Precious Moment - Bab 321 Memang hubungan kakak beradik yang mendalam

Keesokan harinya, Tiffanny Wen dibangunin oleh Stella Lu lebih awal,

Melihat Stella Lu yang penuh perhatian, Tiffanny Wen juga tidak bisa mengatakan apa-apa, malah membantu merapikannya bersama, Tiffanny Wen adalah orang yang riang, mengambil beberapa pakaian lalu mengenakannya selesai, lagipula dia adalah seorang designer, bagaimana mencocokkan baju juga bagus.

Jadi Tiffanny Wen menghabiskan waktu selama lima menit untuk mendandani dirinya sendiri, malah membantu Stella Lu mencarikan baju selama setengah jalan, namun Stella Lu memilih puluhan baju, dan pada akhirnya kembali lagi ke pakaian yang dia dipilihnya pertama kali, ini pertama kalinya Tiffannya Wen marah dan memukul meja.

Dalam hal make up, Stella Lu sebagai direktur make up internasional lebih ketat terhadap diri sendiri, termasuk lotion, moisturizing, skin carem isolation, foundation, highlight, eyes shadow, eyebrows, eyeliner, lipstick, dan lain-lain, tidak peduli seberapa bagus teknik make upnya, paling cepat memerlukan waktu setengah jam untuk menyelesaikannya.

Dan Tiffanny Wen selalu make up polos, pelembab, merawat kulit, lalu menggambar alis, dan selesai.

Jadi ketika Tiffanny Wen selesai berkemas dan duduk di lobi dan menggambar desain, Stella Lu masih sibuk.

Namun sebelum Tiffanny Wen menggambar tidak lama, malah ada suara bel pintu tiba-tiba berbunyi.

Tiffanny Wen merasa sedikit terkejut melihat Andreas Lu berada di depan pintu: “Kenapa kamu disini?”

Andreas Lu tersenyum nakal : “Untuk mengejar kamu.”

Tiffannya Wen memiringkan matanya, seperti tidak percaya: “Kasihan sekali kurir ini.”

Setelah mengatakannya, Tiffanny langsung berbalik dan berjalan ke tempat kerja sendiri, meneruskan menggambar desain, menggerakkan tangan, tetapi mulutnya tidak berhenti: “Apakah kamu di panggil Kak Stella untuk bekerja?”

“Sudahlah, jika bukan karena kamu, dia tidak mungkin memanggilku.”

Setelah Andreas Lu menutup pintu, melihat Tiffanny Wen yang tidak membantah, tetapi malah konsentrasi melanjutkan menggambar.

Karena penasaran, Andreas Lu berjalan ke samping Tiffanny Wen, dan mengamatinya dengan penuh ketertarikkan saat Tiffanny Wen menggambarkan sebuah garis, pada awalnya tidak mengerti arti garis-garis ini, tetapi lambat laun garis yang tersebar itu tampak memiliki kekuatan magis, dan mereka mulai saling memberi pendapat, kemudian gaun yang digambar terlihat seperti tiba-tiba muncul dari kertas.

Andreas Lu menatap Tiffanny Wen sedikit terkejut, tetapi matanya seperti di tarik, dan seperti danau yang berkilauan di luar jendela dari langit-langit, membuatnya semakin unik.

Saat ini, akhirnya Stella Lu selesai berkemas, mengambil tas dan keluar mencari Tiffanny Wen, dan kebetulan melihat adegan ini.

Tiffanny Wen dengan menundukkan kepala dan serius bekerja, dan Andreas Lu duduk disamping dan diam, dengan sudut mulutnya terangkat, menatap Tiffanny Wen yang penuh kasih sayang.

Stella Lu melihat mereka tidak menyadarinya, perlahan-lahan kembali, kemudian mengambil keluar ponsel, dan diam-diam memotretnya, dan mengirimkannya ke Nenek Lu dengan seringai.

Setiap kali Tiffanny Wen menyelesaikan sebuah desain, dia biasa memegangnya dan mengaguminya, tetapi baru angkat sampai setengah, tiba-tiba dari belakang sebuah tangan keluar tangan, dan mengambilnya kembali.

Karena ketika Tiffanny Wen membuat desain, selama inspirasinya berjalan maka pasti akan konsentrasi, dan akan melupakan segala yang disekitar, jadi, seketika lupa akan keberadaan Andreas Lu, tanpa sadar merebutnya kembali, tetapi sebelah tangan Andreas Lu menekan kepalanya, kemudian tangan lainnya memegang gambar desain Tiffanny Wen, memegangnya tinggi.

Tiffanny Wen memang lebih pendek sekepala dari Andreas Lu, bahkan mengenakan hak tinggi pun hanya sampai telingga Andreas LU, lagipula sekarang dia mengenakan sandal.

Jadi bagaimanapun Tiffanny Wen berjuang keras, juga tidak akan menggapai gambar desainnya.

Tiffanny Wen terus melambaikan tanganya di udara, sedikit frustasi: “Andreas Lu! Kembalikan gambar desainku!”

Andreas Lu melihat desainnya samar, dengan tenang berkomentar: “Secara keseluruhan ini cukup bagus, tetapi ada beberapa hal yang aneh.”

“Ini hanya tahap awal! Nanti akan ada revisi, dan warna yang lebih detail! Kamu kembalikan dulu padaku!”

Andreas Lu tidak mendengar perkataan selanjutnya Tiffanny Wen, dan terus berkomentar: “Apakah temanya daun maple? Yah, memang cocok untuk musim ini, bagus.”

“Jika kamu masih ingin mengomentari mahakaryaku! Kembalikan padaku!”

Dimata Stella Lu dari samping, pemandangan ini sama lucunya dengan orang dewasa sedang mengambil permen anak-anak, tetapi dia masih diam-diam memotretnya, dan mengirimkannya kepada nenek Lu.

Setelah beberapa saat, Andreas Lu merasa bahwa rambutnya seperti mau meledak, dan kemudian mengembalikan gambar desain padanya, kemudian tersenyum, dan melambaikan sedikit kegembiraan.

Namun dengan perkataan Tiffanny Wen dengan cepat merapikan rambut keritingnya, dan mendengus ringan, kemudian kembali ke kamar tidur, menambal alis yang tadi sedikit terhapus oleh Andreas Lu.

Kedua orang itu akhirnya selesai Stella Lu baru keluar dan berkata: “Sekarang kita sudah boleh berangkat, kalian sungguh sangat lambat.”

Mendengar perkataan Stella Lu, Tiffanny Wen dan Andreas Lu menggerakkan sudut bibir bersamaan.

Jika bukan karena menunggumu, apakah akan terjadi banyak hal ini?

Pada akhirnya, Tiffanny Wen dan lainnya keluar sebelum jam makan siang, Andreas Lu datang kesini hanya untuk mengantarkan Tiffanny Wen pulang, karena Stella Lu punya mobil sendiri, dan menurutnya, dia punya jadwal penerbangan jam lima sore, jadi tidak bisa terlalu lama menemani Tiffanny Wen.

Namun kenyataannya adalah, mereka berangkat setelah pukul sepuluh, dan setelah berkeliling dua jam, Stella Lu dengan tidak sabar menarik mereka untuk pergi makan, kemudian makan sampai setengah, tiba-tiba menerima sebuah panggilan, dan mengatakan bahwa ada perubahan dari rencananya, jadi pergi lebih awal.

Dan meninggalkan Tiffanny Wen dan Andreas Lu saling menatap di dalam restoran.

Entah kenapa, melihat Andreas Lu yang makan dengan tenang, Tiffanny Wen merasa seperti dibohongi.

“Kenapa?” Andreas Lu melihat Tiffanny Wen tiba-tiba tidak makan lagi, dan meletakkan alat makannya, dengan wajah binggung menatapnya: “Apakah kamu sudah kenyang, atau tidak sesuai selera?”

Tiffanny Wen menatap lurus ke arah Andreas Lu, ingin melihat kekurangan dari wajahnya, atau sedikit perasaan kecewa dimukanya, karena wajah poker Andreas Lu sangat serius, tidak ada kesalahan.

Tiffanny Wen diam-diam menghela nafas, menatap Andreas Lu: “Apakah kamu tidak merasa di bohongi oleh Kak Stella?”

Andreas Lu memandangi Tiffanny Wen dengan samar, dan menyesap anggur merahnya, kemudian menjawab: “Ada apa dengan ini? Biasakan saja.”

Biasakan saja Tiffanny Wen merasa dagunya sedikit kaku, Andreas Lu yang dari kecil dibohongi sampe besar makanya bisa memiliki tingkat kesadaran yang tinggi.

Melihat Tiffanny Wen yang sepertinya memiliki sebuah perasaan--- disebut dengan simpati, sesaat raut wajah Andreas Lu langsung menjadi suram, urat biru di dahinya melonjak, Tiffanny Wen yang melihatnya, buru-buru menundukkan kepalanya, untuk menangkap daging steak.

Andreas Lu menghela nafas, dan menambahkan: “Sejak kamu menganggapnya sebagai kakak, kamu sudah harus menyiapkan hati untuk ditipu, tentu saja, dengan IQmu yang cukup tinggi bisa menipunya kembali.”

Tiffanny Wen kembali memotong daging steaknya, dan tahu dirinya mungkin akan diejek oleh Andreas Lu, jadi dia lebih memilih diam dan mendengarkan Andreas Lu untuk berbagi pengalamannya “Ditipu”, ketika mendengar kalimat terakhir, tiba-tiba teringat akan kata saling mencintai dan saling membunuh.

Memang hubungan kakak beradik yang sangat mendalam.

Namun sebelum Tiffanny Wen selesai marah, Andreas Lu sudah melanjutkan kalimatnya, “Tetapi, dengan IQmu, lebih baik kamu diam-diam ditipu saja.”

Tiba-tiba di sindir, tidak ada persiapan, Tiffanny Wen hampir saja datang ke tempat kejadian, untungnya, dia telah terlatih untuk tidak berbuat begitu.

Tetapi, Tiffanny Wen pada saat ini masih ada tersenyum: Andreas Lu! Apa yang akan terjadi jika kamu sehari tidak mengejek aku?! Aku belum mengatakan sepatah katapun, kamu sudah mengatakanku seperti dengan pistol begini!

Novel Terkait

More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu