Precious Moment - Bab 293 Tentu Saja, Kamu Yang Paling Enak

Tiffanny Wen duduk sendirian di kamar yang kosong. Di sekitarnya selain suara hujan yang terus turun, rasanya hanya ada suara napasnya saja.

Tiffanny Wen bersandar di ujung ranjang dengan tenang, menatap kegelapan di luar, tetaplah malam yang tidak ada bulannya. Rasa kesepian yang datar muncul dalam pemikirannya. Semua yang terjadi hari ini terasa begitu fiksi, tapi ingatannya malah begitu nyata.

Tiffanny Wen perlahan-lahan menutup mata, mendengar suara air hujan di luar, jendela tidak tertutup rapat, angin sepoi-sepoi masuk, membawa sedikit kedinginan, semuanya seperti begitu familiar, tapi sisinya malah tidak ada kehangatan yang lembap itu.

Tiffanny Wen tersenyum menyindir. Benaknya muncul tampang sepasang pria dan wanita yang selingkuh, tampang yang familiar, tapi malah membuatnya merasa jijik. Dulu mungkin pernah kali, tapi malah dikubur sendiri oleh pria itu ....

Bagaimana dengan sekarang? Apa sekarang masih ada orang yang dia suka? Apa dia, masih berani mencintai seseorang ....

"Tiffanny, ada apa denganmu? Tidak apa-apa 'kan?"

Mendengar suara dari samping yang rendah dan serak, tapi Tiffanny Wen malah tidak menganggap itu semua sebagai halusinasinya, melainkan tetap tenang dalam pemikirannya sendiri.

Suara yang familiar, sepertinya bukan pertama kali dia mendengar suara itu. Baik itu di saat pingsan atau saat apapun ... Andreas Lu ... sebenarnya dia .... suka .... pada pria itu atau tidak?

Di saat hampir mengeluarkan suara, Tiffanny Wen malah merasakan sebuah tangan hangat berada di dahinya, sangat hangat, tapi malah tidak ada tanda-tanda kehidupan ....

Tiffanny Wen dibuat terkejut oleh hal yang terjadi ini, membuka mata dengan cepat, tapi malah melihat Andreas Lu yang mengenakan pakaian pasien sedang berdiri di samping, saat ini sedang menatapnya dengan wajah rumit, "Kamu ini gila apa lagi?"

Tiffanny Wen tersentak selama beberapa detik, matanya terkejut, seperti ada bintang yang jatuh, "Andreas, kenapa kamu datang?"

Melihat tampang Tiffanny Wen yang terkejut, perasaan Andreas Lu juga jauh lebih baik, dan dia mengangkat alis kecil, "Tidak tenang padamu, jadi datang ke sini untuk melihat."

Meskipun hanya beberapa kata yang singkat saja, tapi malah seperti ada sihirnya, tidak hentinya berputar di benak Tiffanny Wen. Meskipun ekspresi di wajah Tiffanny Wen kelihatannya tidak ada perubahan, tapi sebenarnya hatinya sudah mekar sebuah bunga matahari.

"Bagaimana tubuhmu? Tidak apa-apa 'kan?"

Andreas Lu mengangkat bahu dengan datar, "Aku paling jelas dengan tubuhku sendiri, aku tidak lemah sepertimu."

Andreas Lu melihat sekilas satu kantong buah-buahan yang besar dan matanya terlihat waspada, "Ada yang datang ke sini, juga mengantarkan buah-buahan padamu."

Tiffanny Wen melihat buah-buahan di ujung ranjang dan menjawab dengan santai, "Tadi Luis datang ke sini, dia yang berikan."

Andreas Lu mengangkat alis, matanya penuh dengan kebingungan, anak muda yang sama sekali tidak tahu diri itu? Untuk sesaat sudah hampir melupakan pria itu, tapi kenapa pria itu tahu Tiffanny Wen masuk rumah sakit? Karena bagaimanapun ini bukan Kota Luo.

Andreas Lu berpikir sesaat, tidak mengerti apa yang terjadi, lebih baik tidak dipikirkan lagi. Matanya penuh dengan perasaan tidak menganggap hal itu penting, yang jelas anak muda itu tidak akan menang melawannya. Tidak peduli seberapa baik anak muda itu pada Tiffanny Wen, Tiffanny Wen pada akhirnya akan menjadi milikku.

Andreas Lu berpikir dan matanya penuh dengan rasa pasti diterima. Melihat Tiffanny Wen sedang menggigit apel, dia langsung mengangkat pergelangan tangan Tiffanny Wen dengan diktaktor lalu menggigit satu suap di apel itu.

Tiffanny Wen dibuat terkejut oleh gerakan Andreas Lu yang tiba-tiba ini, tanpa sadar melepaskan tangan, lalu apel itu direbut begitu saja oleh Andreas Lu.

Pikiran Tiffanny Wen tidak bisa mengikuti perkembangan yang ada. Kalau mau makan, di samping 'kan ada, kenapa merebut apel yang sudah dia makan setengah? Bukankah pria ini phobia kebersihan?

"Andreas, apa yang kamu lakukan? Itu 'kan apelku."

Andreas Lu menggigit apel dengan senyum jahat dan berkata, "Lambungmu masih belum sembuh. Apel ini dingin, setelah dimakan, perutmu akan sakit."

Tiffanny Wen diam-diam memutar bola mata, bunga matahari dalam hatinya dengan cepat mengering. Dengan ekspresimu itu, aku percaya baru aneh.

"Andreas, bukankah kamu ada phobia. Di samping ada banyak apel, tapi apel itu sudah aku makan setengah, malah kamu rebut."

Andreas Lu memakan beberapa suap apel yang tersisa, lalu melempar apel itu masuk ke tong sampah dengan anggun, tapi juga terlihat masih belum puas, menjilat bibir sambil berwajah jahat kepada Tiffanny Wen.

"Sudah kubilang, aku merasa yang pernah kamu makan itu yang paling enak."

Andreas Lu berhenti sebentar lalu menambahi, "Tentu saja, kamu yang paling enak."

Wajah Tiffanny Wen seketika merona, lalu dia memelototi Andreas Lu. Baru saja mau mengatakan sesuatu, Melody Tsu berjalan masuk.

Karena Andreas Lu saat masuk, melihat Tiffanny Wen memejamkan mata dan tidur bersandar di ujung ranjang, dia mengira terjadi sesuatu pada Tiffanny Wen, jadi tidak menutup pintu.

Begitu Melody Tsu masuk, dia memelototi Tiffanny Wen dengan wajah masam, dan saat melihat ke arah Andreas Lu seketika menjadi lembut, "Andreas, kenapa baru sebentar aku dan Ibu Shen pergi, kamu sudah pergi ke sini. Malam hari dingin, Kak Andreas lebih baik pulang dan istirahat saja. Dokter sudah berpesan menyuruh Kak Andreas harus istirahat dengan baik."

Mau Melody Tsu membujuk seperti apapun, tapi Andreas Lu tetap memilih untuk mengabaikan.

Sedangkan Tiffanny Wen mendengar perkataan Melody Tsu, malah merasa sedikit benar. Karena bagaimanapun terjebak di dalam gua begitu lama, pasti sedikit banyak masih mengandung sedikit efek sampingnya.

"Andreas, kesehatan lebih penting, lebih baik kamu kembali dulu saja."

Andreas Lu tertawa ringan, "Tidak apa-apa, aku mengerti tubuhku sendiri. Kamu urus dirimu sendiri saja."

Awalnya berbaik hati ingin mempedulikan Andreas Lu, tapi malah tiba-tiba dihiraukan oleh pria ini. Tiffanny Wen sedikit marah dan mengalihkan pandangan, seperti tidak ingin berbicara dengan Andreas Lu.

Tapi saat Tiffanny Wen menolehkan kepala, dia tidak melihat kecemburuan dan kebencian di mata Melody Tsu, yang bahkan bertambah perasaan tidak terima juga.

Kenapa? Kenapa tidak peduli bagaimana dia memperhatikan Kak Andreas, di mata pria itu hanya ada Tiffanny Wen. Mau sebesar apapun usahanya, pria itu tetap mengabaikannya. Kenapa apapun yang dia katakan tetap tidak dipedulikan oleh pria itu. Kenapa begitu Tiffanny Wen bicara, pria itu akan tertawa, bahkan tertawa dengan begitu lembut?!

Melody Tsu berhenti di belakang tubuh Andreas Lu, menatap Andreas Lu dan Tiffanny Wen saling "memarahi satu sama lain", mengepalkan tangan dengan erat, jari-jari indahnya menusuk ke dalam telapak tangan, membuat sakit sarafnya, tetapi tetap tidak dapat meredam amarah dalam hatinya.

Dia harus mengursir Tiffanny Wen dari sisi Kak Andreas. Meski harus ... meski harus ... menyuruhnya menghilang untuk selamanya .....

Mata Melody Tsu terlihat kejam, sayangnya ... bukan sekarang ....

Kekejaman di mata Melody Tsu lewat begitu saja, kemudian digantikan dengan tampang besar hati, "Kak Andreas, Ibu Shen pergi menjemput nenek, mungkin juga akan segera kembali. Kita lebih baik kembali dulu saja. Kalau setelah nenek datang dan tidak melihatmu, dia akan marah ...."

Sedangkan di sisi lain, Violet Shen sedang memapah Nenek Lu, perlahan-lahan berjalan ke arah kamar pasien Andreas Lu. Sedangkan begitu masuk, hanya terlihat ranjang kosong, tidak ada Andreas Lu, bahkan Melody Tsu juga tidak tahu pergi kemana.

Nenek Lu awalnya mendengar cucunya hilang, sudah cukup marah. Jason Lu juga dihajar sampai besar-besaran. Dan sekarang cucunya sudah susah-susah dibilang ketemu, tapi masuk rumah sakit, dia pergi jauh-jauh tapi hanya melihat kamar pasien yang kosong.

Seketika, Nenek Lu langsung marah dan memarahi dengan suara kencang, "Dimana orangnya? Dimana cucu kesayanganku?!"

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu