok yang membuat aku terkadang tidak berdaya.

Pipi merah Tiffanny Wen yang tadi masih belum memudar, akhirnya semakin memerah karena ucapan Andreas Lu, dia berdehem kecil dan menatap lurus ke depan : “Heh, bagus kalau begitu, kalau misalnya aku nona besar ini tidak hati-hati direbut orang, jangan menangis tersedu-sedu kamu.”

Andreas Lu mengangkat alis, senyuman di bibirnya agak tidak berdaya namun juga lucu : “Kekanak-kanakan.”

“Tapi kamu tenang saja, kalau kesayangan aku direbut oleh orang lain, sampai ke ujung dunia pun akan aku rebut kembali.”

“Lagipula, kamu hanya dapat menjadi milikku.”

Diam-diam Tiffanny Wen melirik Andreas Lu, dengan wajah memerah karena malu ia berkata : “Dasar orang yang terlalu menganggap dirinya hebat!”

Sekilas muncul keangkuhan dari balik mata Andreas Lu, senyumannya penuh dengan kepercayaan diri, dengan tenang ia membantah, “Ini bukan menganggap diri sendiri hebat, melainkan kepercayaan diri.”

Tiffanny Wen menaikkan bola mata, ledekan dari nada bicaranya tidak disembunyikan sedikit pun : “Heh.”

Melihat respon Tiffanny Wen, Andreas Lu juga tidak marah sedikit pun, tatapan matanya penuh iseng, tangannya mengendalikan stir mobil masuk ke sebuah gerbang besi.

“Sudah mau sampai, kalau kamu tidak ingin mereka melihat wajah kamu yang begitu merah, lebih baik pikirkan cara.”

Tiffanny Wen tertegun, melihat hiasan dan pepohonan yang familiar di sekeliling, dia agak panik, bukankah ini pertengahan gunung yang di bawah rumah Keluarga Lu?

Ditengah kepanikannya, terdengar suara tertawa kecil, Tiffanny Wen melototi Andreas Lu dengan kesal, sikapnya galak sekali : “Apa ketawa-ketawa?! Ini juga karena kamu!”

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu