Precious Moment - Bab 352 Malam ini Waktuku Semua Milikmu

Meskipun dia tidak tahu apa yang harus dirayakan olehnya, tetapi Tiffanny Wen tidak menolaknya karena melihat suasana hati Andreas Lu sepertinya sangat baik.

"Boleh, bagaimana kamu ingin merayakannya?"

Andreas Lu perlahan bangkit dan berjalan ke samping Tiffanny Wen, dia menunduk melihat jam tangan, lengkungan mulutnya menunjukkan senyuman yang genit, "Bagaimana jika kita berkencan seperti pasangan pada umumnya untuk pertama kalinya?"

Tiffanny Wen mengangkat kepalanya dan menatap Andreas Lu sambil tersenyum jail, tapi ada beberapa harapan yang tidak bisa disembunyikan di matanya, dia terkekeh dan mengangguk sedikit, "Baik."

Karena terakhir kali dia mengajak Tiffanny Wen keluar untuk makan, dia menyewakan seluruh restoran, tetapi malah mendapatkan komentar bahwa restoran tersebut kurang populer, maka sejak itu jika Andreas Lu mengajak Tiffanny Wen makan, dia memilih untuk memesan kamar privat daripada menyewakan seluruh restoran.

Tiffanny Wen dengan anggun memotong steak di depannya, tetapi dia tampak tak berdaya. Meskipun dia tidak menolak makanan barat, tetapi dia tetap lebih menyukai makanan China, bagaimanapun, masakan dari ibunya ketika dia masih kecil adalah rasa yang sempurna dalam ingatannya, meskipun dia mungkin tidak akan pernah mencicipinya lagi sekarang, namun bagi Tiffanny Wen, makanan China bisa dijadikan sebagai sebuah kenangan, ini juga menjadi alasan kenapa saat kuliah di luar negri, dirinya rela belajar memasak sendiri daripada makan makanan barat. Tentu saja, sebagian alasannya adalah tidak ada uang pada waktu itu.

Steak fillet yang dimasak dengan cermat terasa empuk dan kenyal, segar dan sangat juicy, tetapi Tiffanny Wen makan dengan sangat tidak berasa, beberapa hari sebelumnya Andreas Lu selalu membawanya pergi makan makanan barat, dia yang memang tidak begitu suka dengan makanan barat, terakhir membuatnya merasa muak untuk memakannya.

Setelah meletakkan kembali garpu dan pisau, Tiffanny Wen menyeka mulutnya dengan acuh tak acuh, dia mengepalkan tangannya dan menatap Andreas Lu dengan rasa ingin tahu.

"Andreas Lu, apakah kamu sudah pergi ke luar negeri sejak kecil?"

Andreas Lu meletakkan peralatan makannya, mengangkat kepalanya dan menatap Tiffanny Wen dengan bingung, "Sejak SMP, aku sudah sekolah di luar negri, kenapa?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya, lalu menoleh sedikit untuk menatapnya, "Tidak apa-apa juga, hanya saja aku sedikit penasaran dengan cinta pertamamu, bukankah kamu dan mereka kakak beradik adalah teman sekelas, bahkan kalian sama-sama sekolah di luar negeri?

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen sepertinya sangat tertarik, kemudian dia menyeka mulutnya sambil tertawa pelan, lalu mulai bercanda, "Kenapa kamu tiba-tiba peduli tentang ini? Apakah kamu merasa tertekan?"

Tiffanny Wen mengangkat bahunya sedikit, dengan tatapan acuh tak acuh, "Hanya sedikit penasaran, aku tidak akan memaksamu jika kamu tidak ingin mengatakannya."

Meskipun dia berkata seperti itu, tetapi setelah mengetahui bahwa Caterina Jiang adalah cinta pertama Andreas Lu, Tiffanny Wen jelas merasa tidak nyaman, karena setelah menilai dari tindakan Caterina Jiang di kantornya terakhir kali, dia pasti masih menginginkan Andreas Lu. Tetapi menurut Andreas Lu sendiri, sepertinya saat itu Caterina Jiang yang meninggalkannya.

Memikirkan hal ini, mata Tiffanny Wen terlintas sedikit cahaya, kemudian dia menyipitkan mata: Mustahil untuk mengatakan bahwa dia tidak peduli, karena bagaimanpun sekarang Andreas Lu adalah pacarnya, jika dia begitu mudah direbut kembali oleh mantan pacarnya, bukankah dirinya akan sangat malu? Lagipula jika saat itu memang Caterina Jiang yang melepaskannya, maka dia tidak seharusnya datang mengganggu Andreas Lu lagi.

Cahaya dingin melintas di matanya, Tiffanny Wen mengakui bahwa dia sekarang merasa sedikit ketakutan, bagaimanapun, Caterina Jiang dan Andreas Lu merupakan pasangan sejak kecil, ditambah mereka juga merupakan teman sekelas dan juga merupakan cinta pertama, dia pasti tahu lebih banyak tentang Andreas Lu daripada dirinya sendiri.

Maka setelah memilih Andreas Lu, dia tidak akan menyerah dengan begitu mudah.

Setelah kembali dari khayalannya, dia melihat Andreas Lu sedang menatapnya dengan sangat penasaran dan penuh ejekan, Tiffanny Wen terbatuk sedikit, dan diam-diam membuang muka, "Orang dahulu berkata, jika Anda mengenal musuh dan mengenal diri sendiri, Anda tidak perlu takut akan hasil dari seratus pertempuran."

Melihat bahwa Tiffanny Wen sangat peduli dan cemburu pada Caterina Jiang, Andreas Lu tertawa kecil, tetapi tidak tahu mengapa hatinya malah merasa sangat senang.

Melihat Andreas Lu menatap dirinya dengan ekspresi mengejek, Tiffanny Wen mulai emosi, "Lupakan saja jika kamu tidak ingin menceritakannya."

Setelah itu, Tiffanny Wen mulai dengan kejam memotong steak untuk melampiaskan amarahnya.

“Saat itu, karena orang tua aku akan pergi ke luar negeri untuk mengembangkan bisnis mereka, Paman Jiang dan yang lainnya merupakan teman dari ayahku, hubungan mereka mirip dengan hubunganku dengan Max Jiang, merupakan hubungan dokter keluarga dan sahabat bak, jadi membawa mereka ikut serta untuk sekolah di luar negeri bersama."

“Wah.” Tiffanny Wen meletakkan tangannya di dagunya, mendengarkan dengan penuh semangat dan menyela karena terkejut, “Aku tidak menyangka bahwa orang seperti dirimu bisa didekati orang dan juga dijadikan sebagai sahabat baik.”

Andreas Lu memandangi Tiffanny Wen dengan dingin dan mengangkat alisnya, kemudian melihat Tiffanny Wen melambaikan tangannya, "Tidak, tidak, kamu mungkin sedang berhalusinasi, lanjutkan saja, aku sedang mendengarkannya."

Andreas Lu menghela napas tak berdaya, kemudian melanjutkan, "Karena demi kenyamanan dan usia kami hampir sama, jadi kami berempat ditempatkan di sekolah yang sama."

Empat orang? Tiffanny Wen terpana, lalu teringat lagi pada Stella Lu, mungkinkah Kak Stella dan Caterina Jiang juga berasal dari sekolah yang sama?

Jika begitu, dia bisa menanyakan situasi Caterina Jiang pada Kak Stella. Namun setelah dipikir kembali, Stella Lu sedang berada di “luar negri”, cahaya dari mata Tiffanny Wen seketika redup, dia tidak tahu kapan Kak Stella akan kembali ke sini.

Saat ini juga, Stella Lu yang berada dalam Vila Andreas Lu tiba-tiba bersin beberapa kali, menggosok hidungnya dengan tak berdaya, dia menatap TV dan bergumam, "Apakah karena Fanny merindukanku?"

Dave Gu memegang secangkir kopi dan meletakkannya di hadapan Stella Lu, raut wajahnya sedikit tak berdaya, "Nona Besar, cuacanya semakin dingin, maukah kamu melapiskan sebuah baju lagi?"

Stella Lu melambaikan tangannya dengan acuh tak acuh, "Tidak apa-apa, beberapa hari ini Andreas tidak kembali, bagaimana perkembangan antara dia dan Fanny?"

Dave Gu tersenyum pahit, "Nona Besar, Tuan Muda Ketiga telah memerintahkannya."

"Heh, apa-apaan ini, kamu mendengarkan aku atau mendengarkan Andreas?"

Kembali ke Andreas Lu, Andreas Lu melihat Tiffanny Wen yang ragu-ragu tapi penasaran, "Ada apa denganmu?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya dengan mata berbinar-binar dan sekilas dia melontarkan ide buruk, "Aku baik-baik saja, kembali lagi ke cerita tadi bahwa kalian adalah teman sekelas saat SMP, lalu?"

“Lalu?” Andreas Lu dengan lembut menggoyangkan gelas winenya, cairan merah mengguncang di gelasnya, “Setelah itu kami juga memasuki SMA secara bersama dan aku sudah bersama dengan Caterina Jiang, sampai kami memasuki perkuliahan, Max Jiang mengambil jurusan kedokteran, Caterina Jiang juga tiba-tiba menghilang, ada sementara waktu aku dan Max Jiang tidak bisa menghubunginya."

“Selesai ceritanya?” Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dengan heran.

Dia mengangguk dengan lemah, "Kalau tidak? apakah kamu ingin aku berbicara lebih banyak tentang bagaimana hari-hari kita saat berada di sekolah?"

Tiffanny Wen diam-diam memegang dahinya, hatinya penuh dengan ketidakberdayaan: Bagaimana dia bisa mengharapkan kemampuan Andreas Lu untuk menceritakan masa lalu, yang pada akhirnya dia sama sekali tidak mengatakan sesuatu yang berguna.

"Tidak perlu lagi, aku sudah mengerti."

Tiffanny Wen menghela napas dalam hati: Lupakan saja, dia lebih memilih untuk menunggu kepulangan Kak Stella lalu mencarinya untuk berdiskusi kembali.

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen dengan tenang, penuh kebingungan dari dalam matanya, sebenarnya apa yang ingin diketahui olehnya?

Mengetahui bahwa dirinya tidak akan mendapatkan informasi apapun dari Andreas Lu, Tiffanny Wen juga tidak mengharapkan apapun lagi, jadi dia hanya tertawa ringan dan mengalihkan topik pembicaraan, "Andreas Lu, apakah kamu sudah selesai makan? Bukankah kamu bilang kita akan berkencan kali ini? Kamu tidak berencana untuk makan seperti ini sepanjang malam, kan?"

Melihat mata Tiffanny Wen berbinar, Andreas Lu tahu apa yang dia pikirkan, tetapi dia tidak ingin menelusurinya, dia hanya sedikit mengangkat alisnya, senyuman di sudut bibirnya seperti sedang mempermainkannya, dia bercanda, "Malam ini waktuku semua milikmu, aku akan menemanimu kemanapun kamu akan pergi."

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu