Precious Moment - Bab 369 Kamu Tidak Sebodoh yang Aku Kira

Setelah mendengar jelas perkataan Andreas Lu, Max pun merasa ingin sekali meninju orang: Jelas-jelas sudah tahu, kenapa tidak kamu katakan dari awal, dengan begitu semua bisa diselesaikan dalam telepon, untuk apa ribet seperti ini?! Aku baru saja selesai mengoperasi pasien, selesai membersihkan diri langsung berlari kemari, kamu….kamu benar-benar…..

Semakin memikirkannya, Max Jiang semakin kehabisan kata-kata, tetapi karena beberapa hari ini, sejak Caterina pulang, Max Jiang menyadari kemampuan menanggung beban yang dimiliki semakin membaik, segera menghirup nafas dalam, Max Jiang melepaskan ketegangan dalam hati, memaksakan sebuah senyuman di hadapan Andreas: “Jika kamu sudah tahu, kita pun tidak perlu terlalu banyak basa basi lagi.”

Andreas Lu mengetuk meja dengan jari tangan, melihat ke arah Max Jiang, berkata dengan nada datar: “Memang tidak perlu basa-basi, soal Caterina, aku harap dia jangan datang mengikat dan mengusik dengan tidak jelas lagi.”

Max Jiang sangat terkejut, melihat Andreas Lu dengan sedikit kesal: “Apa maksudmu?”

Hanya saja Max Jiang kembali mengubah pola pikirnya, jika Andreas Lu ingin membicarakan masalah itu, maka dia bisa saja memilih tidak datang, langsung mengatakannya dalam telepon, pasti ada masalah lain yang membuatnya meluangkan waktu untuk datang.

Dalam seketika, Max Jiang kembali tenang, rasa kesal pada wajah tergantikan oleh kebingungan: “Ada kepentingan apa kamu datang kemari?”

Melihat perubahan ekspresi wajah Max Jiang, Andreas pun tersenyum kecil, memang tidak salah menjadi sahabat selama bertahun-tahun, isi pikiran masing-masing dari mereka dapat terbaca dengan sangat mudah.

Andreas Lu tersenyum kecil, membuat Max Jiang semakin bingung, namun tiba-tiba timbul firasat buruk, sesuai dengan pemahamannya pada Andreas, orang itu pasti sedang merencanakan sesuatu yang buruk.

Melihat kedua mata Max Jiang menatapnya waspada, Andreas Lu pun tahu orang itu sedikit banyak bisa menebak pikirannya, segera berkata dengan datar: “Kali ini aku datang untuk Caterina Jiang, juga untuk Tiffanny Wen.

Tiffanny Wen? Max Jiang mengangkat alis, beberapa hari ini nama itu semakin sering terdengar di telinganya, setiap pulang rumah Caterina selalu menyebut nama itu.

Meski tidak tahu kenapa Andreas tiba-tiba membahas soal Tiffanny, tetapi karena masalah itu melibatkan Caterina dan Tiffanny bersamaan, kemungkinan besar tentang masalah terdorongnya Tiffanny ke dalam air.

Kening mengerut, Max Jiang melihatnya dengan heran, berkata: “Bukankah katamu bukan Caterina yang mendorong Tiffanny, lalu apa yang ingin kamu katakan sekarang?”

Andreas Lu masih mengetuk meja dengan jari-jari tangan, terlintas sedikit ekspresi licik pada wajahnya: “Tiffanny-lah yang memberitahuku bukan Caterina yang mendorongnya, karena dia pasanganku, tentu aku percaya padanya, jika bukan karena Tiffanny membela Caterina, mungkinkah aku akan percaya padamu?”

Kadangkala Max Jiang merasa sangat benci pada Andreas, daridulu pola pikirannya memang tidak mudah diterka oleh orang-orang biasa, namun malah suka sekali berbelit-belit dalam membicarakan sesuatu.

Max Jiang menggigit gigi, meski ingin sekali memukulinya, tetapi tetap ditahan dengan sadar diri, alhasil memilih untuk meladeni Andreas Lu: “Tidak akan.”

“Jadi, apa yang ingin kamu sampaikan disini?”

Andreas Lu mengangkat alis, melihat Max Jiang seolah melihat seorang idiot yang tidak tertolong lagi: “Maksudnya, Tiffanny memang sengaja dicelakai seseorang, dan Caterina Jiang dijadikan kambing hitam.”

Kening Max Jiang semakin mengerut, dia menatap Andreas Lu dengan penuh kebingungan, meski saat mendengar cerita Caterina, dia sempat menduga perempuan itu dijadikan kambing hitam, tetapi teringat Caterina baru pulang beberapa hari, bahkan baru mulai mencari pekerjaan, seharusnya tidak secepat itu menjadi musuh orang, oleh karena itu dia pun tidak berpikir lebih lanjut.

Namun saat Andreas Lu mengungkitnya, Max Jiang terpaksa memikirkannya lagi, sebab dia tahu Andreas bukanlah orang yang suka berbicara sembarang tanpa bukti kuat.

“Andreas, kalau begitu menurutmu siapa yang mencelakai Caterina? Baru beberapa hari dia pulang ke tanah air, bagaimana mungkin memancing dendam seseorang begitu cepat?”

Andreas Lu melihatnya dengan tidak berdaya: “Apakah kamu memindahkan otak sendiri ke kepala orang lain? Kenapa menjadi bodoh sekali?”

Melihat Max Jiang akan segera meluapkan emosi, Andreas Lu pun menggeleng dan berkata: “Sekali mendayung, dua pulau terlampaui, menurutmu siapa yang paling diuntungkan disini?”

Sekali mendayung, dua pulau terlampaui? Terlintas hawa dingin dalam mata Max Jiang, dia menatap Andreas Lu, melihat senyuman dalam pada wajahnya, lalu berkata: “Yang kamu maksud Melody Tsu?”

Alis mata Andreas Lu terangkat, terlintas sedikit kekejutan dalam mata: “Bisa-bisanya kamu tahu?”

Max Jiang tersenyum dingin dengan remeh: “Masalah terjadi di rumah Keluarga Tsu, Caterina dan Tiffanny sama-sama termasuk saingan cintanya, terlihat jelas tujuan dari semua rencana ini.”

Berbicara sampai disini, Max Jiang melihat Andreas Lu dengan cukup kesal, sialan, kenapa sejak kecil banyak sekali perempuan yang menyukainya? Bahkan adiknya sendiri pun tertarik padanya, sedangkan dirinya sendiri hanya bisa terus menjomblo! Benar-benar tidak adil!

Berpikir demikian, Max Jiang pun menyindir Andreas dengan kesal: “Sejak kecil Melody Tsu selalu mengekorimu, setiap kali aku dan Caterina ke tempatmu, dia selalu ada di rumahmu, seolah perangko yang tidak pernah lepas darimu.”

“Sekalipun kamu tidak memerdulikannya, apakah kamu pernah melihatnya menyerah? Semua rencana-rencana liciknya sudah terlihat sejak kecil, sempat mengira setelah pergi ke luar negeri perasaannya padamu akan berkurang, tetapi kelihatannya……”

“Cukup.” Andreas Lu memotong perkataan Max Jiang dengan dingin: “Biarkan saja apa yang Melody inginkan, tetapi satu-satunya yang tidak seharusnya dia lakukan, adalah berkali-kali menentang Tiffanny Wen.”

Max Jiang sangat terkejut melihat Andreas Lu yang meluapkan emosi secara tiba-tiba, melihat wajah Andreas yang suram dan dingin itu, dia mulai merasa penasaran, apakah Tiffanny sungguh seistimewa itu baginya?

Max Jiang kembali melihat ke arah Andreas, tahu saat ini suasana hatinya sedang tidak baik, hanya menghela nafas, berpura-pura tidak sengaja mengungkitnya: “Tiffanny itu perempuan yang kamu minta aku lihat beberapa kali waktu itu? Sepenting itukah dia bagimu?”

Andreas Lu melihatnya sekejap dengan datar, perlahan mengembalikan wibawanya, meneguk kopi dan berkata: “Soal ini tidak perlu kamu urus.”

Max Jiang melihat kopi di depan mata, terlintas sedikit keraguan dalam hati, karena tidak berdaya, akhirnya pun berkata dengan pelan: “Aku tahu, tetapi saat ini Caterina masih tidak bisa menghapuskan perasaannya padamu….”

“Lalu memangnya kenapa?” Andreas Lu memotong perkataan Max Jiang dengan tidak sungkan sama sekali: “Kamu tentu tahu seperti apa sikapnya padaku waktu itu, sekarang kamu kira sebuah kata maaf cukup untuk menyelesaikan semuanya? Max, karena menghargaimu aku tidak bersikap keterlaluan padanya, jika dia tetap bersikeras dan bertindak seenaknya, jangan salahkan aku.”

Perkataan Andreas Lu sudah sampai pada titik itu, jika Max Jiang masih tidak mengerti juga, maka rugi sekali dia telah dekat dengan Andreas selama bertahun-tahun.

Max Jiang menghela nafas berat, menyeruput kopi yang sudah mulai dingin, rasa pahit memenuhi kerongkongannya, dia mendorong pergi gelas kopi itu, berkata pada Andreas: “Sudahlah, kedatanganmu kali ini tentu bukan sekedar memintaku mengingatkan Caterina, katakan saja ada apa?”

Andreas Lu bergumam dingin, melihat Max Jiang sekilas, dalam mata tertulis beberapa kata : Kamu tidak sebodoh yang aku kira.

“Aku sudah meminta orang mencari tahu, masalah itu terjadi pada beberapa hari yang lalu, Caterina sempat menemui Melody Tsu.

Max Jiang segera mengangkat kepala melihat Andreas, berkata dengan kesal: “Maksudmu mencurigai Caterina bekerja-sama dengan Melody?”

Andreas menggelengkan kepala dengan ekspresi datar: “Jika mereka bekerja-sama, Melody tidak mungkin menjadikan Caterina kambing hitam, oleh karena itu, Melody murni sedang memanfaatkan Caterina.”

Novel Terkait

Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu