Precious Moment - Bab 1 Bertemu Pemeras di Bandara

Di dunia ini ada satu wanita yang tidak memiliki kecantikan tiada dara tetapi sangat memikat.

Sudah pasti wanita itu adalah Tiffanny Wen.

Dia mengenakan gaun putih sederhana yang membungkus tubuh mungilnya, rambut panjang bergelombang terurai pada pundaknya, wajahnya yang didandani sederhana, tidak mencolok tetapi tidak akan bosan melihatnya terus menerus, kakinya mengenakan sepatu hak tinggi, serta aura dirinya yang terlihat tenang dan elegan membuatnya semakin terlihat seperti dewi yang turun dari langit.

Turis yang berlalu lalang di sekitarnya pun meliriknya sekilas. Tetapi dia hanya fokus pada layar laptop yang ada di kakinya.

Dia sedang mewarnai gambar desain pakaiannya.

Sebagai seorang desainer yang terkenal di Perusahaan Louise Group, setiap hasil karya Tiffanny Wen mendapat banyak pujian, banyak orang yang memanggilnya 'pesulap'. Setiap hasil karyanya seolah-olah memiliki jiwa di dalamnya.

Tahun ini, beberapa pakaian yang dia desain sangat bersinar di acara NewYork Fashion Week, mendorong Perusahaan Louise Grup ke posisi yang lebih tinggi.

Tidak sedikit yang menebak bahwa dia merupakan orang yang sudah memiliki pengalaman selama berpuluh-puluh tahun. Tetapi tidak ada yang tahu ternyata dia hanya anak magang yang baru saja lulus perkuliahan.

Kali ini tujuan dia pulang ke negaranya karena memiliki dua tujuan. Pertama untuk menghadiri acara pameran penting yang diadakan oleh Louise Grup yang beralamat di Negara China Kota Shanghai.

Mengenai satu hal lainnya.....

Dia mengetuk papan tombol, tatapannya terlihat muram dan kembali teringat perkataan ayahnya melalui ponsel semalam, "Fanny, ayah akan membagi harta Perusahaan Wen, kamu kembalilah. Kamu berhak mendapatkan sebagian dari harta Perusahaan Wen.

Kalimat yang terdengar begitu perhatian menjadi terdengar penuh sindiran di dalam telinga Tiffanny Wen.

Pada kenyataannya dia tidak mengharapkan harta, mengapa kali ini dia kembali karena dia tidak bisa menerima kenyataan itu.

Perusahaan Wen merupakan hasil jerih payah ibunya ketika ibunya masih hidup. Beberapa tahun yang lalu, ibu meninggal, tidak sampai satu bulan, Hanson Wen membawa selingkuhannya ke rumah.

Selingkuhan itu juga membawa dua anak kecil. Tiba-tiba dia memiliki kakak laki-laki dan kakak perempuan.

Ketika ibu dan dua anak itu baru sampai di Keluarga Wen, dari luar terlihat sangat perhatian kepadanya. Tetapi diam-diam mereka merusak hubungan dia dan Hanson Wen. Akibatnya hubungan ayah dan anak ini semakin buruk.

Ketika dia berada di lingkaran maut tersebut, sekolah tiba-tiba memberi kesempatan untuk melakukan pertukaran pelajar di luar negeri. Tanpa berpikir panjang dia langsung memutuskan untuk pergi belajar ke luar negeri.

Tidak menyangka satu tahun telah berlalu, mereka sudah bersiap-siap untuk membagi harta.

Tiffanny Wen mengetahui dengan sangat jelas posisi di rumahnya itu sudah tidak tersisa satu pun. Tetapi meskipun begitu, dia tidak mau menerimanya begitu saja.

Perusahaan Wen merupakan peninggalan ibunya untuk dirinya sendiri, siapa pun tidak dapat mengambilnya sepeser pun!

Begitu berpikir ke bagian ini, matanya muncul tatapan ketegasan, tanpa disadari, tangannya pun memegang mouse dengan erat.

Akhirnya mousenya tergeserkan, gambar yang awalnya sangat bagus menjadi timbul coretan. Begitu Tifanny Wen tersadarkan, dia berteriak, "habislah sudah............"

Dia sudah mengerjakannya selama satu jam, sia-sia sudah kerja kerasnya!

Bagaimana ini?

Hari ini merupakan tenggat waktu yang diberikan oleh Louise, apabila terjadi apa-apa akan menganggu waktu pengumpulan.

Ketika Tiffanny Wen sedang kebingungan, tiba-tiba terdengar keributan dari gerbang bandara.

Hanya terlihat tujuh atau delapan pengawal yang mengenakan setelan jas berwarna hitam yang berjalan masuk ke dalam bandara, mereka berdiri menjadi dua baris dan menyisakan satu jalur di tengah.

Banyak pasang tatapan kebingungan dan terkejut yang melihatnya. Seorang pria yang seolah-olah memiliki cahaya pada tubuhnya berjalan masuk.

Setelan jas hitam yang membuat kakinya terlihat panjang. Di dalamnya ada kemeja formal. Kancing-kancing itu dipasang dengan erat hingga ke leher dan membungkus tubuh kekar itu dengan erat. Alisnya yang dalam dan hidungnya yang mancung, seolah-olah memperlihatkan hasil karya Tuhan yang begitu sempurna. Bibir tipis itu seperti garis lurus. Memancarkan aura prianya yang tidak terbatas.

Pria ini sudah pasti memiliki kedudukan yang tinggi, hingga gerakan kecilnya pun terlihat sangat bermartabat. Membuat orang-orang di sekelilingnya tidak bisa melepaskan pandangannya untuk tidak melihat ke arah dia.

Di antaranya banyak wanita yang berkata, "wow, pria yang sangat tampan!"

"Aku ingin berbicara dengannya, aku ingin menikah dengannya."

"Jangan bermimpi, lihatlah badannya. Dia mengenakan setelan jas yang di desain oleh Theresia Wen yang merupakan desainer terkenal dari Louise Group. Tangannya mengenakan arloji merek Patek Philippe yang harganya bisa mencapai puluhan juta. Ini sudah sangat jelas bahwa dia bukan orang biasa."

Setelah keadaan bandara hening beberapa saat, kembali menjadi semakin ramai. Andreas Lu tidak pernah merasakan di posisi ini seperti sekarang.

Saat ini, ekspresi wajahnya semakin tidak senang.

Sedangkan Dave Gu yang mengikutinya dengan setia di belakangnya berkata, "maaf, Tuan Muda Ketiga. Aku sudah memesan tiket pesawat tercepat dari New York ke Shanghai. Hanya saja untuk tiket 'first class' sudah terjual habis dan untuk yang kelas bisnis sudah terjual satu bangku. Tetapi aku sudah memesan semua sisanya. Aku sudah berusaha agar anda tidak terganggu."

Ekspresi wajah Andreas Lu semakin tidak senang berkata, "tidak mengerjakan tugas dengan baik! Aku sudah memberitahu kepadamu sejak awal, tujuan aku kembali adalah untuk bertemu dengan Nona Theresia Wen. Louise bisa berada di posisi ini sekarang karena hasil kerja keras dia. Untuk kali ini tidak mudah bisa mengajaknya untuk datang ke acara. Kamu malah memberikan tempat duduk aku kepada kakakku!"

"Maaf, Tuan Muda Ketiga. Ini kesalahan aku. Hanya saja...........anda mengetahui karakter Nona Muda dengan jelas. Barang yang dia inginkan, tidak mungkin aku menghalanginya bukan?"

Dave Gu berbicara dengan pahit, hatinya sudah menangis sejak tadi.

Dia pasti terkenal sial selama delapan kehidupannya maka dari itu dia bisa dikirim untuk melayani kakak beradik Keluarga Lu!

Andreas Lu mendengus lalu bergegas melangkah ke depan.

Pada saat ini, sebuah masalah terjadi.

Pengawal yang bertugas di depan karena berjalan terlalu cepat, tidak sengaja menabrak anak gadis kecil yang tidak tahu muncul dari mana.

Tanpa perlindungan anak kecil itu pun terjatuh di dekat kaki Tiffanny Wen.

"Adik kecil, apakah kamu baik-baik saja?"

Tiffanny Wen buru-buru meninggalkan pekerjaannya dan dan dengan penuh perhatian bertanya kepada anak kecil itu.

Gadis kecil itu memiliki bibir merah, gigi putih dan mata yang bundar. Awalnya dia melihat ke arah Tiffanny Wen lalu melihat ke arah sekumpulan pengawal itu. Tiba-tiba mulutnya terbuka dan menangis.

Tiffanny Wen buru-buru meletakkan laptopnya, berjongkok dan memapah gadis kecil itu berkata, "kenapa? Apakah terluka karena terjatuh?"

Gadis kecil itu menangis sambil menyebut ibu. Ibunya segera datang begitu mendengar suaranya. Tanpa berkata apa-apa, tidak menunggu permintaan maaf dari sekumpulan pengawal itu langsung membawa anaknya pergi menjauh.

Hingga saat ini, Tiffanny Wen melihat ke arah sekumpulan pengawal itu.

Semuanya tidak bereaksi apa pun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Tanpa disadari dia menjadi marah.

Benar-benar sombong!

Sudah menabrak orang lain tetapi tidak meminta maaf.

Setelah memelototi mereka, Tiffanny Wen baru saja ingin kembali dan melanjutkan pekerjaannya.

Baru saja dia mengangkat laptopnya, tiba-tiba sebuah pundak melewatinya dan menabrak Tiffanny Wen.

Laptopnya terlepas dari tangannya dan terjatuh.

Tiffanny Wen tertegun.

Draf desainnya!

Setelah tertegun sejenak, dia langsung berusaha untuk menyalakan kembali laptopnya. Tetapi, sudah terlambat, layarnya sudah pecah dan pekerjaannya hilang begitu saja.

Habislah sudah!

Semua desainnya yang penting ada di dalam laptop ini. Begitu terjatuh dia sudah kehilangan semua hasil karya dia selama dua bulan ini hilang begitu saja!

Tiffanny Wen sangat murka dan berkata, "weh! Kamu jalan tidak menggunakan mata?"

Melihat kemarahannya, Andreas Lu pun menghentikan langkahnya.

Dia dengan tidak senang menatap Tiffanny Wen, dan alisnya perlahan-lahan naik.

Dave Gu melangkah maju dan berkata, "maaf nona, kami buru-buru tidak sengaja menabrak laptopmu, kami akan memberikan ganti rugi."

"Ganti rugi? Apakah kalian sanggup? Tahu tidak ada berkas penting di dalam laptopku ini?"

Tiffanny Wen berkata dengan sangat marah. Awalnya dia masih menahan emosinya tetapi detik ini juga dia meledak.

Dave Gu mengerutkan keningnya dan berkata, "nona, Tuan Muda Ketiga kami tidak sengaja. Apakah bisa berhenti sampai di sini..............."

"Tidak bisa!"

Tiffanny Wen langsung memotong pembicaraan dia dan berkata, "di dalam ini ada hasil kerja kerasku selama beberapa bulan ini. Kamu memintaku berhenti di sini apakah aku harus menurutinya? Memangnya kamu presiden?"

"Tetapi......."

Dave Gu masih ingin melanjutkan perkataannya. Tetapi akhirnya Andreas Lu pun membuka suara setelah lama terdiam. Dengan mencibir berkata, "berbicaranya terlihat sangat masuk akal, bukannya meninginkan uang? Sengaja datang ke bandara untuk memeras, kamu memang istimewa."

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu