Precious Moment - Bab 320 Kamu Bisa Pesan Seekor Husky

Tiffanny Wen benggong duduk di sofa, melihat makanan yang belum selesai di atas meja, tetap belum merespon kembali.

Andreas Lu sudah pergi hampir sepuluh menit, tetapi Tiffanny Wen masih merasa semuanya seperti mimpi saja, yang begitu tidak nyata, tetapi tidak peduli apakah itu detak jantung yang lama belum stabil, atau dua botol bir di atas meja yang terbuka belum habis minum, semua tidak diizinkan dia terus membohongi dirinya sendiri.

Tiffanny Wen bengong melihat bir di atas meja , jantungnya berdebar kencang dan pipinya yang terbakar, semua membuatnya tidak bisa tenang dalam waktu yang lama.

"Apakah kamu menyukai CEO Lu?" Inilah pertanyaan yang diajukan Jennifer Xia di rumah sakit.

Sekarang, kalimat ini mulai bergema di benak di otakku lagi dan lagi, Andreas Lu memberinya jawaban sudah sangat jelas, dia menyukai dirinya, tapi bagaimana dengan dirinya sendiri? Apakah menyukainya? Atau tidak menyukainya?

Dalam hatinya sepertinya sudah mulai lupa pengertian suka ini, tetapi jika dirinya tidak menyukai Andreas Lu, saat itu juga tidak akan menanyakan pertanyaan seperti itu padanya.

Tiffanny Wen menepuk-nepuk wajahnya dengan berat, bagaimanapun sekarang sudah cukup merah, lebih merah sedikit juga tidak terlihat. Asal ambil sekaleng bir dari meja, mendongak, menuangkannya ke dalam beberapa suap, juga tidak peduli terlepas apakah botol itu miliknya atau bukan.

Membersihkan meja dengan asal, sampah apapun meletakkan semua di luar pintu terlebih dahulu, lalu Tiffanny Wen terhuyung-huyung kembali ke kamar tidur, mematikan lampu, berbaring di tempat tidur dengan karakter besar, melalui cahaya bulan menatap lampu di plafon dengan tertegun.

Mulutnya tak berhenti bergumam: "Dirinya pasti mabuk, betul, sudah mabuk, kalau bukan mabuk, bagaimana aku bisa mengucapkan kata-kata itu, kalau bukan mabuk, dirinya bagaimana mungkin berani mengoda Andreas Lu?"

Melihat lampu di plafon perlahan-lahan mulai sedikit goyang, otaknya juga menjadi berat, Tiffanny Wen lalu tau, alkohol terakhir setengah botol bir itu mulai keluar.

Satu putaran badan, Tiffanny Wen dengan biasa memeluk selimut, melalui kekuatan alkoholnya tertidur nyenyak.

"Aku mungkin sudah mabuk."

Meskipun Tiffanny Wen menghipnotis dirinya sendiri sepanjang malam, tetapi keesokan harinya bangun, kata-kata Andreas Lu tetap berputar lama di telinganya tidak bisa hilang.

Tetapi Tiffanny Wen juga sudah menerimanya, bagaimanapun dirinya juga sudah lama berhubungan dengan Andreas Lu, kurang lebih sudah saling mengenal satu sama lain, menurut pembicaraan Jennifer Xia, diantara kami bahkan orang tua juga sudah bertemu, jadi demi nenek, mencoba dengannya juga tidak apa-apa?

Tentu saja, aku karena suka nenek baru membiarkan Andreas Lu mengejar dirinya, tidak ada hubungan dengan Andreas Lu bajingan itu! !

Pemikirannya berpikir begitu, tapi dalam hati Tiffanny Wen juga ada sedikit pengetahuan diri, lagi pula jika dirinya benar-benar menolak Andreas Lu, jangan katakan apakah itu demi nenek atau bukan, diperkirakan saat itu, dirinya tidak akan menyetujui Andreas Lu untuk pergi ke rumah tuanya itu.

Jadi, lakukan selangkah demi selangkah saja.

Tiffanny Wen menghela napas dengan pelan, turun dari lift, melihat pintu besar Departemen Desain, tidak tau mengapa ada rasa ketegangan yang aneh, bagaimanapun waktu itu, Andreas Lu masih belum menunjukkan ingin mengejar dirinya, sudah mengirim beberapa hari bunga, membuat novel gosip dari Departemen Desain hampir diterbitkan.

Sekarang, dia sudah membual dirinya hanya bisa menjadi miliknya, jadi apa dia akan membuat gosip yang menghebohkan apa lagi.

Tiffanny Wen melihat sekeliling dengan waspada, untungnya, tidak ada bunga atau orang pengantar barang, jalan masuk ke Departemen Desain, melihat ekspresi semua orang terlihat normal, apalagi Jennifer Xia tidak muncul untuk gosip dalam waktu pertama.

Tiffanny Wen akhirnya menghela nafas panjang, untungnya, Andreas Lu tidak gila pada awalnya, membuat gerakan besar.

Kondisi Tiffanny Wen pulih kembali, setelah memberi pemberitahuan ke semua tentang hal-hal permintaan gambar desain kuartal baru yang perlu diperhatikan, lalu kembali ke kantor mulai melihat-lihat tempat dan juru bicara, bagaimanapun konferensi pers kaliitu, di dalam hati Tiffanny Wen masih terasa sangat besar, jika dirinya mengalami kesulitan dalam memilih, kalau begitu harus memulai lebih awal, mulai memilih lebih awal, jika tidak pada nantinya tidak akan cukup waktu.

Lalu Tiffanny Wen menghabiskan satu hari dalam kesibukannya, sudah lebih dari separuh calon juru bicara yang dihapus, ada beberapa tempatnya yang sudah menjanjikan, tetapi semuanya harus memilih kandidat telebih dahulu, semuanya masih harus menunggu gambar desain keluar, baru bisa membuat kesimpulan terakhir sesuai gayanya.

Dalam kesibukan, Tiffanny Wen juga berhasil melupakan masalah yang dikatakan Andreas Lu ingin mengejarnya.

Ketika Tiffanny Wen menyeret tubuhnya yang lelah pulang, malah menemukan lampu dinyalakan semua, juga ada suara seseorang bersenandung di kamar tidur, Tiffanny Wen sedikit terkejut, lagi pula Stella Lu baru kemarin meninggalkan pesan mengatakan dia akan keluar beberapa hari, mengapa sudah kembali hari ini?

Tiffanny Wen terhuyung-huyung berjalan sampai ke kamar tidur, tak salah duga langsung melihat Stella Lu sedang mengemasi kopernya.

"Kak Stella, apakah kali ini kamu akan pergi dalam waktu yang lama?"

Stella Lu mengangkat kepala, melihat Tiffanny Wen bersandar di pintu dengan wajah lelah, matanya penuh dengan rasa enggan.

Sebenarnya, Stella Lu juga sangat enggan, tapi demi "rencana jangka panjang" –nya, dia harus membuat pilihan itu. Berdiri, Stella Lu memegang kepala Tiffanny Wen, menghiburnya: "Fanny, kakak perempuan kali ini mungkin tidak bisa menemanimu setiap hari, tapi jika kamu takut, kamu boleh memesan seekor Husky."

Tiffanny Wen dengan lembut mendorong tangan Stella Lu yang asal mengusap kepalanya, merapikan model rambutnya, agak tidak berdaya, mengabaikan Husky: "Baiklah, juga bukan anak kecil lagi, sebelum Kak Stella datang, aku selalu hidup sendirian, sudah terbiasa juga."

Dia dari awal sudah tau Stella Lu tidak akan mungkin bisa menemaninya begitu lama, tetapi ketika dia benar-benar harus kembali hidup sendiri semulanya begitu, kurang lebih tetap akan merasa kesepian.

Stella Lu dapat melihat keterikatan Tiffanny Wen, terus mengulurkan tangannya lagi dan berantakin rambut Tiffanny Wen yang baru dirapikan: "Fanny, tidak aman bagi perempuan untuk tinggal sendiri, atau kamu memesan seekor Husky untuk menjaga pintu saja."

Tiffanny Wen bergerak-gerak di sudut mulutnya, suasananya yang baik, tiba-tiba dihancurkan oleh Stella Lu tanpa bekas: "Kak Stella, menurut aku sayang sekali kalau kamu tidak menjadi sales, tiga kata tidak jauh dari produk. Ngomong-ngomong Andreas Lu benaran adikmu kah, kurasa Kak Stella seperti tidak sabar ingin langsung membereskannya dan memberikan ke orang. "

Stella Lu tersenyum licik: "Kebetulan sekali, Andreas Lu juga menanyakan hal yang sama kepadaku, tapi aku hanya mengemas Andreas untukmu, orang lain tidak ada begitu bernasib baik."

Tiffanny Wen melambai tangan terus: "Tidak apa-apa, tidak perlu Kak Stella khawatirkan."

Melihat Stella Lu tampaknya akan mulai menjual lagi, Tiffanny Wen buru-buru mulai mengalihkan topik: "Ngomong-ngomong Kak Stella, bukankah kamu kemarin bilang sudah pergi? Kenapa hari ini kembali mengemas barang?"

Stella Lu terakhir memasukkan beberapa pakaian ke dalam koper, kemudian baru berbalik badan melihati Tiffanny Wen dan menjawabnya: "Kemarin aku hanya pergi ke tempat yang agak jauh untuk membicarakan perencanaan, waktunya agak terburu-buru jadi tidak membawa pakaian. "

Tiffanny Wen memiringkan kepalanya sedikit, dia selalu merasa penjelasan Stella Lu terlalu dibuat-buat, penuh dengan celahan, tetapi sesaat juga tidak enak membantahnya, jadi hanya menganggukkan kepala dengan ringan termasuk sudah mengemakannya.

Melihat ketidakpercayaan yang jelas di wajah Tiffanny Wen, Stella Lu juga tidak tau bagaimana menjelaskannya, jadi dia langsung berhenti menjelaskannya, mulai mengalihkan topik: "Ngomong-ngomong Fanny, kita sudah lama tidak berbelanja bersama, besok hari Sabtu, mau tidak kita pergi berbelanja bersama? Selesai berjalan-jalan kali ini, lain kali jalan-jalan bersama itu juga tidak tau hal yang berapa lama lagi. "

Meskipun Tiffanny Wen sangat lelah akhir-akhir ini, dan masih memiliki ada setumpukan gambar desain harus digambar, tetapi Stella Lu sudah mengatakan sampai begitu, Tiffanny Wen juga merasa perkataannya betul juga, jadi juga tidak menolaknya malah menganggukkan kepala.

"Baik, ayo besok kita pergi bersama."

Novel Terkait

Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu