Precious Moment - Bab 258 Sungguh Munafik

Mendengar perkataan Tiffanny Wen, Jennifer Xia tampak terkejut, sorot matanya dipenuhi ketidak percayaan: "Fanny, kapan kamu diperlakukan seperti ini? Kenapa aku tidak tahu? "

Tiffanny Wen memandang Jennifer Xia dengan tatapan bingung: "Apakah aku tidak memberitahumu?"

Jennifer Xia menggelengkan kepalanya, dan Tiffanny Wen berpikir sejenak, sepertinya dia memang tidak mengatakannya.

"Waktu itu Louise Group dan Perusahaan Besar Tsu bekerja sama, Melody Tsu meminta aku untuk membawa dokumen, tetapi mereka terus membiarkan aku di ruang tunggu dari jam 10 pagi hingga jam 2 siang, bahkan tidak memberi aku secangkir teh, jadi aku menunggu dalam diam selama beberapa jam, dan akhirnya mereka muncul ketika aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Setelah menandatangani kontrak, aku pingsan karena gula darah rendah dan maag kambuh, masuk ke rumah sakit. "

Jennifer Xia membuka mulutnya lebar-lebar, dan tiba-tiba teringat bahwa suatu hari, Tiffanny Wen berkata untuk mengirim dokumen, tetapi baru kembali keesokan harinya, ketika dia kembali, wajahnya pucat.

Jennifer Xia menghentakkan kakinya dengan marah dan berteriak, "Aku benar-benar tidak menyangka Melody Tsu begitu jahat! Aku lihat dia pendiam dan sangat murah hati, tapi tidak menyangka hatinya bisa jahat seperti ini, benar-benar hati manusia susah ditebak! Fanny, aku mendukungmu! Biarkan saja mereka di sana dan biarkan mereka merasakan menunggu orang dengan penuh harap!"

Tiffanny Wen mendengarkan peribahasa aneh yang digunakan Jennifer Xia dan terkekeh, jadi dia bangkit dan mengambil cangkir kopi yang sudah habis dan berjalan menuju meja Jennifer Xia: "Aku sudah lumayan baik kepada mereka, setidaknya sekarang Melody Tsu sedang menunggu di kedai kopi, mereka punya kopi dan snack. Terakhir kali aku pun tidak mendapatkan perlakuan seperti ini."

"Jennifer, apakah kamu ingin mengisi secangkir kopi lagi?"

Jennifer Xia dengan senang hati mengangkat cangkir kosongnya: "Oke, satu lagi!"

“Tapi, kenapa direktur harus repot-repot? Tentu saja aku sebagai asisten yang pergi.” Selesai berbicara, Jennifer Xia merebut cangkir di tangan Tiffanny Wen dan berlari keluar dengan tergesa-gesa.

Di sisi lain, Melody Tsu terus mengawasi jam di kedai kopi, dan melihat waktu yang berdetak pelan, Melody Tsu benar-benar tidak sabar menunggu, dan menoleh untuk melihat Taylor Yang: "Kamu telepon mereka lagi untuk mengingatkan mereka, ini sudah menunggu selama dua jam. Apa yang mereka lakukan?"

Taylor Yang mengangguk dengan muka getir, mengeluarkan ponselnya dan menelepon.

Sedangkan di Louise, Jennifer Xia tidak lagi terburu-buru mendesak Tiffanny Wen untuk pergi ke tempat pertemuan, mereka berdua duduk santai di meja mereka, minum kopi, dan mengurusi pekerjaan departemen desain.

Pada saat ini, ponsel Jennifer Xia berdering lagi, dan Jennifer Xia melihat ke ID penelepon, melihat bahwa itu memang pihak Melody Tsu yang menelepon, dan menerima telepon dengan sorot mata meremehkan.

"Asisten Xia, boleh aku tanya berapa lama lagi kalian sampai?"

Jennifer Xia menyeringai pada Tiffanny Wen, dan kemudian dengan pelan berkata: "Maaf, Louise Group memiliki banyak pekerjaan hari ini, dan Direktur Wen masih sibuk. Mohon tunggu sebentar lagi. Harap sedikit bersabar, kalau tidak sabar tidak bisa makan tahu panas. "

Selesai berbicara, Jennifer Xia langsung menutup telepon, sementara Taylor Yang menjauhkan telepon dengan ekspresi muram: "Mereka bilang mereka masih sibuk, meminta kita untuk menunggu dengan sabar."

Melody Tsu tahu bahwa mereka mungkin akan mengatakan itu, raut mukanya berubah suram dalam sekejap, tetapi Taylor Yang tidak peduli sama sekali, masih berbicara pada dirinya sendiri: "Menurutku Tiffanny Wen mereka sengaja, berlagak seperti itu, apalagi kalau bukan karena kita punya permohonan padanya. "

"Sudah janji jam setengah dua, sekarang sudah hampir setengah empat. Mereka bahkan tidak ada gelagat akan berangkat sedikit pun."

Melody Tsu tentu saja tahu apa yang ingin diungkapkan oleh Taylor Yang. Dia merasa bahwa Tiffanny Wen sedang membalas dendam padanya. Terakhir kali dia meninggalkan Tiffanny Wen di ruang tunggu sepanjang pagi. Kali ini tentu saja dia sudah tahu bahwa dirinya benar-benar membutuhkan proyek ini, jadi dia berani membiarkannya menunggu di sini dengan sewenang-wenang.

Melody Tsu mengepalkan tangannya tanpa sadar, menggeretakkan giginya, sorot kebencian terhadap Tiffanny Wen di matanya semakin bertambah. Tiffanny Wen yang terkutuk, apa dia tidak takut dirinya pergi begitu saja? Siapa yang peduli dengan kerja samamu ...

Memikirkan hal ini, Melody Tsu menghela nafas tak berdaya. Dia benar-benar tidak bisa pergi. Proyek ini sangat penting bagi Perusahaan Besar Tsu. Selain itu, dia baru mengelola Perusahaan Besar Tsu tidak lama ini, hanya dengan mendapatkan proyek ini barulah bisa mendapatkan persetujuan dari para presbiteri. Jika dia pergi sekarang, itu tidak akan berpengaruh pada pihak Tiffanny Wen, pada akhirnya malah dirinya yang akan rugi, bahkan menjadi lelucon bagi mereka.

Berhubung sudah begitu lama menunggu, apa salahnya menunggu lebih lama lagi, dirinya tidak percaya bisa menunggu sampai pingsan hanya di sebuah kedai kopi.

Melody Tsu mendengus dalam hati, dan perlahan mengendurkan kepalan tangannya: "Kita tunggu lagi setengah jam, jika mereka masih belum sampai, kita akan pergi."

Di Louise, Tiffanny Wen yang sepertinya sudah tahu rencana Melody Tsu, segera bangkit dan mulai mengemasi tas.

Jennifer Xia menjulurkan kepalanya dengan tatapan bingung: "Fanny, apakah kamu berencana untuk pergi? Mengapa kamu tidak membiarkan mereka menunggu sebentar lagi?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya pelan: "Setiap orang punya batasan. Kurasa kesabaran Melody Tsu mereka akan segera habis, jadi berangkat sekarang seharusnya masih keburu."

Jennifer Xia mengangguk dengan bingung, "Kalau begitu Fanny, aku akan berada di sini menunggumu kembali."

Tiffanny Wen memiringkan kepalanya: "Tunggu aku kembali? Kenapa? Tentu saja kita akan pergi bersama?"

"Hah? Apakah kamu mengajakku? Kenapa?"

Melihat raut muka Jennifer Xia yang bengong, Tiffanny Wen terkekeh dan tertawa: "Tentu saja aku ingin mengajakmu, bagaimanapun juga kamu adalah asistenku, memangnya aneh mengajakmu membicarakan proyek?"

Jennifer Xia bereaksi seketika, sedikit kesal: "Kamu masih tahu bahwa aku asistenmu. Kamu sudah begitu lama berlarian kesana kemari sendirian, meninggalkan aku sendiri. Aku sudah hampir menjadi penjaga penuh waktu di kantor."

Tiffanny Wen dengan geli meremas wajah marah Jennifer Xia: "Sudahlah, situasinya berbeda. Kamu adalah asisten yang paling tepercaya. Jika aku tidak menahan kamu, siapa lagi yang dapat aku tahan sekarang?"

Jennifer Xia diam-diam mendorong tangan Tiffanny Wen, sorot matanya melayang: "Sudah larut, ayo berangkat dulu ..."

Melody Tsu dan Taylor Yang menunggu dengan sabar selama setengah jam lagi, menyaksikan waktu yang berangsur-angsur akan mencapai pukul empat, Melody Tsu akhirnya tidak sabar, dan langsung menghabiskan cangkir kopi ketiga di depannya, lalu mengangkat tas dan berencana untuk pergi.

"Ayo pergi, sepertinya Tiffanny Wen berniat menjemur kita sampai puas."

Sebelum kata-kata ini selesai, Tiffanny Wen dan Jennifer Xia mendorong pintu dan masuk ke kamar yang sudah dipesan khusus.

Begitu Tiffanny Wen memasuki pintu, dia melihat Melody Tsu sedang membawa tasnya dan berencana untuk pergi. Sorot matanya mengandung ejekan, menunggu orang itu rasanya tidak menyenangkan, bukan, putri kesayangan Tsu?

Walalupun dalam hatinya mencibir, tapi raut wajah Tiffanny Wen adalah senyuman minta maaf yang persis sama dengan Melody Tsu terakhir kali: "Maaf, aku membuatmu menunggu, karena Louise ada banyak yang harus diurus, ditambah lagi jalanan agak macet, jadi aku datang sedikit terlambat. "

"Manajer Tsu berencana pergi ke mana?"

Sudut bibir Melody Tsu berkedut beberapa kali, dan kemudian terlihat lega: "Tidak apa-apa, aku mengerti perusahaan sibuk, tetapi Direktur Wen, walaupun pekerjaan itu penting, tetapi kamu juga harus memperhatikan tubuhmu."

Tentu saja Tiffanny Wen tahu bahwa Melody Tsu berbicara tentang maag nya yang kambuh terakhir kali, bertanya apakah dia sedang balas dendam padanya, tapi Tiffanny Wen hanya tersenyum pelan: "Aku pikir Manager Tsu juga ada hal lain yang disibukkan, kan? Ayo langsung ke topik, agar tidak menunda pekerjaan Manajer Tsu. "

Melody Tsu duduk kembali ke tempatnya dalam diam, wajahnya masih tersenyum, tapi hatinya sudah meledak.

Takut menunda pekerjaan ku? Lalu kamu bisa-bisanya membiarkan kami menunggu di sini begitu lama? Huh, sungguh munafik.

Novel Terkait

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu