Precious Moment - Bab 49 Kehangatan di toilet

Mendengar respon Andreas yang tidak puas, Tiffanny mengerutkan dahi, “Ini baru berapa hari, bisa mendapat informasi seperti tadi sudah sangat bagus tahu? Kalau kamu bisa, kamu selidiki saja sendiri!”

“He, aku sungguh terlalu percaya dengan kemampuan kamu.” Ujar Andreas dengan datar, “Aku suruh kamu ke sini bukan untuk melacak hal sepele, kalau seperti ini terus, mau selidiki sampai kapan, bisakah kamu memberikan informasi yang berguna sedikit.”

Tiffanny merasa disalahkan, dirinya disuruh ini itu di divisi desain saja tidak mengeluh apa-apa, bukan hanya demikian, dia masih harus memerhatikan mereka di tengah kesibukannya.

Tambah lagi setidaknya ada puluhan orang di divisi desain, bagaimana dia bisa benar-benar memerhatikan semuanya?

Tiffanny tidak terima, baru saja ingin membantah lagi, terdengar suara pria dari luar sana, sepertinya karyawan yang ingin datang ke toilet.

Seketika ia panik, dengan suara kecil ia menatap Andreas yang tampak biasa saja, “Bagaimana ini? Ada yang datang.”

Melihat Tiffanny yang panik dan lucu, Andreas tampak ingin tertawa.

“Cepat kamu pikirkan cara?”

Melihat Andreas tidak bergerak, Tiffanny memukulnya, mendesaknya untuk memikirkan cara.

Dipukul demikian oleh Tiffanny, Andreas sempat tercengang sejenak, di dunia ini belum ada orang yang berani memukulnya!

Melihat kenop pintu sudah mulai bergerak, Tiffanny semakin panik bagaikan semut di kuali panas, Andreas mengulurkan tangan menarik, membawa Tiffanny bersembunyi ke dalam ruang toilet.

“Eh, mau apa kamu?” Tanya Tiffanny sambil meronta dengan panik, tiba-tiba ditarik Andreas ke dalam ruangan toilet pria yang sempit begini, wajah Tiffanny memerah semua.

Andreas merasa lucu sekali : “Bukankah kamu menyuruh aku memikirkan cara? Kalau kamu tidak ingin masuk ke sini, aku juga bisa bawa kamu keluar dengan terang-terangan, aku tidak peduli, tapi apakah kamu berani?”

Tiffanny ingin membuka suara lagi, tapi Andreas memberi isyarat “Sssttt” dengan jarinya.

Baru saja mereka mengunci pintu toilet, dua orang pria yang berbicara di luar tadi pun masuk, sepertinya mereka datang untuk merokok.

Kedua pria tersebut masuk dan masih tidak berhentinya mengobrol pembicaraan mereka tadi.

“Belakangan ini di divisi humas kedatangan wanita cantik, hari itu aku pergi lihat, benar-benar mantap!” Ujar salah satu dari pria tersebut.

“Tetap divisi humas yang banyak rejeki! Kalau kita di sini, setiap hari di dalam kantor juga wanitanya itu-itu saja, setelah lama juga tidak ada yang bisa dilihat. Eh, setelah sekian lama tidak ada orang baru di divisi desain, dengan tidak gampang akhirnya kedatangan satu, akhirnya malah gadis desa yang jelek!” Jawab satunya lagi.

“Maksud kamu Tiffanny Wen, ini tidak perlu dikatakan lagi, setiap hari memakai kaca mata bingkai hitam menutupi hampir satu wajahnya, tidak pernah melihat wajahnya dengan jelas, bisa jadi dia adalah wanita cantik, yang sengaja bersembunyi di sini.”

“Dengan penampilan gadis desanya itu? Tidak mungkin. Selain namanya yang bagus, tidak ada yang termasuk kategori wanita cantik dari dirinya.

“Ha…benar juga, nama dia lumayan bagus.”

“Tidak tahu apa yang dipikirkan Jennifer itu, sekian banyak orang di divisi desain, dia malah berteman dengan Tiffanny, sungguh tidak disangka.”

“……”

Keduanya merokok di luar, sambil membincangkan para wanita di perusahaan.

Pendapat mereka terhadap Tiffanny membuat dirinya yang di dalam ruangan kecil tersebut kehilangan kata-kata, ternyata begitu kesan mereka terhadap dia, meskipun dua pria ini tidak termasuk baik sekali dengannya, tapi biasanya kalau mereka sangat sibuk, Tiffanny akan inisiatif membantu, tidak disangka bukan saja ia malah dikritik, sampai Jennifer pun dibawa-bawa.

Di saat yang sama pula, pergerakan udara membuat bau rokok menyebar ke tempat mereka, Tiffanny agak tidak tahan dengan bau rokok tersebut, tapi juga tidak boleh batuk, hanya bisa berusaha menahan, dalam hatinya berharap mereka cepat pergi.

Saat ini, karena ruangan yang kecil, Andreas dan Tiffanny berimpitan, badan keduanya dekat sekali, bahkan bisa saling merasakan nafas dan detak jantung satu sama lain.

Ini membuat Tiffanny canggung sekali, karena kejadian tadi tiba-tiba, Andreas langsung merangkul pinggangnya.

Karena tidak berani bergerak, jadi sekarang tangan Andreas masih di pinggangnya, panas yang dihantarkan dari tangan besarnya ke tubuh Tiffanny melalui kain baju membuat wajah Tiffanny memerah, bahkan nafasnya jadi agak menggebu-gebu.

Tiffanny bermimpi pun tidak menyangka dirinya akan bersembunyi dengan seorang pria di toilet pria.

Kepala Tiffanny pas di bawah dagu Andreas, karena menahan ketidaknyamanan bau rokok, Tiffanny agak tersedak, sehingga rambutnya yang bergerak-gerak mengenai leher Andreas, membuatnya agak geli.

“Jangan gerak.” Mencium wangi dari wanita ini, tambah lagi rambutnya yang mengenai tenggorokan, serta tubuh mereka menempel erat, nafas Andreas menjadi agak berat, mau tidak mau dia mengingatkan dengan suara kecil.

“Kenapa?” Tentu saja Tiffanny tidak tahu apa yang dipikirkan pria, ia menengadahkan kepala menatap Andreas.

Andreas tersenyum kecil, tiba-tiba tangan yang di pinggang Tiffanny mengerat lagi, keduanya menempel semakin dekat, seperti merasakan sesuatu, wajah Tiffanny langsung memerah.

Meskipun Tiffanny tidak pernah mengalami hal percintaan seperti ini, tapi dia juga bukan gadis polos, tentu saja ia tahu apa maksudnya ini.

“Kamu……kenapa, renggangkan tangan kamu?” Ujar Tiffanny dengan wajah memerah, serta mendorong dada Andreas dengan pelan.

Saat ini pria tersebut juga agak tidak nyaman, terutama ketika Tiffanny berbicara, nafasnya mengenai leher Andreas, Andreas merasa bagaikan ada semut yang sedang berjalan, sehingga ia pun merenggangkan tangannya.

Sekali tangan Andreas lepas, Tiffanny merasa lega sekali, akhirnya perut dia tidak perlu mengenai panasnya bagian itu.

Pria di luar tampak masih tidak bermaksud pergi, masih tetap mengobrol dengan suara keras.

Demi memecah suasana yang demikian, Tiffanny mengalihkan topik, dengan suara kecil ia bertanya penasaran, “Aku sudah berpenampilan seperti ini, kenapa kamu bisa mengenali aku?”

Sebelumnya Tiffanny bisa menatap sosok belakang Andreas dengan tercengang, kemudian datang ke toilet dengan hati-hati, sebenarnya karena ketika Jennifer mengambil kopi dan Hanita mengomel, Andreas tiba-tiba berbisik di telinganya : “Aku tunggu kamu di luar.”

Saat itu Tiffanny langsung tercengang, dirinya sudah menyamar sampai begini, bagaimana dia bisa mengenalinya?

Pertanyaan Tiffanny membuat Andreas merasa lucu, kemudian dengan iseng dia berbisik ke Tiffanny, “Karena di tubuh kamu ada wangi yang khusus, aku tahu ketika menciumnya.”

Wajah Tiffanny memerah karena perkataannya, dengan suara kecil ia berkata : “Dasar.”

Dua orang yang di luar akhirnya pergi setelah selesai merokok, mendengar suara pintu ditutup, Tiffanny akhirnya menghembuskan nafas lega.

Didorongnya Andreas, kemudian berlari kecil keluar dari situ.

Andreas menatap sosok belakang Tiffanny yang pergi, mulutnya bergumam kecil, “Anak ini, semakin menarik.”

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu