Precious Moment - Bab 242 Takdir

Melihat sosok Valerie yang pergi, andreas berdiri, dia merapikan celananya dan memutarkan badannya lalu memberikan bunganya kepada Tiffany. diawajahnya sedikit canggung, namun tatapan lembut dimatanya tidak bisa dilupakan.

Tiffany menatapi Andreas, ketika melihat tatapan lembut Andreas, dia sedikit kaget, tatapan lembut itu seolah akan menghanyutkan dia, senyuman yang tidak jahat, dan dengan jarangnya ada kelembutan, wajah yang sama namun sudah tidak lagi marah dan tidak peduli seperti biasanya, lebih terlihat lembut.

Tatapan Tiffany bersinar, hatinya sedikit tersentuh, namun dirinya tidak menyadarinya.

Namun tidak disangka bahwa Andreas juga punya sisi lembut seperti begini, gadis cilik itu menetertawakannya seperti begitu namun dia malah tidak marah sama sekali, meskipun terlihat sedikit canggung, namun sepertinya suasana hatinya lumayan bagus.

Sepertinya dia bukanlah tipe lelaki yang akan akan membuat anak kecil ketakutan hingga menangis dimalam hari juga yang mana dikiranya dulu seperti itu..........

Sekali terpikiran, Tiffany tertawa, dia tidak mengetahui bahwa seluruh kelembutan dari Andreas hanya untuknya.

Andreas melihat Tiffany tiba-tiba tertawa, dia mengira bahwa Tiffany menertawakannya dibilang oleh anak kecil tidak punya uang, ekspresinya sedikit berubah, "Apa yang lucu, aku hanya tidak membawa cash saja."

Tiffany berusaha keras menahan ketawa, wajahnya kembali terlihat merah lagi, "Tidak.......aku tidak tertawa........ini halusinasi kamu."

Melihat wajah Tiffany yang merah, Andreas menaikkan alisnya, dia memberikan bunga mawar kepada Tiffany, "Ambil ini,ini diberikan oleh gadis cilik penjual bunga untuk direktur utama Louise yang tidak punya uang."

Mendengar bercandaan Andreas, Tiffany mengulurkan tangannya dan menerima bunga dari tangan Andreas, dia menciumnya, dan terlihat tersenyum ceria.

"Terima kasih, bunganya sangat harum."

Meskipun sekarang adalah malam hari, lamu dipinggir kali juga tidaklah terlalu terang, namun senyuman Tiffany dimata Andreas bagaikan menyinar semua hal disekitar."

Hati Andreas berdenyut, tataoannya menjadi semakin lembut, dia berkata, "Menurutmu, bagaimana caranya aku membaik-baikan kamu, barulah kamu tidak akan marah, dan menjadi pacarku?"

Mendengar perkataan Andreas, Tiffany tidak banyak berpikir, dia mengira bahwa Andreas masih menggunakan perkataan Valerie untuk menyindir dirinya.

Saat ini suasana hati Tiffany sedang bagus, dia juga tidak ilfeel dengan perkataan Andreas, dia lalu meledek balik menggunakan perkataan Valerie, "Kalau begitu harus lihat giat atau tidaknya kamu."

Mungkin Tiffany masih belum menyadari bahwa perkataannya kurang tepat, namun tatapan Andreas bersinar, senyuman jahat kembali kewajahnya, tatapannya juga terlihat sedikit bangga.

Sepertinya, sekalipun kayu juga bisa perlahan dihaluskan........

Dia menaikkan alisnya, Andreas berbalik melanjutkan, "Benarkah, kalau begitu kamu harus melakuakn persiapan."

Tiffany merasa aneh, "Menpersiapkan apa?"

Andreas membelakangi Tiffany, tatapannya seolah sedang merencanakan sesuatu, dimulutnya malah berkata, "Tidak ada apa-apa, sudah tidak pagi lagi, kamu juga sudah cukup mencerna makanan, sudah waktunya pulang."

Meskipun Tiffany masih merasa aneh, namun dia juga tidak mencurigai apapun, dan dia mengira maksud Andreas adalah urusan pekerjaan, dia menganggukkan kepalanya, dan lalu berlari kecil mengejar Andreas, dan berjalan disamping Andreas, dia tidak menyadari bahwa jarak antara dia dan Andreas menjadi sedikit lebih kecil.....

Jika bukan karena berjalan kembali, Tiffany tidak menyadari bahwa dirinya dan Andreas berjalan ebgitu jauh, disebuah tikungan, Andreas tiba-tiba berhenti.

Melihat ekspresi Andreas yang berubah, Tiffany penasaran dan melihat kearah sana, terlihat ada seorang wanita gendut tengah membawa seoarang anak kecil yang gendut dan sedang membully seorang gadis kecil.

Tiffany melihatnya, dia menyadari bahwa ketiga orang itu semuanya dia kenal, wanita yang membully bukankah orang yang memfitnah Finley mencuri dompetnya itu? Sedangkan gadis kecil itu adalah Valerie yang menjual bunga tadi?

Jangan-jangan memang takdir? Melihat wanita itu membully anak kecil, Tiffany sangatlah marah dan melangkah cepat.

Karena tadi lebih jauh jadi Tiffany tidak melihat jelas kondisinya, namun setelah mendekat, Tiffany tentu saja melihat jelas kondisi.

Diwajah bersih putihnya Valerie, terlihat sebuah tamparan merah, warnanya itu terlihat jelas menempel, bunga ditangannya jatuh kemana-mana, sigendut kecil itu malah melompat-lompat diatas bunga itu, sosok badan Valerie yang kecil itu masih dengan mata merahnya dan berusaha menahan air mata untuk tidak keluar, dia mengangkat kepalanya dan seolah sedang memperdebatkan sesuatu dengan wanita itu.

NAmun karena Tiffany sekarang masih sedikit jauh jadi dia tidak mendengar dengan jelas perkataan Valerie, namun suara wanita yang keras itu terdengar jelas oleh Tiffany.

"Kamu bocah kecil apakah tidak punya mata, jalanan sebesar ini dan kamu mendorong kami? Apakah kamu tahu pakaianku betapa mahal? Huh? Apakah kamu kira bunga-bungamu ini bisa cukup untuk membayarnya? AKu beritahu kamu, baju ini sangatlah mahal, kamu mau mencucinya? Jangankan kamu mencucinya hingga rusak, bagaimana jika kamu bawa kabur? Satu bajuku ini seharga seluruh pengeluaran keluargamu satu bulan!"

Tiffany semakin marah mendengar perkataan wanita itu, sejak adanya peristiwa Finley, Tiffany sekalipun tidak tahu kondisi sesungguhnya, namun dia berani yakin bahwa pasti wanita gendut ini yang sedang berbuat onar, dia lalu semakin mempercepat langkahnya.

Disaat ini, si anak kecil gendut itu seolah sudah selesai menginjak bunganya, dia mengulurkan tangan dan mencubit wajah Valerie, rasanya tenaga yang digunakannya sangatlah besar.

Terlihat wajahnya sakit hingga berkerut, dia mednorong anak gendut itu, dan anak gendut itu terjatuh kelantai.

Anak gendut itu tercengang sejenak lalu matanya memerah dan mulai menangis, "Ibu! Dia membullyku! Dia memukulku!"

Wanita itu melihat anaknya dibully, dia langsung marah, dia mengerutkan keningnya, tatapannya seram mengarah kearah Valerie, "Heh! Kamu si hina, kamu masih melawan! Masih berani memukul anakku!"

Sambil berkata, wanita gendut itu mengangkat tangannya dan menampar Valerie.

Ketika Tiffany melihat adegan ini, hatinya penuh rasa tegang, namun dia masih berjarak dengan wanita gendut itu, dia lihat sudah hampir tidak sempat, sebuah sosok melewatinya, Andreas memegang tangan wanita yang akan menampar valerie.

Andreas menatapi wanita itu dengan marah, tatapannya yang sadis dan juga sedikit rasa membenci dan dendam, dia menghempaskan nafasnya, Andreas melempar tangan wanita gendut itu dan wanita gendut itu langsung terjatuh kelantai.

Tiffany melihat Andreas dan merasa lega, dia berjongkok kehadapan Valerie dan menghapus air matanya dengan lembut, "Valerie, tidak apa-apa, koko dna cici akan membantumu."

Valerie menganggukkan kepalanya, air matanya tidak lagi bisa ditahan, dia memeluk tangan Tiffany dan mulai menangis.

Melihat tampang Valerie tadi, Tiffany tentu saja mengerti seberapa sulitnya tadi dia menahan, rasa sakit hati terasakan olehnya, dan rasa marah semakin berkobar didalam hatinya juga, dia menepuk bahu valerie dan membuatnya tenang.

Setelah itu Tiffany berdiri dan bersuara, dia melindungi Valerie dibelakang badannya dan bertanya kepada wanita gendut itu, "Mengapa kamu bisa begitu kejam, dan bertindak begitu kejam kepada seorang gadis kecil?"

Waktu itu Tiffany pernah membuatnya begitu malu, tentu saja wanita ini mengenalnya, dia menatapi Tiffany dengan penuh pengrendahan, "Mengapa kamu sungguh begitu kepo? Apapun yagn aku lakukan kamu mau mencampurinya, apakah semua pengemis di kota Luo ini dilahirkan olehmu?"

"Jaga perkataanmu!" Andreas berakata, auranya itu membuat wanita gendut itu gemetaran.

Wanita gendut itu merasa bawha dirinya ketakutan karena seorang lelaki seperti begini dan merasa malu, dia menghempaskan nafasnya dan melanjutkan, "Eh, lumayan, kali ini mencari seorang lelaki tampan muda, masih berani memukulku? Kalian tunggu saja, bukannya orang, aku juga punya."

Seusai itu, wanita itu mengeluarkan hp dan menelepon sebuah telepon, "Halo! Suamiku! Kamu cepat kemari, aku dan anakmu tengah berada dibelakang parkiran dan dipukul! Kamu nyetir mobilnya keluar dan langsung kelihatan, cepat kemari!"

Novel Terkait

Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu