Precious Moment - Bab 289 Apa Kamu Sudah Gila?

Ketika Tiffanny Wen terbangun lagi, dia sudah dalam keadaan yang hangat, tubuhnya tidak lagi menempel pakaian yang basah kuyup, suara hujan masih terdengar di telinganya, tetapi aroma ruangan sudah tidak lagi berbau tanah dan juga jamur lembap, melainkan dia mencium bau disinfektan yang akrab.

Kelopak mata Tiffanny Wen sedikit bergerak, tetapi cahaya putih menerangi matanya hingga sulit dibuka, setelah lewat beberapa detik, dia perlahan membuka matanya, lampu pijar yang familiar, ruangan yang dipenuhi dengan dekorasi putih membuat mata Tiffanny Wen berubah menjadi kemerahan.

Hampir saja, dia hampir mengira dirinya akan menjumpai ibunya... untungnya, dia... bertemu dengan mereka..

Setelah Tiffanny Wen bangun, dia melihat ke langit-langit tanpa bergerak, dia tidak berekspresi, tetapi cahaya di matanya begitu terang, kesannya penuh dengan harapan.

Dengan penuh rasa bersyukur, dia berpikir bahwa jika kali ini bukan karena Andreas Lu, mungkin dirinya saat ini sudah menjadi mayat dingin di bawah pohon tepi tebing itu, tetapi tanpa Jennifer Xia dan Dave Gu, dia dan Andreas Lu juga mungkin masih berada di dalam gua yang tengah membagikan cokelat dan tidak tahu harus bagaimana menghadapi hari esoknya...

Mata Tiffanny Wen dipenuhi dengan kegembiraan, kemudian dia tertawa, untung saja dirinya bertemu dengan mereka...

Saat Tiffannya terharu dengan sendirinya, Jennifer Xia yang berada di sebelah ranjangnya terkejut melihatnya.

Ketika Tiffanny Wen bangun, Jennifer Xia sudah menyadarinya, dia menoleh dan melihat Tiffanny Wen menatap langit-langit dengan wajah tidak berekspresi, sebelum dia sempat bertanya, dia mulai melihat Tiffanny tertawa bodoh di ranjangnya.

Jennifer Xia menatap mata Tiffanny Wen yang penuh dengan pencerahan, anak ini, jangan-jangan benar-benar sakit karena demam...

"Fanny... kamu baik-baik saja?"

Mendengar suara gemetar Jennifer Xia dari samping, Tiffanny Wen seketika menyadari bahwa ada orang lain di sampingnya, namun saat dia menoleh, dia melihat Jennifer Xia berada di ranjang rumah sakit di sebelahnya yang tengah memandang dirinya dengan ekspresi seperti sedang menatap orang bodoh...

Mulut Tiffanny Wen berkedut, dia tidak tahu mengapa Jennifer Xia menatapnya dengan tatapan seperti itu.

Jennifer Xia tidak menjelaskan terlalu banyak, dia hanya berbalik dan turun dari ranjang, kemudian berjalan sampai ke sisi ranjang Tiffanny Wen dan memegang dahinya, “Nona besarku, tubuhmu ini sangat menakutkan, tiba-tiba pingsan dalam pelukanku, apakah kamu tahu dengan begitu akan membuat diriku trauma?"

Sebenarnya, kepala Tiffanny Wen masih belum sepenuhnya jelas, meski ingatannya tidak kacau, tetapi pemikirannya sedikit tidak seperti biasanya.

Tiffanny Wen mengedipkan matanya dengan bingung, kemudian tiba-tiba bertanya padanya, "Jennifer, kenapa kamu juga berada di ranjang rumah sakit? Kita sedang berada di rumah sakit mana? Sudah berapa lama aku dalam keadaan koma?"

Jennifer Xia menghela napas pelan, dia terdiam setelah mendapatkan pertanyaan berantai dari Tiffanny Wen, tetapi pada akhirnya, dia juga mulai menjawab satu per satu pertanyaannya bahkan memberikan penjelasannya sendiri.

"Aku ada di ranjang sebelahmu karena aku juga sedang demam, sebelum membaik, aku sudah pergi mencari kalian, yang menyebabkan aku harus diberikan infus tambahan, sebelum kamu bangun, aku sudah selesai infus, tetapi aku malas bangkit."

"Ini adalah rumah sakit terdekat, Dave Gu yang membawa kita ke sini, aku juga tidak begitu memperhatikannya."

"Empat jam sudah berlalu sejak membawamu turun dari gunung, belum termasuk waktu kita di gunung."

Tiffanny Wen mengedipkan mata pada Jennifer Xia dengan ekspresi kosong, setelah mencerna, dia melihat ke langit gelap di luar jendela, kemudian tiba-tiba duduk, tindakan ini mengejutkan Jennifer Xia.

"Fanny, apakah kamu sudah gila?"

Tiffanny Wen melihat sekeliling tetapi tidak dapat menemukan jam dinding atau sesuatu yang berhubungan dengan waktu, jadi dia menoleh dan melihat ke arah Jennifer Xia, "Jam berapa sekarang?"

Jennifer Xia melihat ke bawah pada saat itu, "Jam 8:14."

Tiffanny Wen mengedipkan matanya lagi karena bingung, dia ingat bahwa terakhir kali dia bertanya pada Andreas Lu di gua adalah pukul 2:28 siang... Mengapa sekarang tiba-tiba sudah jam 8 malam?

"Ngomong-ngomong! Dimana Andreas Lu, apakah dia baik-baik saja?"

Melihat Tiffanny Wen sadar kembali, namun orang pertama yang dicarinya ternyata adalah Andreas Lu, Jennifer Xia cemberut dan sedikit marah: Sia-sia aku menjelaskan begitu banyak hal padamu, kamu bahkan tidak peduli padaku yang sedang demam dan masih pergi mencarimu di gunung, kamu benar-benar lebih mementingkan lawan jenis.

Jennifer Xia mendengus dan memalingkan muka, tetapi tatapan matanya penuh dengan keingintahuan, "Jangan khawatir, situasi CEO Lu jauh lebih baik daripada kamu, dia baik-baik saja, jadi jangan khawatir."

Tiffanny Wen menghela napas lega, dia bangkit dan ingin mencari Andreas Lu, saat ini juga, pintu terbuka, Tiffanny Wen melihat ke pintu dengan penuh harapan dan mengira itu adalah Andreas Lu, tetapi orang-orang bersetelan putih masuk, ekspresi Tiffanny Wen sedih dalam sekejap, Jennifer Xia yang melihatnya dari samping menertawakannya.

Setelah melakukan pemeriksaan, dipastikan bahwa Tiffanny Wen tidak mengalami masalah yang serius, dokter hanya mengangguk pelan, "Demamnya telah mereda, sekarang kondisi kamu bisa dikatakan sudah stabil, hanya saja kamu butuh istirahat dengan baik, kelelahan dan juga penyakit lambung yang kamu alami sebelumnya harus mendapatkan istirahat yang cukup."

Tiffanny Wen mengangguk, tetapi begitu dokter pergi, Tiffanny Wen mengangkat selimut dan turun dari ranjangnya, alhasil setelah kakinya turun ke bawah dia terlalu lemas dan hampir berlutut di lantai, jika bukan karena Jennifer Xia menanggapinya dengan cepat, mungkin saat ini Tiffanny Wen sudah "berlutut" di hadapan Jennifer Xia.

Jennifer Xia menarik Tiffanny Wen dengan susah payah, dia juga seorang pasien yang baru saja sembuh dari demam, dia juga merasa kesal untuk menopang berat badan Tiffanny Wen dengan sendiri.

Setelah mengeluarkan seluruh tenaganya, Jennifer Xia akhrinya membaringkan Tiffanny Wen kembali ke ranjangnya, setelah itu Jennifer Xia bernapas dengan terengah-engah dan duduk di sisi ranjang tersebut, beberapa saat kemudian, dia mengacak pinggang dan menatap Tiffanny, "Fanny, apakah kamu sudah gila, bukankah dokter memintamu untuk beristirahat?"

Tiffanny Wen menggaruk kepalanya karena malu, kemudian menatap Jennifer Xia dan menyeringai, "Tetapi, aku tetap khawatir jika tidak melihat Andreas Lu... bagaimanapun, dia telah banyak membantuku..."

Jennifer Xia menoleh tanpa suara dengan ekspresi enggan, namun Tiffanny Wen tahu bahwa saat ini dia tidak bisa pergi dengan sendiri, lagipula, dia tidak tahu keberadaan Andreas Lu.

Dengan ketidakberdayaan, Tiffanny Wen mencoba membujuknya, dengan merapatkan kedua tangannya, dia menatap mata Jennifer Xia dengan tulus, "Jennifer, tolong bantu aku dong."

Jennifer Xia diam-diam menutupi wajahnya, dia tidak menyangka bahwa Tiffanny Wen tidak segan untuk bersikap imut hanya karena ingin melihat Andreas Lu... dia menghela napas tak berdaya, tidak tahu kenapa, Jennifer Xia memikirkan bahwa seorang putri memang harus menikah saat sudah dewasa, kemudian dia mengangguk sedikit, "Baiklah... aku akan membantumu... dia hanya ada di sebelah..."

Tiffanny Wen dengan licik menjulurkan lidahnya sambil menatap Jennifer Xia, "Terima kasih Jennifer."

Jennifer Xia menggeleng tak berdaya, lalu menopang Tiffanny Wen keluar dari kamarnya.

Sebenarnya kamar Andreas Lu tidak jauh dari kamar Tiffanny Wen, hanya dipisahkan oleh dinding, namun begitu keluar dari pintu, Tiffanny Wen bertemu dengan Melody Tsu yang baru saja keluar dari kamar pasien Andreas Lu.

Melihat penampilan Tiffanny Wen, Melody Tsu tahu bahwa dia pasti akan menjenguk Andreas Lu, setelah memikirkan Andreas Lu yang terbaring lemas di ranjang, Melody Tsu merasakan amarah yang tak terkendali melonjak di dalam hatinya, kebencian dan kecemburuannya membuatnya kehilangan kendali.

Kenapa, kenapa, kenapa Kak Andreas rela melakukan ini untuknya? Tetapi tidak pernah sedikitpun memedulikan dirinya?

Apa yang lebih baik dari Tiffanny Wen dibandingkan dirinya sendiri? Apa yang membuatnya lebih tidak berarti dibandingkan Tiffany Wen, mengapa Kak Andreas begitu menyayanginya?

Semakin dipikirkannya, Melody Tsu merasa semakin tidak adil, tangannya perlahan mengepalkan tinju, tatapan matanya sangat dingin dan penuh kecemburuan, kemudian dia perlahan berjalan mendekati Tiffanny Wen...

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu