Precious Moment - Bab 48 Apa maksud dia

Andreas berdiri di sebelah Tiffanny dan Jennifer, dalam hati Jennifer sungguh berdegup kencang dan berbunga-bunga.

Tangan Jennifer yang mengenggam tangan Tiffanny mengerat karena tegang, hingga membuat Tiffanny agak kesakitan.

Tapi melihat wajahnya yang berbunga-bunga dan lucu, Tiffanny tidak tega untuk mengingatkannya.

Tiffanny menatapnya dengan tidak berdaya, dalam hatinya menggerutu : Apakah perlu sedemikian rupa? Meskipun wajah Andreas memang lumayan, tapi tidak perlu sampai demikian bukan!”

“Kopinya enak, boleh berikan aku segelas?” Suara Andreas yang berat terdengar di telinga Tiffanny.

Muncul wangi kopi yang kental dari ruang teh, serta menyeluruhi satu ruangan kantor, tentunya Andreas pun mencium wangi ini.

Ucapannya ini ditujukan ke Jennifer, tapi malah membuat Tiffanny gemetar, selalu merasa Andreas mengenalinya.

Karena terlalu gugup, Jennifer sama sekali tidak mendengar apa yang dikatakan Andreas, Tiffanny segera mengulurkan satu tangannya lagi menarik dia, lalu dengan suara kecil berkata : “Jennifer, direktur bilang ke kamu dia ingin minum kopi, cepat ambil.”

Jennifer tersadar, dengan semangat ia mengangguk, lalu melepaskan tangan Tiffanny dengan wajah merah karena malu.

Ia berlari kecil ke ruang teh, mengeluarkan kopi yang baru dibuat Tiffanny tadi, lalu mengantarnya ke hadapan Andreas dengan hati-hati.

“Di……direktur, silakan minum kopinya.”

Wajah Jennifer merah semua, dengan agak malu ia menyodorkan kopi tersebut.

Jari tangan Andreas yang panjang menerima kopi itu, serta meneguknya, “Hm, rasanya lumayan.”

Dia memuji rasa kopi itu, kemudian mengembalikan gelas kopi ke tangan Jennifer.

Setelah melakukan ini semua dengan anggun, ia menyelipkan tangannya ke dalam saku celana dan pergi dengan kaki panjangnya tersebut.

Tiffanny menatap sosok belakang Andreas dengan termangu, apa maksud dia ini?

Setelah Andreas pergi jauh, para karyawan yang ada di meja masing-masing mengulurkan leher melihat apa yang terjadi.

Melihat Direktur berbicara dengan Jennifer, semuanya merasa kagum sekaligus iri.

Semuanya pada berkata : “Tidak adil sama sekail, berdasarkan apa direktur berbicara dengannya!”

“Dulu direktur kalau datang ke divisi desain, selain dengan direktur Gu, ia tidak pernah berbicara dengan siapa pun, mengapa hari ini tiba-tiba berubah?”

“Jangan-jangan direktur tertarik dengan Jennifer.”

“Meskipun paras Jennifer lumayan cantik, tapi juga masih termasuk biasa saja, bisa jadi direktur hanya karena wangi kopi, dan dia kebetulan berdiri di dekat direktur.

“……”

Karena banyak yang berkomentar, sehingga membuat satu ruangan menjadi ricuh, ramai bagaikan pasar.

Pintu Hanita tadi tidak ditutup, mendengar keributan di luar, ia pun keluar.

Hanita menepuk tangannya, seketika ruang divisi desain menjadi diam.

“Semuanya jangan melihat lagi, orangnya juga sudah pergi jauh, juga jangan berkomentar lagi, ricuh seperti apa saja. Cepat kerja, kalau tidak, jangan harap bisa mendapatkan bonus gaji bulan ini.”

Mendengar Hanita bilang akan kehilangan bonus gaji, para anak magang yang berkomentar tersebut langsung kaget, dan segera menundukkan kepala sibuk dengan kerjaan masing-masing.

Karena posisi Jennifer dan Tiffanny agak jauh dari pintu ruangannya, jadi Jennifer langsung menarik Tiffanny ke meja salah satu desainer yang berhubungan lumayan baik dengannya, kalau pun dilihat oleh Hanita, ia bisa bilang mereka sedang bertanya sesuatu kepada desainer tersebut. Serta meja desainer itu kebetulan agak dekat dengan pintu divisi desain, sehingga tadi Andreas bisa melihat mereka berdua.

Setelah Hanita keluar untuk mengomel, mereka berdua pun tidak mungkin tetap berdiri di sana, segera mereka kembali ke tempat masing-masing.

Baru saja kembali ke tempat duduk, Jennifer langsung berbicara kepada Tiffanny dengan semangat : “Fanny, apakah kamu lihat, direktur berbicara dengan aku, suaranya bagus sekali, tidak bisa, hatiku tidak bisa menahannya, aku harus menenangkan diri dulu, rasanya malam ini aku tidak akan bisa tidur.”

Jennifer menatap Tiffanny dengan semangat, sama sekali tidak menyadari sikap Tiffanny yang berbeda dari biasanya, melainkan terus berbicara tanpa henti.

Karena sungguh tidak tahan dengan Jennifer yang terlalu gembira, Tiffanny menyelanya, “Iya iya iya, Jennifer, yang perlahan ngomongnya, tapi maaf, aku ingin ke toilet sebentar.”

“Hm, iya, kamu pergi saja Fanny.” Jennifer tidak tersinggung Tiffanny memotong pembicaraannya, wajahnya masih tetap berseri-seri.

Melihat Tiffanny bangkit dan pergi, wajah Jennifer masih berbunga-bunga, masih mengingat-ingat suara Andreas yang bagus tadi.

Sedangkan Tiffanny berjalan dengan hati-hati, sambil sesekali menoleh ke belakang, seolah takut dilihat oleh orang.

Dia yang demikian, mungkin akan membuat orang salah paham dan mengira ia akan berbuat sesuatu yang tidak baik.

Kemudian ketika sampai di depan pintu toilet, tiba-tiba sebuah tangan menariknya ke dalam toilet pria.

Tiffanny kaget sekali, “Aaa…” Ia menjerit, pria tersebut segera mendekap mulutnya untuk menghentikan jeritannya.

“Apakah kamu ingin memanggil semua orang ke sini?” Andreas mengancam.

Setelah mengetahui orang itu adalah Andreas, Tiffanny menghela nafas lega, tadinya dia kira orang jahat atau sejenisnya, hampir saja dia ingin memukul.

“Bisakah kamu jangan tiba-tiba begini, mengagetkan sekali.” Ujar Tiffanny sambil menepuk dada.

Ia melihat sekeliling dan baru menyadari di sini adalah toilet pria, “Kenapa kamu menarik aku ke dalam toilet? Kalau mau bicara juga tidak perlu di sini kali!”

“Lalu kamu ingin di mana? Bukankah takut orang menyadari identitas kamu, di sini baru aman!”

Sama sekali tidak aman kali? Di sini bisa dimasuki oleh orang kapan saja!

“Tetap saja tidak ingin di sini.” Gerutu Tiffanny dengan suara kecil.

Andreas tidak mempedulikan gerutuannya, malah mengamatinya dari atas sampai bawah dan berkata : “Selera kamu unik sekali, malah suka penampilan seperti ini.”

Mendengar adanya maksud mengejek dari ucapan Andreas, dengan gusar Tiffanny berkata : “Bukankah aku menyamar begini justru demi membantu kamu, untuk menangkap mata-mata di dalam perusahaan, kalau tidak, bagaimana mungkin aku mewakili kamu bekerja serabutan di sini!”

“Seingatku aku menyuruh kamu menjadi direktur divisi desain, kamu sendiri yang tidak mau, malah ingin menjadi karyawan kecil, sekarang kamu malah menyalahkan aku?”

“Aku……”

Tiffanny kehilangan kata-kata, sepertinya memang dia sendiri yang ingin menjadi karyawan kecil.

“Sudah dua hari, apakah kamu mendapat petunjuk?” Tanya Andreas.

Tiffanny sudah datang dua hari, setidaknya pasti ada mendapat sesuatu.

Ditanya demikian oleh Andreas, Tiffanny menjawab dengan agak bersalah, “Sementara belum ada!”

“Lalu ada yang dicurigai?”

“Ada,” Tiffanny menjentikkan jarinya, serta menghitung satu per satu, “Supervisor Sun orangnya pelit, tamak uang, suka mengambil keuntungan, bahkan minuman di ruang teh juga sering diam-diam dibawa pulang ; terus ada juga yang sering mengambil pulpen dan kertas divisi desain untuk dibawa pulang, kemudian ada juga satu lagi yang……”

Tidak berhentinya Tiffanny mengatakan siapa bagaimana dengan semangat , sedangkan wajah Andreas mulai merah padam.

Pada akhirnya dia bertanya sambil menggertakkan gigi, “Hanya ini saja?”

Novel Terkait

Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu