Precious Moment - Bab 119 Kebetulan Yang Tidak Menguntungkan

Tiffanny Wen duduk di belakang mejanya. Kekaguman serta rasa terima kasihnya pada Stella Lu terus menyembur dalam hatinya. Tiffanny Wen sedikit antusias melihat masalah internal yang sudah mengganggunya selama beberapa hari ini sudah teratasi.

Tanpa sadar melihat tas di laci, lalu melihat lagi ke arah Diane yang masih berdiri di kerumunan orang-orang di depannya. Kemudian, Tiffanny Wen menutup laci itu lagi tanpa suara.

Kenapa dia ada di kerumunan orang-orang itu ya? Apakah dia sudah tidak bersama dengan gengnya itu lagi? Terlihat tidak punya strategi, cemas dan sangat tertekan.

Tiffanny Wen menghela nafas, revolusi masih kurang satu langkah belakang, tapi... Tidak sebagus yang diharapkan...Haruskah aku mengajaknya makan di luar, lalu memberikan tas itu padanya?

Tiffanny Wen merenungkannya sejenak, lalu berpikir kalau cara ini bagus juga. Setelah merasa kemungkinan gagal itu agak kecil, Tiffanny Wen berdiri, berencana untuk menemui Diane. Siapa sangka, saat Tiffanny Wen mencarinya, Diane malah menghilang.

Tiffanny Wen memandangi kantor dengan tatapan kosong. Setelah mendapati Diane sudah benar-benar tidak ada, Tiffanny Wen merasa agak aneh lalu berjalan menghampiri seorang pria yang berbincang dengan Diane tadi, "Permisi, apa Kak Diane sudah pergi?"

Tatapan mata pria itu dipenuhi rasa penasaran, terkejut dan takut. Ia menggelengkan kepalanya, "Tidak tahu, aku belum selesai bertanya, Kak Diane langsung pergi begitu saja."

Tiffanny Wen menghela napas tak berdaya saat melihat reaksi itu dengan jawabannya yang tidak memuaskan tadi. Bagaimana mungkin orang yang begitu besar bisa menghilang begitu saja?

Ketika Tiffanny Wen sedikit bingung, Lesly pun datang membuat lampu harapan menyala lagi di mata Tiffanny Wen.

"Kak Lesly, apa kamu tahu Kak Diane pergi ke mana?"

Lesly memandang Tiffanny Wen dengan aneh, tidak tahu kenapa dia memedulikannya. Akan tetapi, ia tetap memberi tahu Tiffanny Wen, "Diane baru saja menerima tugas pembelian dan keluar. Kira-kira dia akan kembali pada sore hari untuk menyerahkan tugas itu."

"Terima kasih, Kak Lesly."

"Tidak apa-apa, sama-sama."

Tiffanny Wen kembali ke mejanya dengan putus asa setelah berpisah dan berterima kasih pada Lesly. Tiffanny Wen berharap Kak Diane bisa kembali lebih awal... Kalau tidak, nanti semuanya akan terlambat.

Ketika mereka pulang kerja pada sore hari, orang-orang berkemas dan satu demi satu pulang meninggalkan kantor. Lesly dan Tiara juga berbincang dan tertawa bersama sambil merapikan meja mereka.

Pada saat ini, Diane datang dengan wajah kesal dan berdiri di meja Lesly. Melihat kedatangan Diane, Lesly bertanya, "Diane, akhirnya kamu kembali, kenapa ekspresimu tidak begitu bagus? Apakah sesuatu sudah terjadi?"

Diane menyilangkan tangannya, ia memandang Lesly dan Tiara dengan wajah bingung. Terdengar nada tidak puas dari nada bicaranya, "Masih bertanya apa yang sudah terjadi padaku? Apa yang sedang terjadi pada kalian? Kenapa kalian mulai berpihak pada Tiffanny Wen?"

Lesly menatap Diane dengan tatapan bingung juga. Ia membungku dan mengeluarkan Snow Elf Set, lalu menaruhnya di atas mejanya, "Karena dia sudah menjelaskan semuanya padaku, dia ingin kita memaafkannya, ia juga memberiku Snow Elf Set."

"Diane, Tiffanny Wen juga memberiku sebotol parfum Tears. Aku juga pergi ke penilaian khusus untuk mengujinya, dan parfum ini original."

Diane tercengang melihat barang-barang yang dikeluarkan oleh Lesly dan Tiara.... Snow Elf Set yang sekarang kekurangan pasokan dijual dengan harga 8.999 yuan; ada juga parfum Tears edisi terbatas yang diluncurkan oleh Aileysen tahun lalu. Harga saat itu 6.000 yuan, dan sekarang diperkirakan harganya setidaknya mencapa sekitar 9000 yuan.

Diane semakin merasa aneh begitu mengetahui harga kedua barang itu. Tatapan kecemburuan dan kebencian terhadap Tiffanny Wen semakin tersirat di matanya.

Lesly langsung bereaksi saat melihat ekspresi wajah Diane. Ia mengernyit, sediking canggung berkata kepada Diane, "Diane, memangnya, Tiffanny Wen tidak memedulikanmu?"

Diane menatap lurus ke arah meja, bibirnya sedikit mengerucut, tidak menjawab kata-kata Lesly, tetapi Lesly dan Tiara keduanya mengerti apa yang ingin ia ungkapkan. Suasana pun sejenak terasa sangat canggung.

Lesly dan Tiara segera mengepak barang-barang mereka dan berkata kepada Diane dan sedikit meminta maaf, "Diane, aku minta maaf, kita harus menyelidiki tren penyesuaian pakaian dan harga di pasaran. Kamu harus istirahat dengan baik setelah bekerja seharian. Kami pergi dulu ya." Selesai berbicara, mereka pun langsung membawa hadiah mereka lalu bergegas pergi.

Diane diam-diam menatap punggung Lesly dan Tiara, dendam yang dalam dan kebencian di matanya menjadi lebih kuat dan kuat lagi, huh! Apakah Tiffanny Wen yang jahat sengaja mencoba mempermalukanku? Aku ingat kamu!

Diane berbalik dengan geram dan pergi membereskan barang-barangnya untuk pergi. Pada saat ini, dia merasa seolah-olah mendengar seruan lemah Tiffanny Wen, terdengar seperti memanggil namanya.

Diane menoleh dengan wajah penasaran, kemudian melihat Tiffanny Wen yang berdiri tidak jauh dari dirinya, memegang sebuah kotak kecil dengan kemasan halus di tangannya.

Saat dia melihat kotak di tangan Tiffanny Wen, Diane menatapnya dengan mata bercahaya. Rasa lega pun langsung tersirat dari matanya.

Tampaknya Tiffanny Wen masih menyiapkan hadiah untukku. Senior memang harus dijunjung, bukankah ia menungguku sampai sekarang sejak ia tidak berhasil menemukanku tadi siang? Melihat hadiah Snow Elf Set milik Lesly dan Tears milik Tiara, hadiah dari Tiffanny Wen untuknya harusnya tidak mungkin buruk.

Memikirkan hal ini, mata Diane bersinar dengan penuh kegembiraan. Ia mulai menebak apa isi di dalam kotak Tiffanny Wen. Dalam hatinya, tidak sabar untuk segera membuka kotak hadiah di tangan Tiffanny Wen. Tetapi ia sengaja tetap berdiri tegap di posisinya, ingin menyuruh Tiffanny Wen untuk datang menghampirinya.

Jadi, Diane memandang Tiffanny Wen dengan dingin, berpura-pura tidak peduli. "Hmm? Ada apa memanggilku?"

Tiffanny Wen bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Tiffanny Wen. Dalam hatinya merasa tak berdaya lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, ia pun melangkahkan kakinya menghampiri Diane.

Apa yang membuat Tiffanny Wen tak habis pikir adalah, saat ia melewati tangga, Jennifer Xia tiba-tiba muncul menghalangi Tiffanny Wen.

"Stop! Fanny, apa kamu meridukanku beberapa hari ini belum bertemu denganku!"

Jennifer Xia dengan hangat memberi Tiffanny Wen pelukan hangat. Tiffanny Wen sedikit malu, tetapi juga sedikit terkejut, "Jennifer, kenapa kamu ada di sini? Seharian ini aku belum bertemu denganmu, kemana saja kamu?"

"Huh, kamu masih memedulikanku ya. Kemarin tiba-tiba izin sakit, kamu tidak datang memedulikanku. Hari ini tiba-tiba menghilang lagi, kamu tahu bagaimana perasaanku kan."

Jennifer Xia menyeringai dan memiringkan kepalanya, Tiffanny Wen melihat Diane di belakangnya dan merasa sangat bingung.

"Sudah Jennifer, jangan berisik lagi, hadiah ini aku..."

"Wow! Fanny ternyata sangat perhatian!"

Sebelum kata-kata Tiffanny Wen selesai, Jennifer Xia langsung meraih kotak di tangan Tiffanny Wen dengan terkejut. Tiffanny Wen terpana di tempat, ia sedikit bingung. Jennifer Xia mengambil kotak hadiah dengan gembir, lalu mendaratkan satu ciuman di wajah Tiffanny Wen. Kemudian, ia membuat bungkusnya, lalu melihat di dalamnya adalah dompet yang indah. Tatapan matanya pun langsung bersinar.

"Wow! Dompet yang indah! Fanny, aku tidak mengangka kamu seperhatian ini. Kamu tahu ya kalau hari ini adalah hari ulang tahunku, makanya secara khusus membelikan hadiah untukku? Tapi saat bekerja malah tidak menemukanku ya?"

Tiffanny Wen tertegun, dia sebenarnya tidak tahu bahwa hari ini adalah hari ulang tahun Jennifer Xia. Tapi, ia menahan diri saat melihat Jennifer Xia begitu antusias, kemudian ia pun tersenyum mengangguk kepadanya.

Jennifer Xia melompat dengan gembira, dan memeluk Tiffanny Wen.

"Fanny, ternyata kamu masih baik padaku. Tida sia-sia juga aku datang menemuimu setelah menyelesaikan pengumpulan data. Aku juga khawatir kamu sudah pergi, tidak disangka kamu pun masih menungguku. Fanny aku sangat senang!"

Tiffanny Wen menyentakkan menarik sudut mulutnya, mengangguk sedikit canggung, menghela nafas dalam hatinya, mungkin ini adalah takdir...

Namun, kepala Jennifer Xia bersandar di pundak Tiffanny Wen, jadi dia tidak tahu ekspresi Tiffanny Wen, tetapi dia masih begitu antusias "Fanny, sudah lama sekali aku ingin membeli dompet ini. Aku benar-benar menginginkannya saat sudah melihatnya di internet. Tapi dompet ini terlalu mahal. Harganya setara hampir dua bulan gajiku. Aku sangat sangat menyukai hadiah ini."

Diane memandang Tiffanny Wen dan Jennifer Xia dengan suasana hangat di belakang mereka. Ia merasa Tiffanny Wen sedang bermain-main dengannya. Ia mengentakkan kakinya dengan marah, mendengun lalu membawa tasnya dan pergi.

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu