Precious Moment - Bab 342 Bersikap Lalim Terhadap Perempuan

Awalnya, proyek mereka memang sudah hampir selesai dinegosiasikan, dan tidak lama setelah Tiffanny Wen pergi, garis besarnya juga sudah ditentukan.

Tetapi Andreas Lu tidak melihat Tiffanny Wen kembali, takut Tiffanny Wen ada masalah lagi, jadi dia sering melihat telepon, tetapi Tiffanny Wen tidak mengiriminya pesan apapun.

Melody Tsu tentu saja tahu tujuan Andreas Lu, sebuah ejekan yang tak terlihat melintas di matanya. Dia pergi ke sana justru karena melihat Tiffanny Wen tidak membawa handphone, Tiffanny Wen yang sekarang ada di toilet pasti sudah berteriak sampai tenggorokannya pecah.

Melihat proyek sudah hampir selesai dibicarakan, Melody Tsu mulai berpura-pura sedikit mabuk. Ketika proyek selesai diputuskan, Melody Tsu merogoh sakunya dan diam-diam mengirim pesan teks yang sudah diedit sebelumnya.

Dan Melody Tsu pun tiba-tiba bagaikan tidak punya tulang, bersandar pada Andreas Lu, dan berkata lirih di samping telinga Andreas Lu: "Kak Andreas, ayo kita pulang."

Setelah itu, Melody Tsu yang sedikit "pingsan" bersandar di bahu Andreas Lu sambil menyeringai.

Ketika CEO Wang melihat situasi ini, dia pun sadar diri dan pamit lebih dulu: "Tuan Muda Lu, kalau begitu aku akan pergi dulu."

Selesai berbicara, dia berbalik dan menghilang di balik pintu.

Andreas Lu memandang Melody Tsu di sampingnya, air mukanya dingin, tetapi ekspresinya agak tidak berdaya, dia menyesali mengapa dia malah menyuruh Dave Gu untuk pergi lebih dulu.

Melody Tsu sudah pasti tidak bisa dibiarkan sendirian seperti ini, tapi daripada memanggil taksi, sebaiknya dia tinggalkan saja di sini melihat dia yang terlihat mabuk sekarang.

Setelah menimbang waktu dan berbagai hal, Andreas Lu memutuskan untuk menurunkan Melody Tsu di departemen keamanan Louise Group, barulah meminta Dave Gu untuk mengantarnya kembali, lalu dia sendiri pun kembali untuk menjemput Tiffanny Wen.

Setelah memperkirakan waktu untuk perjalanan bolak-balik, Andreas Lu mengira itu bisa dijalankan, jadi dia pun memapah Melody Tsu berjalan ke pintu, dan tidak lupa membawa tas yang ditinggalkan Tiffanny Wen.

Di sisi lain, Tiffanny Wen merasa layaknya terisolasi dari dunia di kamar pribadinya itu, dia tidak tahu waktu sama sekali, sambil menatap garis di langit-langit dengan termenung.

Namun, tidak butuh waktu lama bagi Tiffanny Wen untuk mendengar suara langkah kaki di luar. Dia berteriak penuh harap*: "Ada orang? Bisa bantu?"

Orang di luar tidak menjawab, tetapi mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat, Tiffanny Wen pun tidak berani berbicara lagi.

Karena suara langkah kaki ini, Tiffanny Wen tahu bahwa itu adalah suara langkah kaki pria, dan langkah kakinya agak cepat, jadi dia pasti sedang mencari sesuatu. Jika itu adalah Andreas Lu, tidak mungkin dia tidak mengatakan apa-apa, dengan temperamennya, dia pasti akan menggoda dirinya lebih dulu.

Tiffanny Wen menahan nafasnya dalam diam, semakin dia memikirkannya, semakin dia merasa ada yang tidak beres. Terlalu banyak keraguan tentang orang ini. Mendengarkan langkah kaki yang mendekat, wajah Melody Tsu tetap melekat di benak Tiffanny Wen, detak jantungnya berangsur-angsur bertambah cepat, dan matanya sedikit menyipit.

Ada suara mengutak-atik di pintu kompartemen. Tiffanny Wen tahu bahwa pintu akan terbuka, dan otot-otot di tubuhnya menegang. Saat pintu terbuka, dia dengan mengerahkan tenaga sekeras mungkin, mendorong orang itu ke samping, dan bergegas keluar.

Tiffanny Wen tidak peduli lagi, jika dia salah mengira orang itu, dia akan meminta maaf. Tapi kalau orang itu benar-benar orang suruhan Melody Tsu, maka ini semua demi perlindungan diri.

Tapi rencana yang sangat indah, dalam menjalankannya tidak terhindar dari kesalahan, Tiffanny Wen dengan cepat mengerahkan kekuatannya begitu pintu terbuka, sayangnya, pria itu hanya mundur beberapa langkah, malah kebetulan pas menghalangi jalan keluar, Tiffanny Wen tidak peduli lagi, sebelum orang itu bisa bereaksi, dia langsung menerobos, setelah menubruk orang itu, dia segera lari keluar dari toilet.

Namun belum sempat berlari beberapa langkah, tangan Tiffanny Wen sudah ditarik oleh orang tersebut, dengan mengerahkan sedikit kekuatan, tubuh Tiffanny Wen lalu jatuh ke lantai, dan orang tersebut pun langsung menindih tubuh Tiffanny Wen. Tiffanny Wen menoleh untuk menanyai pria itu, tapi mulutnya malah dibekap, lalu dia mengeluarkan sebotol air dari belakang dan menuangkannya ke mulut Tiffanny Wen.

Tapi Tiffanny Wen bukanlah orang bodoh, tentu saja dia tahu bahwa air itu jelas bukan sesuatu yang baik. Botol penuh itu dituangkan dengan kasar oleh pria itu, Tiffanny Wen masih terminum beberapa kali di bawah rontaannya yang keras, hidungnya juga kena beberapa tetes.

Tiffanny Wen terbatuk-batuk, dengan air mata berlinang, membuatnya terlihat lebih menawan. Pria itu tersenyum mesum, meraih kaki Tiffanny Wen dan menyeretnya ke sudut dalam. Tiffanny Wen mencoba mencari beberapa tempat untuk diraih, tetapi ternyata tidak ada.

Dalam keadaan darurat, Tiffanny Wen menendang kakinya dengan keras, dan sepatu hak tingginya menghantam perut bagian bawah orang tersebut dengan akurat. Tiffanny Wen yang melihatnya saja merasa sakit, dan orang itu juga dipenuhi ekspresi aneh di wajahnya, dengan ganas mengangkat kepalanya, menampar wajah Tiffanny Wen dengan tamparan yang keras.

Tiffanny Wen yang agak pusing setelah ditampar, sesaat lupa untuk meronta, dan pria itu mengambil kesempatan ini untuk menyeret Tiffanny Wen ke pojok, dan kemudian duduk di atas Tiffanny Wen, mengulurkan tangannya dan mulai merobek pakaian Tiffanny Wen dengan kasar.

Tiffanny Wen kembali sadar, mengertakkan gigi dan menatap pria itu dengan penuh amarah di matanya. Ekspresi wajah Tiffanny Wen sedikit gila, satu tangannya menjaga ketat pakaiannya, dan tangan lainnya menjadi cakar yang menggores wajah pria itu dengan dahsyat.

Setelah olahraga yang berat, Tiffanny Wen tiba-tiba merasakan tubuhnya mulai panas, seluruh tubuhnya perlahan melemah, dan nafasnya menjadi berat.

Tiffanny Wen memandang pria itu dengan ekspresi penuh dendam di wajahnya, pria itu sudah sangat senang, melihat efek obat Tiffanny Wen mulai bekerja, dia tersenyum licik: "Kamu teruskan bersikap liar begitu, teruskan mencakar. Sekarang aku mau lihat apa yang bisa kamu lakukan, mau tidak mau kamu harus turuti aku."

Tiffanny Wen menatap senyum mesum pria itu erat-erat, masih ingin memberikan beberapa cap lagi di wajah pria itu. Namun, dia benar-benar tidak bisa mengerahkan sedikit pun kekuatan di tubuhnya. Dia mengertakkan gigi dan menatap pria itu, dengan suara parau: "Kamu, jangan senang terlalu cepat."

Pria itu tersenyum acuh tak acuh: "Sekarang hanya ada kita berdua di lantai ini. Apakah menurut kamu akan ada yang datang untuk menyelamatkanmu?"

"Lagipula, kamu begitu luar biasa, bahkan jika mati demi kamu, aku pun rela."

Saat berbicara, gerakan tangan pria itu tidak berhenti sama sekali. Setelah beberapa gerakan, atasan Tiffanny Wen telah dirobek dengan kasar oleh pria itu, Tiffanny Wen menatap pria itu dengan marah, sambil menutupi dadanya yang putih seperti salju.

Tapi lengannya terlalu kurus, sama sekali tidak bisa menyembunyikan apapun, sebaliknya, penampilannya yang malu-malu itu malah semakin membangkitkan api hasrat orang itu.

Pria itu dengan kasar menepis tangan Tiffanny Wen, memandangi Tiffanny Wen dengan seringai jahat, dan perlahan mengulurkan tangannya ke arah sepasang dada yang montok itu.

Tiffanny Wen menatap tajam ke tangan babi asin yang perlahan terentang ke arahnya, begitu melihat bahwa tangan babi asin itu memasuki jangkauan serangan, Tiffanny Wen langsung berdiri, lalu menggigitnya dengan keras.

"Aaaaa!"

Tanpa persiapan, pria itu digigit oleh Tiffanny Wen, berteriak kesakitan, sambil mengibaskan tangannya, tetapi ternyata Tiffanny Wen seperti seekor anjing, tidak mau lepas sama sekali.

Pria itu mengangkat tangannya dan menampar wajah Tiffanny Wen, tetapi pada saat kritis, dia merasakan bayangan hitam menutupi dirinya, dan kemudian tangannya dijepit dengan kuat.

Lelaki itu menoleh dengan muka bengis, ingin tahu orang nekat mana yang berani berlagak pahlawan menyelamatkan wanita cantik, apakah sudah bosan hidup?

Namun, begitu dia menoleh, dia hanya melihat sebuah kepalan tangan yang perlahan membesar di depan matanya.

Tiffanny Wen hanya merasakan tubuhnya yang tiba-tiba terasa ringan, dia tidak punya waktu untuk memikirkannya, dia pun segera duduk, kedua tangannya menarik pakaiannya yang robek, mencoba menutupi tubuh bagian atasnya yang telanjang sebanyak mungkin, lalu dengan perlahan mundur ke pojok, meringkuk, dangan badan yang gemetaran.

Setelah beberapa saat, Tiffanny Wen baru perlahan mengangkat kepalanya, mencoba melihat orang yang masuk, tapi tiba-tiba diselimuti oleh kegelapan.

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu