Precious Moment - Bab 384 Secara resmi

Selesai makan bersama dan berpamit, Tiffanny Wen duduk di samping Andreas Lu, sampai ketika mobil keluar dari halaman depan, Tiffanny Wen baru menghela nafas tidak berdaya, dengan tatapan mendendam ia menatap Andreas Lu : “Coba lihat kamu ini, waktu itu kamu jadikan aku tameng, sehingga sekarang aku secara resmi menjadi sasaran ibumu, aku rasa lebih baik cukup tersenyum tanpa berbicara saja di depan ibumu, sekali bicara dia pasti menggunakan berbagai alasan untuk mempersulit aku.”

Melihat wajah Tiffanny Wen yang kesulitan, Andreas Lu tertawa kecil.

Mendengar Andreas Lu tertawa, Tiffanny Wen melototinya dengan kesal, “Kamu malah ketawa, apa kamu tidak coba pikir ini gara-gara siapa?”

Melihat pelototan Tiffanny Wen, Andreas Lu agak tidak berdaya dan menghibur : “Kamu tenang saja, aku akan membuat kamu masuk ke Keluarga Lu secara resmi.”

-----

Saat pulang kerja di sore hari, Tiffanny Wen awalnya ingin mencari Andreas Lu, tapi baru saja sampai di ruangannya, Dave Gu bilang Andreas Lu tadi baru saja diseret pergi oleh Stella Lu.

Tiffanny Wen hanya tertawa kecil, tampaknya tadi di waktu yang bersamaan mereka berada di lift yang berbeda, setelah berpamit dengan Dave Gu, Tiffanny Wen pun membalikkan badan menuju ke arah lift, di saat ini pula ia mendapat pesan singkat dari Andreas Lu.

Andreas : Pergi dulu, nanti malam makan yang baik. Dan harus patuh, kalau tidak, nanti aku akan menghukum kamu setelah pulang.

Melihat pesan singkat yang sama sekali bukan gaya bicara Andreas Lu, Tiffanny Wen terbahak-bahak dan bergumam : “Jangan-jangan ponsel Andreas Lu direbut Kak Stella di tengah mengetik.”

Di sisi lain sana, Andreas Lu menatap pesan yang sudah terkirim di layar ponsel tersebut dengan wajah suram, sebuah tatapan yang ingin membunuh terpaku ke Stella Lu yang tertawa jahil.

Sedangkan Stella Lu sama sekali mengabaikan tatapan ingin membunuhnya Andreas Lu, ia langsung berjalan ke arah mobil seolah tidak ada apa pun, “Sudah, bukankah sudah harus pergi, sekarang aku sudah kirim pesan ke Tiffanny Wen, kamu juga tidak perlu takut dia menyalahkan kamu pergi tanpa pamit.”

Andreas Lu menatap kakaknya dengan suram, nada bicaranya dingin sekali : “Ini alasan kamu merebut ponselku?”

Stella Lu datang ke mobil Andreas Lu, kemudian membalikkan badan menatapnya tanpa merasa bersalah, namun di balik matanya penuh dengan senyum jahil : “Memangnya bukan ada seseorang ingin mengirim pesan ke Tiffanny Wen tapi tidak tahu harus mengatakan apa? Jadi sebagai seorang kakak, mau tidak mau aku membantu kamu sedikit, tenang saja, ini aku benar-benar mengikuti gaya bicara kamu, dan berdasarkan pemahaman aku ke kamu sekian tahun, ini pasti adalah yang ingin kamu katakan.”

Melihat ekspresi kakaknya yang seolah sangat mengerti dirinya, Andreas Lu menghela nafas tidak berdaya, dengan agak sebal ia memijat kening : “Tidak ada waktu buat berceloteh dengan kamu di sini, masuk.”

Melihat Andreas Lu yang demikian, Stella Lu sudah tahu yang dirinya katakan pasti benar. Setelah duduk di mobil, tampak Andreas Lu sedang mengetik pesan, ia pun mengangkat alis dengan jahil : “Apakah kalimat yang aku kirim tadi masih ada tambahan yang perlu dikirim?”

Selesai mengetik, ia menekan tombol kirim, kemudian menyimpan ponselnya seolah tidak ada apa-apa, dengan wajah datar ia menyalakan mesin mobil : “Hanya menyampaikan beberapa hal pekerjaan ke Dave Gu.”

Stella Lu tertawa kecil, tapi juga tidak berkata apa-apa lagi, hanya diam-diam melirik Andreas Lu, tatapannya tampak berseri-seri, lengkungan di bibirnya terdapat maksud mendalam.

Benarkah? Yang disampaikan ke Dave Gu itu jaga jarak dengan Luis Chu? Benar-benar anggap kakak kamu ini buta?

Di sisi lain, Tiffanny Wen baru saja turun sampai lantai satu dan mendapat pesan dari Andreas Lu, sekali dibuka, ia tersenyum kecil : “Kelihatannya dia sudah mendapatkan ponselnya kembali, tapi orang ini benar-benar pencemburu sejati yang senantiasa cemburuan.”

Sambil merapikan tasnya, Tiffanny Wen berjalan ke arah pintu, baru saja sampai di pintu, malah merasa langit menjadi gelap.

Dengan kebingungan ia menengadahkan kepala, tampak seseorang yang memakai topi dan masker hitam muncul di hadapannya.

Tiffanny Wen refleks tertegun, tapi langsung sadar ketika melihat bola mata yang coklat tua itu, ia langsung tertawa : “Hahaha, Taro, penampilan seperti apa ini, aku lihat satpam di situ saja sudah tidak tahan mau menangkap kamu.

Luis Chu mengerutkan dahi, meskipun tidak bisa melihat jelas ekspresinya, tapi ketidakberdayaan di balik matanya tampak jelas sekali.

Dia melepaskan topinya, lalu merapikan rambut emasnya yang seketika tampak berkilau di bawah cahaya matahari, ia menundukkan kepala menatap Tiffanny Wen : “Fanny, kamu kira aku suka seperti ini?”

“Ini gara-gara Secret Door sudah selesai syuting, akhirnya membintangi satu acara, sekarang para penggemar buku tersebut sudah kenal aku, sehingga aku sekarang tidak berani berjalan di luar tanpa menutupi wajah.”

Melihat Luis Chu yang seolah begitu kesulitan, Tiffanny Wen menggeleng dengan agak tidak berdaya : “Benar-benar sudah membuat kamu berjerih payah.”

Luis Chu mengangkat bahu dengan datar : “Apa yang jerih payah atau tidak, sudah terbiasa, hanya saja penggemar di dalam negeri sini benar-benar gila, sekarang kalau dibandingkan, penggemar seperti Jennifer Xia masih lebih rasional.”

Mendengar Luis Chu mengungkit Jennifer Xia, Tiffanny Wen mengangkat alis dengan terkejut : “Tidak disangka orang sibuk seperti kamu masih ingat dengan Jennifer Xia, sekarang dia ada di lantai atas, atau aku bawa kamu menemuinya?”

Luis Chu tertawa kecil, ekspresinya agak canggung, sebenarnya dia ada sedikit kontak dengan Jennifer Xia, mungkin karena sebelumnya karena demi memberi kejutan ke Tiffanny Wen, jadi membohonginya sambil tertawa, sejak saat itu dia tidak bagaimana kontak dengan dirinya lagi, kelihatannya mata-mata di samping Fanny sudah berubah dan berkhianat.”

“Sudahlah, aku ke sini juga bukan untuk acara menjumpai penggemar, aku datang untuk mencari kamu, Fanny, apakah kamu tidak rindu dengan aku sedikit pun?”

Tiba-tiba Luis Chu menjadi tidak serius, Tiffanny Wen menggeleng dengan tidak berdaya, “Aku rasa lebih baik kita jangan terlalu mencolok di depan pintu perusahaan, kita sambil berjalan saja.”

Usai itu, Tiffanny Wen terlebih dahulu melangkah keluar, sedangkan Luis Chu juga menyusul.

“Jadi, ada apa kamu mencariku? Harus diketahui ada seseorang yang berkali-kali mengingatkan aku untuk jaga jarak dengan kamu.”

Luis Chu berdehem dingin, mengenai siapa seseorang itu, tanpa Tiffanny Wen bilang pun dia juga tahu, ia mencibir, namun karena ditutupi masker, Tiffanny Wen tidak melihatnya : “Terus kenapa, waktu itu saja dia bahkan bilang waktu kamu adalah milik dia, pada akhirnya juga aku tetap dapat kesempatan untuk mengajak kamu keluar.”

Tidak tahu kenapa, Tiffanny Wen merasa Luis Chu dan Andreas Lu bagaikan anak kecil berumur beberapa tahun yang saling merebut mainan, dengan serba salah ia berkata : “Jadi sebenarnya kali ini ada apa? Tidak mungkin hanya mengajak aku keluar untuk jalan santai begini bukan?”

Tiffanny Wen masih bersikap tidak sangat ramah namun juga tidak sangat cuek, sekilas muncul ketidakberdayaan di tatapan Luis Chu, tapi tetap memaksakan diri berseri-seri : “tentu saja bukan, bukankah acara makan-makan setelah selesai syuting waktu itu kamu tidak makan dengan baik, aku sudah bilang akan menggantinya untuk kamu, kebetulan sekarang Andreas Lu ada urusan, jadi aku datang untuk menepati janjiku.”

Tiffanny Wen tampak tidak menduga, “Kalau memang sutradara Chu ingin mentraktir makan, tentu saja aku tidak menolak, tapi kamu masih ada sesuatu yang lain bukan?”

Melihat Tiffanny Wen yang sengaja tanya meskipun sudah tahu, Luis Chu juga tetap tidak mengatakannya, melainkan berkata : “Memang masih ada satu hal lagi, tapi ini tunggu selesai makan baru pelan-pelan kuberitahu ke kamu.”

Tiffanny Wen mencibir : “Benar-benar, apakah perlu membuat penasaran begini?”

“Kita mau makan di mana?”

“Ini aku tahu ada sebuah restoran yang bagus, kita ke sana saja.”

Tiffanny Wen berpikir sejenak, merasa sepertinya tidak apa-apa, ia pun mengangguk, kemudian bercanda : “Baiklah, tapi kalau misalnya sampai mabuk, kamu harus ingat bertanggung jawab atas keselamatan aku.”

Luis Chu tentu saja tahu Tiffanny Wen bercanda, ia tidak memasukkannya ke dalam hati, “Tentu saja akan tanggung jawab.”

Setelah itu Luis Chu dan Tiffanny Wen menghentikan sebuah taksi, lalu menuju ke restoran yang disebut Luis Chu itu.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu