Precious Moment - Bab 89 Barang ganti barang

Melihat kain kasa di tangannya selapis demi selapis dilepas, pelan-pelan menampakkan tangan yang putih dan ramping di dalamnya, mungkin karena terlalu lama dibungkus sehingga tidak terkena matahari, Tiffanny merasa tangannya saat ini lebih putih dibanding dulu, putih pucat.

Dokter yang ada di sampingnya memegang tangan Tiffanny sambil memeriksa dengan teliti, mau tidak mau memuji Tiffanny: “Tanganmu adalah yang pertama aku lihat dengan luka paling luas dan rumit, tetapi juga yang pulihnya paling bagus.”

Tiffanny berterima kasih dari lubuk hatinya yang paling dalam: “Terima kasih Dok.”

Dokter melambaikan tangannya: “Tidak perlu berterima kasih padaku, mengobati orang adalah tugasku, aku merasa kamu seharusnya berterima kasih kepada pacarmu, bagaimanapun dialah yang sudah mencarikan kamu perawat yang sangat bertanggung jawab, yang mampu mengingat semua hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan penyembuhanmu.”

“Kalau begitu, selamat Nona Wen, Anda sudah bisa keluar rumah sakit.”

Tiffanny menggaruk-garuk kepalanya dengan malu, hanya bisa berbisik dalam hati: “Pacar apaan, aku tidak punya. Lagian yang mencari orang kan Dave Gu!”

Tiffany diam memperhatikan sepasang tangannya, merasa semua ini begitu tidak nyata, sepasang tangannya yang tadinya sudah parah, ternyata sekarang bisa mulus putih seperti batu giok, begitu banyak luka, tetapi tidak meninggalkan bekas luka sama sekali, karena waktu itu semua kukunya mencuat keluar, maka ketika operasi, dokter mencabut semuanya, dan kukunya belum tumbuh semua saat ini, kira-kira baru setengah dari panjang awalnya, pendek dan bulat, dengan warna pink yang khas, entah kenapa malah terlihat manis.

Sambil memegang tangannya yang bagai dari kepompong berubah jadi kupu-kupu, dengan semangat Tiffanny pergi membereskan barangnya untuk mengurus prosedur keluar rumah sakit.

Ketika berjalan ke gerbang rumah sakit, perasaan Tiffanny campur aduk.

Tepat ketika Tiffanny belum mulai merasa tidak rela meninggalkan rumah sakit, teleponnya berdering, setelah melihat nama penelepon yang tertera, ekspresi wajahnya penuh ejekan.

Sepertinya dia sudah mengendalikan waktunya dengan pas.

“Halo, apakah sekarang kamu sudah bisa membicarakan masalah abu denganku? Jadi, sebenarnya apa yang kamu ingin saya lakukan?”

Separuh kalimat pertama dikatakan Tiffanny dengan senyum kecil, tapi nada kalimat selanjutnya langsung dingin, dingin menusuk tulang.

Di sisi lain dari telepon, Tania berbalik pura-pura tidak mendengar pertanyaan dari Tiffanny, hanya berkata dengan nada sedikit mengejek: “Kalau kamu ingin abu, maka datanglah ke Shearton Hotel, aku akan menunggu kamu di depan pintu.”

Setelah mendengarnya, Tiffanny tidak tahan mengepalkan kedua tangannya.

Tiap kali selalu ke hotel, apa mereka punya perasaan istimewa terhadap hotel?

Tetapi mengingat abu ibunya, Tiffanny mau tidak mau segera memanggil taksi.

“Ke Shearton Hotel.”

Setelah sampai di hotel, begitu Tiffanny turun dari mobil, ia melihat Tania dan Jessica sudah menunggunya di pintu, muka mereka penuh rasa kemenangan, mata mereka diliputi sedikit rasa iba ketika melihat Tiffanny.

Melihat ekspresi ibu anak itu, Tiffanny tahu bahwa dirinya kali ini pasti sudah jatuh ke suatu perangkap, perangkap yang sangat besar, walaupun dirinya tahu bahwa di depannya adalah sebuah perangkap yang besar, tetapi Tiffanny tetap mau tidak mau harus masuk.

Dengan wajah suram Tiffanny melihat ibu dan anak itu, api amarah di matanya seperti mampu membakar seluruh hotel.

“Aku sudah datang, mana abu ibuku?”

Tania menutup mulutnya sambil tersenyum, melihat pandangan Tiffanny yang penuh amarah, dia membalas dengan pandangan “memangnya kamu bisa apa”.

“Tidak apa, jangan terburu-buru.”

Dalam sekejap suasana di hotel berubah menjadi sombong dan semena-mena.

Dengan air muka dingin Tiffanny menatap Tania, urat hijau di dahinya tidak berhenti berdenyut, kedua tangannya dikepalkan, tidak berhenti bergetar, dengan gaya sudah siap menerjang untuk berkelahi.

Tetapi Tania tidak merasa Tifffany akan turun tangan, maka diangkatnya dagunya, sorot matanya dipenuhi ejekan, tiba-tiba malah mulai mendendangkan sajak “Bunga bukanlah tidak berperasaan, berubah menjadi tanah musim semi.” (Puisi kuno China, penulis: Gong Zi Zhen)

Puisi ini ibarat air dingin yang langsung disiram ke badannya yang berapi-api, api amarah di mata Tiffanny padam dalam sekejap, walaupun tidak sudi, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

“Bukannya ada urusan? Tunjukkan jalan.”

Walaupun sangat tidak senang dengan nada sok memerintah Tiffanny, tetapi setelah memikirkan apa yang akan dia alami nanti, muka Tania dan Jessica diliputi rasa simpati.

Membawa Tiffanny berjalan cukup jauh, Tania dan Jessica akhirnya membawa Tiffanny berhenti di depan sebuah pintu kamar.

Tangan Jessica membuat sebuah tanda mempersilakan, mengisyaratkan Tiffanny untuk masuk.

Tiffanny melontarkan pandangan mata dingin kepada Jessica, tangannya dijulurkan untuk memutar gagang pintu, lalu berjalan masuk.

Begitu masuk, Tiffanny langsung melihat Hanson Wen dan Yoel Qin sudah duduk diam di dalam kamar, dilihat dari air teh di depan mereka bisa diduga mereka sudah menunggu dalam waktu yang lama.

Yoel Qin melayangkan pandangan senang atas penderitaan Tiffanny, Tiffany pura-pura tidak melihatnya.

Tiffanny memandang Hanson Wen lekat-lekat, dengan memicingkan matanya, pandangan matanya yang tajam menyiratkan tuduhan dan rasa kecewa.

“Hanson Wen, kelihatannya kamu sudah tahu semuanya.”

Tiffanny nangis tapi tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

“Kalau memang tahu, mengapa? Mengapa membiarkan Tania menggali kuburan Ibu! Bahkan membawa pergi abu! Bahkan membiarkan dia semena-mena menggunakan abu untuk mengancam aku!?”

Hal yang paling ditakuti Hanson adalah dipertanyakan oleh Tiffanny, karena dia tahu ini bisa menyakit hati Tiffanny, pernah dia cegah tetapi sampai akhirnya tetap gagal, berkali-kali dia hanya bisa diam-diam membiarkan Tania berulah.

“Aku… Itu…”

Hanson Wen menundukkan kepalanya, menolehkan kepalanya ke arah lain, bimbang tidak tahu harus berkata apa, juga tidak tahu bagaimana caranya menjelaskan, bagaimanapun juga ekspresi mata Tiffanny selalu begitu putus asa dan tanpa harapan.

Tiffanny tersenyum pahit, menggelengkan kepala melihat ke Hanson Wen “Apakah kamu tahu, yang sebenarnya paling ku benci adalah sikapmu ini, setiap kali ku tanyakan kamu selalu tahu bahwa kamu bersalah, tetapi kamu tidak pernah ngomong sepatah kata pun, kamu hanya bisa menghindar, hanya bisa bimbang, aku ingin sekali sedikit menaruh harapan kepadamu, tetapi detik berikutnya kamu langsung menusuk hatiku.”

Hanson mengangkat kepalanya ingin menjelaskan, tetapi Tiffanny sama sekali tidak mau mendengarkan, dengan tegas membalikkan badannya, tidak mau memandangnya walau sekejap.

Pada saat yang bersamaan, dari dalam kamar tidur Tania mengeluarkan sebuah gaun putih, sambil dikibas-kibaskan dengan tangannya.

Tiffanny menautkan kedua alisnya, memandang Tania dengan dingin. “Apa ini?”

Tania mendatangi Tiffanny, kedua matanya sedikit terpejam, tetapi kedua bibirnya membuat senyuman yang tidak bisa dimengerti oleh Tiffanny.

“Gaun pengantin, sana ganti bajumu, sudah pasti ada kegunaannya tersendiri.”

Tiffanny terdiam dengan tumpukan gaun putih yang tebal itu di tangannya.

Gaun pengantin? Tania si wanita hina itu sebenarnya mau melakukan apa?

Jangan-jangan dia berencana untuk membiarkan aku memakainya dan langsung menikah dengan si bodoh dari keluarga Chu itu?

Air muka Tiffanny berubah dingin, dengan asal dibuangnya gaun itu ke sofa di samping, sambil bertolak pinggang.

“Nah, kamu pikir aku tidak tahu rencana apa yang kamu pikirkan?”

“Ingin saya menikah dengan keluarga Chu, itu tidak mungkin!”

Mendengar itu, air muka Tania tidak berubah, hanya mendekat ke telinga Tiffanny sambil mengancam pelan “Tiffanny, kalau kamu tidak mau ganti, aku akan menyiram abu ibumu ke dalam toilet, sehingga seumur hidupmu jangan harap bisa melihatnya lagi!”

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu