Precious Moment - Bab 30 Sejak Awal Aku Sudah Tidak Memiliki Rumah

"Fanny, ini ayah, kamu mau mengangkat telepon, ayah sungguh bahagia. Kemarin ini sikap ayah tidak baik, maafkan ayah".

Pada awalnya, di telepon Hanson Wen memerankan tokoh ayah yang baik, "sudah lama tidak bertemu, ayah ingin mengajakmu untuk makan, boleh tidak? dua kali kemarin, kamu terburu-buru pergi, kita ayah dan anak telah lama tidak duduk bersama dan makan, ayah sangat merindukanmu, juga merindukan kehidupan kita yang harmonis seperti dulu".

Tiffanny Wen terkejut, teringat dulu Hanson Wen berbicara dengan lembut seperti ini, di jarang galak pada dirinya, dia pun teringat dulu ketika ibunya masih ada, mereka sekeluarga sangat harmonis, tetapi sejak satu tahun terakhir setelah ibunya meninggal, Tania Qin si rubah betina itu membawa anaknya tinggal di keluarga Wen, ayahnya tidak pernah berbicara seperti ini kepada dirinya, dirinya dan ayahnya pun tidak pernah tidak bertengkar.

Dirinya tidak terbiasa dengan perubahan sikap Hanson Wen yang sangat besar, lalu bertanya, "Kamu ada urusan apa? cepat katakan! Aku tidak ada waktu untuk keluar".

"Fanny, sulit di bicarakan di telepon, kamu datang kesini sebentar, aku di Monarch Hotel menunggumu".

Tiffanny Wen sedikit ragu, dirinya tidak ingin pergi, tidak tahu apa yang di inginkan Hanson Wen kepada dirinya.

"Bila mengenai pembagian harta, maka tidak usah di bicarakan lagi".

"Bukan, bukan karena hal itu. Fanny, aku tahu kamu tidak ingin datang, tetapi ini mengenai masalah ibumu, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu".

Hanson Wen kembali menjelaskan.

Mendengar akan membicarakan mengenai ibunya, hati Tiffanny Wen goyah, "baik, tunggu aku sembentar".

Telepon di tutup, Tiffanny Wen berkata kepada supir, "Pak, tidak jadi ke Century Hotel, kita ke Monarch Hotel!".

Setengah jam kemudian, di bawah Monarch hotel, Tiffanny Wen menatap hotel mewah tersebut, Monarch hotel bukanlah hotel biasa, tempat ini menyediakan tempat untuk makan, minum dan entertainment, adalah tempat orang kaya, tetapi tempat ini juga menyediakan hotel untuk menginap. Singkatnya, kehidupan malam dan hotel menjadi satu.

Tiffanny Wen tersenyum mencemooh, ternyata memilih tempat seperti ini untuk ngobrol, bila bukan karena orang itu adalah ayahnya, dia pasti curiga orang tersebut akan melakukan hal yang tidak-tidak.

Masuk ke dalam Monarch Hotel, melihat di mana-mana adalah orang yang sedang berpesta, pria-pria yang setengah mabuk, memeluk wanita di kanan kirinya, Tiffanny Wen merasa muak.

Dengan tidak mudah menemukan ruang VIP yang dipesan oleh Hanson Wen, ketika pintu di buka, di dalam sana tidak hanya ada ayahnya, Hanson Wen seorang diri.

Tania Qin, Jessica Qin, Yoel Qin pun ada di sana.

Tiffanny Wen tersenyum dingin, sebelum turun dari mobil dia sudah tahu, ayahnya tidak mungkin tiba-tiba berubah, pasti semua adalah ide buruk Tania Qin.

Ternyata yang dikatakan masalah ibunya, hanyalah sbuah alasan untuk membohonginya datang, dengan wajah dingin dia masuk ke dalam.

"Katakan, ada apa mengenai ibuku?"

Tanpa perasaan, Tiffanny Wen bertanya pada ayahnya, melihat ibu dan dua anaknya di sana, dia tahu pasti bukan mau membicarakan mengenai ibunya, dia ingin mendegar apa yang ayahnya akan katakan.

Hanson Wen belum berbicara, Tani Qin dengan 'hangat' menyambutnya.

"Fanny, mengapa kamu terburu-buru! Sini, duduk, makan dulu, setelah makan kita baru pelan-pelan berbicara". Dengan hangat Tania Qin berbicara.

Tiffanny Wen merasa cuiga, dia tidak tahu apa yang direncanakan wanita itu, "makan, tidak usah, melihat kalian aku tidak mempunyai napsu makan. ada sesuatu maka segera katakan, jangan berbasa basi".

Tania Qin yang tadinya ramah sekarang wajahnya dan kedua anaknya berubah menjadi jelek.

Mendegar putrinya seperti itu, Hanson Wen menjadi marah, dengan suara yang lantang berkata, "setidaknya mereka adalah bibi, dan juga saudara-saudaramu, mengapa kamu berbicara seperti itu? apakah tidak tahu bagaimana menunjukkan rasa hormat? kemana sopan santun yang dulu kamu pelajari?"

"Aku sudah lama tidak mempunyai rumah, tentu saja sopan santun itu sudah hilang. Dan juga mohon kamu ingat, aku tidak pernah mengakui mereka adalah saudaraku. Mengenai bibi, huh, sudahlah! Aku, TIffanny Wen tidak akan pernah memanggil selingkuhan dengan sebutan bibi".

Meihat Hanson Wen begitu melindugi ibu dan anak itu, hatiny amerasa sedih, sama sekali tidak dapat menahan emosinya, dirinya marah, suaranya terdengar dingin.

Tania Qin yang melihat kedua orang itu mulai bertengkar, dia segera menjadi orang baik untuk melerai mereka, "sudah sudah, Hanson, kamu jangan menyalahkan Fanny lagi, kamu bicara baik-baik,jangan karena hubungan kami, sehingga merusak hubungan ayah dan anak kalian. Jarang-jarang Fanny datang, nanti dia pergi lagi, ketika kembali kamu akan merindukan dia lagi".

Melihat kelakuan pura-pura Tania Qin, Tiffanny Wen mendengus dingin, dari awal dia sudah terbiasa dengan kelakuan Tania Qin, sangat pintar ber sandirwara! Sudah bertahun-tahun, tetapi ayahnya masih mempercayainya.

Dia tidak ingin menghabiskan waktunya di sana, lalu berkata kepada ayahnya yang berwajah murka, "bila kamu tidak mau mengatakannya, maka aku akan pergi".

Selesai berkata, dia mengambil tasnya dan bersiap pergi.

Melihat Tiffanny Wen yang akan pergi, Tania Qin segera menyengol Hanson Wen, akhirnya Hanson Wen mulai berbicara.

"Urusan ibumu lain kali baru di bicarakan. sekarang ada sesuatu yang butuh bantuanmu, tetanu saja bukan masalah besar, yaitu adikmu ingin menjadi perwakilan produk Louise, ingin menyruuhmu memikirkan caranya".

Tiffanny Wen terkejut, ternyata di telepon begitu lembut berbiacara dengannya, semua adalah kebohongan, menggunakan nama ibunya untuk membohongi dirinya, ternyata semua untuk Tania Qin dan Jessica Qin.

Dirinya juga adalah putrinya, walaupun sebelumnya mengatakan ingin memutuskan hubungan keluarga, tetapi hubungan darah tidak dapat di hapus, mengapa ayahnya dapat begitu kejam terhadap dirinya.

"Seingatku, kedatanganku karena kamu mengatakan akan membicarakan mengenai ibu, ternyata kamu tidak membicarakan hal itu, kalau begitu maaf, aku pergi dulu".

"Tunggu". melihat Tiffanny Wen akan pergi, Hanson Wen kembai berkata.

"Fanny, setidaknya dia adalah adikmu, kamu tidak mau mengakuinya tidak apa-apa. Ayah tidak akan memaksamu, tetapi bisa kah kamu memandang aku sebagai ayahmu? ayah tahu ayah bersalah, kamu pun tidak dapat memaafkanku, tetapi memandang dulu aku adalah ayah yang baik, bisa tidak kamu membantuku?"

Hanson Wen kembali menggunakan cara memainkan perasaan, tentu saja semua ini Tania Qin yang menyuruhnya.

Tania Qin mengerti Tiffanny Wen, walaupun dia membenci ayahnya, tetapi dia tetap menyayanginya, asalkan Hanson Wen menggunakan sedikit cara seperti ini, maka pasti akan berhasil.

Ternyata, melihat mata ayahnya yang merah, Tiffanny Wen menjadi goyah, dia tidak dapat menyangkal, dulu ayahnya sungguh baik terhadapnya.

Tiffanny Wen menghentikan langkah kakinya yang menuju keluar...........

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu