Precious Moment - Bab 117 Melakukan Apa Yang Disukainya

Pagi-pagi keesokan harinya, Tiffanny Wen mendengar jam alarm samar terdengar di sekitarnya, ia pun tidak sadar langsung meraba-raba mencari keberadaan ponselnya. Akhirnya, ia malah menyentuh sesuatu yang hangat dan lembut. Tanpa sadar, Tiffanny Wen pun meremasnya. Tiba-tiba, terdengar suara malas dan rendah, suara itu terdengar dari atas kepalanya.

"Menyentuh apa kamu?"

Tiffanny Wenn panik sampai rasa kantuknya benar-benar hilang. Ia membelalakan matanya, lalu melihat sepasang mata yang familier di matanya. Pupilnya membesar, ia menyipitkan matanya, bibirnya yang tipis melengkungkan senyuman jahat.

Andreas Lu??!! Kenapa dia ada di tempat tidurku!!??

Tiffanny Wen panik, kemudian memulihkan kewarasannya, ia malah lupa kalau orang yang ada di sampingnya ini adalah...

"Brak!"

Stella Lu langsung duduk tertawa terbahak-bahak saat melihat Tiffanny Wen langsung loncat dari tempat tidur.

Tiffanny Wen benar-benar sadar, ia juga ingat bahwa Stella Lu tidur di sini tadi malam.

Dengan diam-diam merangkak dari lantai, menatap Stella Lu dengan wajah kesal, "Kak Stella, kamu mengagetkanku, aku pikir Andreas Lu..."

Stella Lu menghapus air mata dari tawanya, lalu memandang Tiffanny Wen dengan senyum jahat, "Aku ini membantumu mencarikan ponselmu, tapi kamu malah asal pegang. Untungnya kamu masih bilang kalau aku masih normal."

"Tapi apakah kamu benar-benar ingin Adreas yang ada di tempat tidurmu? Bagaimana kalau aku meneleponnya? Tidak usah membayar biaya pengiriman ya."

Tiffanny Wen memerah, ia malu dan menolah, "Bukan, siapa suruh muka kalian mirip sekali!"

"Aku pasti mirip dengannya, siapa yang suruh kami jadi adik kakak?" Stella Lu mengangkat bahu dengan tak berdaya, memandangi wajah Tiffanny Wen yang memerah, dia ingin terus menggodanya, tetapi Stella Lu mendongak melihat jam, lalu menahan dirinya.

"Oke, Fanny, sudah siang. Ayo kita beres-beres dan bersiap untuk pergi bekerja."

Tiffanny Wen berdiri dengan pipi yang memerah, ia mengangguk dalam diam. Tiba-tiba ia teringat masih ada hal yang membuatnya pusing yang belum selesai di perusahaan.

"Oh iya Kak Stella, kemarin kamu bilang punya cara apa untuk memiliki hubungan yang baik dengan orang-orang di departemen desain."

"Hmm? Aku lupa beritahu kamu ya? Sini sini, dekatkan telingamu."

Tiffanny Wen diam-diam mendekatkan telinganya, mengangguk perlahan.

"Oke, selama kamu ingat poin utamanya, hal yang paling disukai oleh para wanita hanya ini, tapi sudah terlambat untuk membelinya sekarang. Aku baru membelinya kemarin. Kamu bisa mencobanya dulu."

"Baik baik, terima kasih Kak Stella."

"Tidak usah sungkan, kita ini saudara."

……

Saat sampai di kantor, setelah melewati tiga hari yang buruk, suasana di kantor masih sangat membosankan. Orang-orang masih mengabaikan tekanan Tiffanny Wen dari "Tiga Geng".

Saat ini, "Tiga Geng" berdiri dengan jijik di meja Tiffanny Wen, satu per satu mencibirnya.

"Tiffanny karyawan luar biasa, bagaimana kamu menulis laporan seperti ini?"

"Betul, karyawan yang baik tidak seharusnya seperti ini, kamu tidak boleh terlalu bangga dan berpuas diri ya."

"Hubungan itu kalau dipakai sekali ya tidak apa-apa, tapi kamu tidak bisa meyakinkan orang lain dengan kinerja ini."

"Kami dikirim oleh Supervisor Sun dan meminta kami untuk mengawasimu untuk memperbaiki laporan ini lagi. Kami hanya bisa menyerahkannya kepada Supervisor Sun setelah kami melewati pengawasan."

Tiffanny Wen menundukkan kepalanya, hatinya terasa sedikit tercekik, tetapi ia hanya bisa diam dan sesekali mengangguk.

Kemudian "tiga geng" duduk tidak jauh dari Tiffanny Wen. Mereka semua datang untuk mengawasi Tiffanny Wen, tetapi sebenarnya mereka hanya duduk di sana mengobrol dan tertawa.

Dan Tiffanny Wen juga senang mereka berdiskusi di depan dirinya, karena dia masih khawatir tentang bagaimana menanyakan tentang preferensi mereka bertiga. Akibatnya, mereka membahasnya di depan dirinya sendiri. Tiffanny Wen berhenti menulis dan diam-diam mendengarkan percakapan mereka. Menyaring informasi yang berguna untuk dirinya.

Setelah beberapa saat, Tiffanny Wen kurang lebih sudah berhasil mengeksplorasi preferensi mereka-- Lesly mengeluhkan kulitnya rentan terhadap minyak baru-baru ini, ada beberapa jerawat kecil di wajahnya; Tiara suka berbagai aksesoris kecil dan baru-baru ini mematahkan parfum favoritnya; Diane berkata bahwa tasnya agak mengelupas, dan ia ingin mengganti tasnya.

Tiffanny Wen diam-diam menghitung hal-hal yang didanai oleh Stella Lu di dalam hatinya, diam-diam juga menggantungkan senyum harapan di bibirnya.

"Eh, kalian mengobrol saja dulu, aku mau ke toilet."

Tiffanny Wen yang sudah terjerat bagaimana harus mengirim barang-barang berikutnya, mendengar kesempatan itu, ia menatap Lesly yang baru saja berjalan pergi, lalu bangkit dan mengikutinya dengan alasan ingin buang air kecil.

Melihat Lesly baru saja keluar dari toilet, Tiffanny Wen menyalakan keran dan mencuci tangannya. Ketika Lesly datang ke sisinya, Tiffanny Wen dengan sengaja atau tidak sengaja menyebutkan "Kak Lesly, aku baru saja mendengar Kakak mengeluhkan kulit Kakak rentan terhadap minyak, dan juga menimbulkan jerawat kecil ya?"

Lesly melirik Tiffanny Wen dengan ringan, kemudian melanjutkan menata rambutnya di cermin, lalu menjawabnya dengan acuh tak acuh, "Ya, kenapa? Kamu tidak pernah punya jerawat?"

Tiffanny Wen tahu Lesly sudah salah paham, lalu ia melambaikan tangannya dengan cepat, menjelaskan, "Tidak, tidak, tidak, KakLesly, Kakak salah paham, aku memiliki saudara, dia memberiku satu set kosmetik, dia bilang kosmetik itu bisa mengontrol minyak yang menimbulkan jerawat hingga bisa membersihkannya dengan baik... Karena kulitku terlalu kering, jadi sangat tidak cocok untukku. Awalnya, aku membawanya untuk menanyakan apa direktur Gu membutuhkannya atau tidak. Tapi aku malah mendapati gejalanya kebetulan sama dengan yang diucapkan oleh Kak Lesly, oleh karena itu aku ingin bertanya, apa Kak Lesly perlu atau tidak..."

Lesly selesai merapikan rambutnya, ia mengambil lipstik merah untuk merias wajahnya, melirik Tiffanny Wen dengan jijik. Saudaranya paling satu level rendahnya dengan dia, kosmetiknya pun pasti kosmetik yang tidak bagus.

Lesly mencibir dan bertanya dengan santai, "Merek apa..."

Tiffanny Wen meletakkan tangannya di dagunya dan berpikir sejenak, "Sepertinya itu adalah Snow Bubble dari Caulaise, emm... Disebut Snow Elf Set..."

Lesly masih mengenakan lipstik dengan tenang. Ketika Tiffanny Wen mengatakan kosmetik Snow Elf, tangannya bergetar, sampai hampir tak fokus menggunakan lipsticknya.

Snow Elf? Set tingkat tinggi Caulaise? Harga satu set VIP adalah 7899 yuan, ditambah persediaannya terbatas, setiap cabang-cabangnya pun hampir kehabisan stok? Dan saudaranya memberikan kepadanya begitu saja? Mungkinkah ini saudara Louise?

Lesly terkejut, ia tercengang di depan cermin sampai lupa untuk menanggapi Tiffanny Wen. Tiffanny Wen melihat Lesly tidak meresponsnya untuk waktu yang lama. Ia berpikir rencananya sudah gagal, ia sedikit sedih dan berkata, "Kalau Kak Lesly tidak menyukainya, ya sudah, lupakan saja.... Aku mungkin akan mengembalikannya kepada saudaraku..."

Setelah selesai berbicara, Tiffanny Wen langsung berencana untuk pergi. Melihat riasan di tangannya hampir terjatuh, ia meletakkan lipsticknya. Kemudian, dengan mata yang berbinar melihat punggung Tiffanny Wen lalu mengikutinya.

Lesly dan Tiffanny Wen berjalan berdampingan, Tiffanny Wen pun tersenyum.

"Tiffanny, apa kamu yakin saudaramu memberimu Snow Elf?"

"Yah, itu pasti, logo pada kemasannya masih cukup besar, dan kakakku, dia menarikku dan terus-terusan memberitahuku efek dari kosmetik itu."

"Tiffanny, saudaramu benar-benar murah hati. Aku sudah lama melihat kosmetik itu, karena sangat dicari orang-orang. Aku selalu tidak berhasil menemukannya. Saudaramu memberikannya kepadamu begitu saja, aku benar-benar iri."

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
5 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu