Precious Moment - Bab 283 Untuk semalam, maaf

Dalam keadaan linglung, Tiffanny Wen terbangun dengan sendirinya, Tiffanny Wen menggeleng-gelengkan kepalanya yang pusing, dan ingatannya yang kacau.

Dan terbiasa untuk meraba ponsel di samping bantal, tetapi teraba sepotong … …otot yang keras?!

Awalnya Tiffanny Wen mengira itu adalah Stella Lu, tetapi dalam keadaan linglung merasakan bahwa bentuk tangannya berbeda, sedikit membuka mata, terlihat sepotong otot berwarna kulit.

Otot-otot yang halus, garis-garis yang indah, hormon pria dengan helaan nafas yang akrab, untuk sesaat Tiffanny Wen teringat apa yang terjadi semalam, dan melompat.

Namun matanya sudah terbiasa dengan lingkungan yang gelap di dalam gua, Tiffanny Wen melihat Andreas Lu berbaring di tanah dengan telanjang tubuh bagian atas, Tiffanny Wen menggigil dihembus angin, segera menyadari bahwa dia sendiri juga tidak mengenakan pakaian!

“Ah!”

Tiffanny Wen menjerit kaget, lalu mengambil pakaian yang telah dikeringkan sepanjang malam dan segera memakainya, lalu berlari ke pojok lain dan jongkok, menatap Andreas Lu dengan ekspresi kesal.

Andreas Lu berhasil terbangun oleh teriakan Tiffanny Wen, perlahan-lahan duduk, mengelus-elus kepalanya dengan lelah, membuka sebelah mata dengan malas dan melihat Tiffanny Wen mengambil mantelnya seperti orang gila dan berlari ke pojok lain gua.

Andreas Lu tertawa, menyisir rambutnya yang acak-acakan dengan tangan, Tiffanny Wen mengalami ketakutan setiap kali bangun, dia sudah tidak mengherankan.

Andreas Lu berdiri dan mengambil kemeja di tanah, ada sedikit rasa jijik di wajah, tetapi masih menepuk-nepuknya, dan mengenakannya, mengambil mantel yang di samping, Andreas Lu diam-diam berjalan ke arah Tiffanny Lu: “Sudah bangun, bagaimana perasaanmu sekarang?”

Tiffanny Wen tahu bahwa Andreas Lu telah menyelamatkannya lagi, dan juga memahami bahwa Andreas Lu melakukan ini untuk menghangatkan dirinya, tetapi teringat mimpi yang dialaminya kemarin, Tiffanny Wen merasa tersipu.

Bermimpi bahwa sendiri memeluk sebuah boneka beruang yang besar, sangat nyaman dan sangat hangat… ..

Tiffanny Wen merasa malu ketika memikirkannya, diam-diam membenamkan kepala di lututnya, diam-diam memperlihatan sepasang mata yang melirik kesana.

Ternyata dia sendiri memeluk Andreas Lu “boneka beruang’ sepanjang malam, dan tidak berhentinya di dalam mimpi …ah…ah…ah…ah…ah…ah…ah…ah…apa yang kulakukan tadi malam.. …

Tiffanny Wen ingin menangis tanpa air mata, wajahnya juga berangsur-angsur memerah, mendengar kekhawatiran Andreas Lu, menjawabnya dengan lesu: “Sudah lebih baik, tetapi masih sedikit pusing, takut kedinginan, mestinya masih sedikit demam… …”

“Benarkah?” Sebenarnya area gua tidak terlalu luas, hanya dua langkah Andreas Lu telah berjalan sampai di depan Tiffanny Wen, kemudian melemparkan mantel ke atas kepalanya.

Tiffanny Wen tanpa persiapan sehingga kepalanya ditutupi pakaian Andreas Lu, melepaskan pakaian di kepala dengan kesal, melihat apa yang akan dikatakan Andreas Lu, dan dipeluk oleh Andreas Lu.

“Wa!, Andreas Lu! Apa yang kamu lakukan?” Tiffanny Wen kelihatan terkejut di tangan Andreas Lu, kebingungan sesaat.

Dan Andreas Lu tidak berekspresi, memeluk Tiffanny Wen dengan kuat, dan berjalan ke pojok semula: “Karena takut kedinginan, tetap patuh di pojok bawah angin, jangan berlari sembarangan.”

Tiffanny Wen kewalahan oleh Andreas Lu yang begitu lembut kepadanya, menggigit bibirnya, dengan patuh membiarkan Andreas Lu membawanya kembali ke sudut semula.

Tiffanny Wen menggigit bibir bawahnya, dengan ragu-ragu meminta maaf kepada Andreas Lu, lagipula mungkin telah memeluknya dan menyentuhnya tadi malam,

Namun Andreas Lu melihat wajah merah Tiffanny Wen dan mengira bahwa dia demam lagi, dan kemudian berjongkok, menyentuh dahinya dan memeriksa apakah Tiffanny Wen masih demam.

Namun Tiffanny Wen melihat Andreas Lu menghampirinya dalam sekejap, hidung Tiffanny Wen mengenduskan kehangatan, Tiffanny Wen ketakutan sampai menahan nafas, otot di seluruh tubuhnya juga menegang.

Sebenarnya Andreas Lu ingin lihat apakah Tiffanny Wen masih demam, tetapi melihat reaksi Tiffanny Wen membuatnya tidak dapat menahan keinginan untuk menggodanya.

Kemudian sudut mulut Andreas Lu melengkung licik, matanya penuh keseriusan dan sedang berpikir, dengan diam-diam menatap mata coklat muda Tiffanny Wen.

Mungkin Tiffanny Wen hampir akan mati lemas, perlahan-lahan Andreas Lu bangkit, berkata dengan wajah serius: “Sepertinya demamnya sudah agak turun, hanya sedikit panas saja sekarang.

Akhirnya Tiffanny Wen dapat bernafas dan menghirup udara yang lembab dan dingin di dalam gua, perlahan-lahan menatap Andreas Lu dengan kesal.

Andreas Lu sengaja melakukannya!! Sebagian besar adalah membalas dendam pada diri sendiri!

Mengabaikan tatapan kesal Tiffanny Wen, Andreas Lu berbalik dan berjalan ke pintu gua, melihat cuaca di luar, langit masih mendung, matahari belum kelihatan, tetapi sudah tidak ada suara guntur, hujan juga sudah lebih reda dibandingkan tadi malam, tetapi masih belum bisa maju.

Melihat lingkungan yang asing di pintu gua, Andreas Lu menghela nafas tak berdaya, telah begitu lama berjalan sambil menggendong Tiffanny Wen tadi malam, sekarang tidak tahu bagaimana untuk pulang… …

Andreas Lu menunduk untuk melihat jam, sudah pukul sembilan tiga puluh lima …melihat bahwa dia dan Tiffanny Wen sudah selama hampir lima jam terperangkap di dalam gua…juga tidak tahu apakah Jennifer mereka sudah diselamatkan, dan juga tidak tahu apa yang dilakukan Dave Gu sekarang.

“Hatchew!”

Bersin Tiffanny Wen menghentikan Andreas Lu yang sedang berpikir, Andreas Lu berbalik dan menoleh Tiffanny Wen, dia menggigil di pojok saat ini, hidungnya bergerak-gerak. Meskipun dia sudah memakai dua buah mantel, tetapi semuanya basah, dan tidak memberi kehangatan.

Andreas Lu berbalik dan berjalan menuju ke tempat Tiffanny Wen, duduk tidak jauh darinya, menggosok tangan: “Kemarilah.”

Tiffanny Wen menggeleng-gelengkan kepala, dengan hati-hati bergeser ke samping, Andreas Lu tertawa, ada sedikit ejekkan di matanya, juga tidak banyak berbicara, meraih Tiffanny Wen ke pelukan, melepaskan kedua mantel penghalang itu, kembali melakukannya lagi, sebuah menutupi belakang Tiffanny Wen, sebuah yang lain dikenakan di depan Tiffanny Wen.

Tidak tahu apakah efek psikologis, tetapi benar-benar hangat dipelukan Andreas Lu, bukan hanya tubuh, tetapi hati juga, kehangatan muncul secara bertahap. Tiffany Wen menundukkan kepala, rona merah di wajah belum hilang, tentu saja, bukan karena demam.

“Tadi malam…. Minta maaf… ..”

Melihat sikap Tiffanny Wen yang malu, Andreas Lu mengira bahwa dia akan mengucapkan terima kasih, tetapi tidak disangka bahwa dia mengatakan kata-kata itu, Andreas Lu memandang Tiffanny Wen, ada keraguan di dalam hatinya, tetapi penampilan yang tenang di wajahnya.

Tidak tahu apa maksud wanita ini mengatakan kalimat itu?

Merasakan suasana yang canggung, Andreas Lu tertawa: “Yang kamu katakan adalah hal yang memelukku sambil tertawa kemarin, lalu yang meneteskan air liur kepadaku, apakah itu?”

Tiffanny Wen langsung memandang Andreas Lu dengan ekspresi mengerikan: “Apa yang kamu katakan?! Tidak mungkin,! Bagaimana mungkin aku… …”

Berkata sampai setengah, tiba-tiba Tiffanny Wen teringat bahwa dia seperti tertawa ketika dia bermimpi tadi malam… …dan sudut bibirnya terasa dingin ketika dia bangun pagi… …

Novel Terkait

Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu