Precious Moment - Bab 35 Pahlawan Menyelamatkan Wanita Cantik

Preman-preman itu tidak hentinya menghancurkan barang-barang suami istri ini. Melemparkan bahan makanan ke lantai, dan yang lebih kelewatan adalah mereka juga mengambil sedikit uang dalam kotak uang suami istri ini.

Suami istri ini sayang terhadap bahan makanan yang tersia-siakan ini. Hanya bisa memohon jangan menghancurkan lagi.

Paman ingin bergerak menghentikan mereka, tapi malah dilempar ke samping. Untung saja Dave Gu berada di dekat paman, jadi bisa menangkap paman tepat waktu.

Tadi Andreas Lu dan Tiffanny Wen sedang mengobrol, jadi Dave Gu tentu tidak berani mengganggu. Dave Gu duduk di lain meja dengan satu piring BBQ di tangannya.

"Anak muda, terima kasih ya. Kalau tidak, tubuhku lemahku ini pasti akan retak." paman berkata berterima kasih.

Tiffanny Wen yang melihat paman hampir saja jatuh dari sini, tidak dapat menahan kemarahan, dan pergi ke sana untuk menghentikan.

"Berhenti. Kalian berbuat seperti ini apakah ada aturannya? Tidak takut aku lapor polisi?"

Beberapa preman itu melihat Tiffanny Wen yang cantik, tiba-tiba tertarik.

"Yo, adik kecil, cantik juga! Kamu ingin membantu mereka, boleh. Asal kamu menemani kakak bermain, kakak akan melepaskan mereka."

Preman itu berjalan ke hadapan Tiffanny Wen dan mulai bergerak.

Tiffanny Wen menunjukkan wajah jijik, apalagi mendengar perkataan tidak enak didengar pria itu, rasanya dia ingin muntah.

"Bukankah kalian ingin uang. Katakan, perlu berapa. Aku bantu mereka bayar." Tiffanny Wen menghindari dari tangan sang pria, dan berkata dengan jijik.

"Kami sudah diskusi. Yang kami mau sekarang bukan uang, kami hanya mau kamu!"

Selesai berkata, pria itu menangkap pergelangan tangan Tiffanny Wen, sedangkan tangan lainnya menyentuh wajah Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen memberontak ingin menghindar dari tangan pria itu. Tiba-tiba di hadapannya muncul bayangan hitam. Tangan sang preman di tangkap, belum dilepas.

"Lepaskan tangan kotormu." suara sang pria berat dan bertenaga.

Sang preman sedikit kesakitan karena tangannya dicengkram oleh Andreas Lu, tapi belum juga melepaskan tangan, malah berkata dengan senyum mengejek, "Ada apa, bocah, ingin menjadi pahlawan? Kalau begitu coba lihat kamu ada kemampuan itu atau tidak."

"Kukatakan sekali lagi. Lepaskan!" suara Andreas Lu kedengarannya tidak ada perasaan apapun.

"Tidak mau. Kalau kamu suruh lepas, dan aku lepaskan, bukankah aku sangat tidak mempunyai harga diri."

Setelah sang preman selesai berkata, Andreas Lu langsung menonjok ke wajah pria itu.

Sang preman kesakitan, segera melepaskan pergelangan tangan Tiffanny Wen dan menutupi wajahnya sendiri. Andreas Lu sekalian melindungi Tiffanny Wen di belakang tubuhnya.

Sang pria ditonjok dan ujung bibirnya berdarah, "Sialan .... bro, maju!"

Gerombolan preman maju menyerang Andreas Lu, dan Dave Gu juga meletakkan barang di tangannya, berlari ke samping Andreas Lu.

"Direktur, sekarang bagaimana?"

Melihat preman-preman itu menghambur ke sini, Dave Gu sedikit panik. Benar-benar mau bertarung? Dia juga tidak takut bertarung. Hanya saja kalau direktur terluka, dia tidak bisa mempertanggungjawabkannya.

"Memangnya kalau tidak bagaimana. Ayo maju!"

Andreas Lu sekalian mendorong Tiffanny Wen ke samping suami istri, lalu bertarung dengan para preman.

Sekelompok preman itu juga tidak hebat, hanya karena mereka muda, tubuh mereka masih kuat, di daerah ini berkuasa, jadi dalam beberapa gerakan saja sudah terjatuh kesakitan di lantai.

Preman yang jatuh ke lantai menangkap sebatang tongkat kayu, berdiri dan bersiap memukulkannya ke kepala Andreas Lu.

Tiffanny Wen melihat gerakannya itu dan berteriak kencang, "Hati-hati."

Kepala Andreas Lu minggir ke samping. Tongkat tidak mengenai kepala Andreas Lu, tapi mengenai bahu Andreas Lu.

Tidak dapat mempedulikan rasa sakit di bahu, Andreas Lu segera berbalik untuk merebut tongkat dari tangan preman, lalu menendang preman itu.

Dave Gu segera berlari menghampiri, "Direktur, baik-baik saja 'kan?"

"Tidak apa-apa." kemudian Andreas Lu lanjut bertarung lagi.

Melihat Andreas Lu tidak kenapa-napa, Tiffanny Wen akhirnya lega. Dia sangat takut kalau tongkat tadi mengenai kepala Andreas Lu, pasti akibatnya akan sangat parah.

Setelah bertarung cukup lama, para preman akhirnya lelah, dan tubuh mereka penuh dengan luka, "Kamu tunggu saja. Kalau hebat, tunggu di sini, jangan kemana-mana." pemimpin kelompok berkata seperti ini baru kemudian pergi.

Beberapa pemilik kios di sekitar ketika melihat para preman berhasil diusir pergi oleh Andreas Lu, semuanya bertepuk tangan dan bersorak.

Tapi setelah suami dan istri ini senang, mereka khawatir. Semua orang di sini tahu. Di belakang pemimpin preman tadi, ada kekuatan yang besar. Kalau tidak, mana mungkin mereka begitu semena-mena dan tidak ada yang menangkap mereka.

"Nona Wen, dan juga dua tuan, terima kasih. Tapi kalian lebih baik cepat pergi dari sini. Orang-orang itu tidak mudah dihadapi."

Suami istri ini khawatir para preman datang mencari masalah dengan Tiffanny Wen dan Andreas Lu, jadi membujuk mereka cepat pergi dari sana.

"Paman, bibi, tidak apa-apa. Tapi kita masih tidak boleh pergi. Kalau kita pergi, mereka pasti akan datang lagi mencari masalah dengan kalian."

Tiffanny Wen menjawab seperti itu. Dia khawatir preman-preman itu akan kembali lagi. Karena tadi sudah berkata seperti itu, maka mereka pasti tidak akan terima kalah begitu saja.

"Nona Wen sudah membantu kami cukup banyak. Kita tidak ingin menambah masalah padamu lagi. Mengenai kios ini, tidak usah buka saja malam ini. Hanya saja kedepannya juga tidak bisa buka lagi."

Dari mata suami istri itu terlihat sangat sedih. Tiffanny Wen yang melihatnya juga ikut sedih.

Barang-barang di kios ini rata-rata sudah hancur. Tidak tahu mereka rugi berapa.

Awalnya uang yang didapat setiap bulan sudah tidak cukup untuk membayar uang perlindungan. Sekarang seperti ini, takutnya bahkan tidak mampu makan lagi.

"Paman, bibi. Aku ingat dulu saat aku datang tidak ada preman-preman ini bukan. Atau dulu aku yang tidak pernah bertemu mereka?"

Tiffanny Wen sedikit penasaran. Dia ingat dulu saat datang ke sini, masih lumayan damai kok.

"Haiya, sulit dikatakan. Dulu memang tidak ada. Mereka kira-kira muncul satu tahun yang lalu. Awalnya masih lumayan. Hanya perlu membayar sedikit. Tapi lama kelamaan semakin banyak yang harus dibayar. Kalau tidak bayar, maka kios akan dihancurkan seperti hari ini. Di sekitaran sini, ada beberapa kios yang usahanya kurang bagus dan sudah tidak bekerja lagi. Kalau bukan memikirkan kita sudah bertahun-tahun buka kios di sini, ada banyak orang yang ingin makan makanan kita, kita juga sudah tidak buka sejak lama ... haih ..."

Setelah menjelaskan apa yang terjadi, Tiffanny Wen semakin emosi. Orang-orang tidak berperasaan itu. Bersamaan, dia juga turut kasihan pada suami istri ini. Hanya kios kecil, tapi malah ditindas begitu oleh para preman. Suami istri ini bertahan hidup dengan hasil jualan makanan. Kedepannya bagaimana cara mereka melanjutkan hidup.

"Tapi, sudah begitu lama, memangnya tidak ada orang yang lapor polisi? Mereka menindas orang seperti ini."

"Dulu ada orang yang pernah melapor polisi, mereka juga sudah ditangkap polisi. Tapi kurang dari dua hari, mereka keluar tanpa kenapa-napa. Sedangkan pemilik kios yang lapor polisi itu tidak pernah muncul lagi di sini. Semua orang bilang mereka mempunyai kekuasaan besar di belakang mereka yang tidak dapat dikalahkan. Sejak saat itu tidak ada orang yang berani melapor polisi lagi."

"Huh, orang-orang itu benar-benar bersikap semena-mena. Karena kalian tidak berani lapor polisi, aku saja yang lapor polisi."

Tiffanny Wen yang awalnya memang sedang menahan amarah langsung meluapkannya dan mengeluarkan ponsel.

Suami istri itu segera menghentikan, "Nona Wen, jangan! Kalau kamu lapor polisi, maka usaha kita semua di sini akan semakin sulit. Dulu karena lapor polisi, setelah mereka keluar, mereka semakin menindas kita sesuka hati mereka!"

Saat ini mata suami istri tua berkaca-kaca. Tiffanny Wen hanya bisa menurunkan ponsel, menatap keduanya dengan tatapan kasihan.

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu