Precious Moment - Bab 388 Apakah tidak berniat aku menetap

“Jika benar-benar ingin melakukannya, kalau begitu pergilah!” Andreas Lu berpikir sejenak, tersentuh oleh Tiffanny Wen, maka membuka mulut mengiyakan.

“Benarkah?” Tiffanny Wen dengan gembira menanyakan, nada suaranya yang tinggi.

“Untuk apa aku membohongi kamu, kamu ingin memngerjakannya maka pergilah! Tetapi ingat, jika sudah lelah, susah, maka pulanglah, aku selalu berada dibelakangmu!” Andreas Lu menatap Tiffanny Wen, matanya terlihat lembut disertai dengan senyuman.

Tiffanny Wen memeluk Andreas Lu, suaranya merendah berkata; “Baik, aku tahu, Aku tahu kamu selalu berada dibelakangku , tidak pernah meninggalkanku!”

Sesaat, mereka berdua saling berpelukan dengan erat, hanya merasakan ketenangan.

“KRUYUK-----” suara ini menghancurkan suasana itu.

Tiffanny Wen mendengar suara perut Andreas Lu, tercengang, lalu tertawa.

Anfreas Lu melihat Tiffanny Wen yang tertawa, merasa kikuk, tetapi dia berpikir kembali, dia sendiri hanya peduli tentang marah, sepertinya belum makan siang, berpikir, tersinggung karena Tiffanny Wen tertawa: “Apa yang kamu tertawakan, ini semua karena kamu!”

“Aku?” Raut wajah Tiffanny Wen berubah, sejak kapan aku membuat dia kelaparan!

“Heng, belum lagi menunggu seseorang menelepon pada siang hari untuk makan bersama, terakhir orang tersebut tidak menelepon!” Andreas Lu menyipitkan mata pada orang yang ada di pelukannya itu.

“Hah! Baiklah! Salahku!” Tiffanny Wen berdiri, menarik tangan Andreas Lu dan berkata: “Ayo jalan, pergi menebus kesalahanku! Aku akan mentraktir kamu makan!”

Andreas Lu tersenyum, mengikuti langkah Tiffanny Wen berjalan keluar.

“Kamu ingin makan apa?” duduk di dalam mobil, Tiffanny Wen membalikkan badannya menghadap Andreas Lu dan bertanya.

“Apapun juga boleh, selama kamu mengajak aku makan!” Andreas Lu berkata pada Tiffanny Wen, sambil tersenyum.

Tiffanny Wen berkata dalam hati, bisa mengucapkan kata-kata manis, lalu tanpa menoleh Andreas Lu, berkata: “Kalau begitu makanan Kantonese food!”

“Baik!” Setelah Andreas Lu mengatakannya, maka membuka pintu dan pergi ke restoran kantonese.

Setelah selesai makan, Tiffanny Wen melihat jam bandul, kembali memikirkan membuat design kostum, dia sendiri kekurangan dana, maka membuka mulut berkata kepada Andreas Lu: “Waktu sudah malam, ayo kita pergi berkeliling, aku berpikir ingin membeli sesuatu untuk dipakai untuk design.”

Andreas Lu tahu bahwa Tiffanny Wen senang menggambar di kertas, tetapi di rumah sudah tiada kertas lagi, maka dia menyetujuinya.

Kedua orang itu kembali membuka mobil ke Louise Group Hypermarket.

Tiffanny Wen memanggil Andreas Lu mendorong kereta dorong kecil, sendiri berjalan kedalam, melihat barang yang dia perlukan, lalu meletakannya kedalam.

Andreas Lu melihat isi kereta dorongnya yang semakin lama semakin dipenuhi dengan makanan ringan, raut wajahnya berubah.

Dari belakang berkata dengan dingin: “Kamu tidak membeli kertas dan pen untuk design? Kalau begitu kenapa kamu membeli makanan ringan sebanyak ini?”

Tiffanny Wen tidak memperdulikan, tetap melanjutkan mengambil makanan yang dia inginkan ke dalam kereta, lalu berkata: “Makan! Selama di rumah sakit, dari awal sudah ngidam, tetapi tidak dapat keluar untuk membeli, sekarang ada tenaga kerja gratis, aku hanya membeli banyak untuk pasokan!”

Andreas Lu terdiam.

Tiffanny Wen terakhir mengambil kertas dan pen untuk design ke dalam kereta, lalu tersenyum dan berkata: “Baiklah, sudah selesai belanja, sekarang pergi membayar!’

Andreas Lu bertanya, merapikan alisnya, mengejek: “Sudah selesai, aku kira kamu akan memindahkan semuanya!”

“Bagaimana mungkin? Setelah makan habis baru datang membeli lagi!” Tiffanny Wen tertawa, membalikkan badan dan berjalan ke kasir.

Andreas Lu menggoyangkan kepalanya, mengikutinya.

Setelah membayar belanjaan, Tiffanny Wen membawa barang designnya sendiri, kedua tangan Andreas Lu membawa dua tas belanjaan yang besar di belakang.

Andreas Lu menaruh tas belanjaan itu ke bagasi mobil, lalu membuka pintu dan masuk ke dalam mobil: “Kerumah ku?”

“Tidak, pulang kerumah ku, aku tidak ingin tidur di kamar tamu.” Tiffanny Wen menggelengkan kepalanya, ingin pulang kerumah sendiri.

Andreas Lu bertanya, menggerakkan alisnya, dengan lembut berkata: “Kamu juga boleh tidak tidur di kamar tamu! Kamarku selalu menyambut kamu!”

Tiffanny Wen berkata, tidak berniat untuk memperdulikan bajingan ini.

“Baiklah, sepertinya kamu sudah tidak penasaran dengan kamarku lagi, hanya bisa menunggu waktu berikutnya!” Andreas Lu menyayangkan.

Beberapa puluh menit kemudian, sampai di perumahan tempat tinggal Tiffanny Wen, Andreas Lu selesai memarkir mobil, melihat Tiffanny Wen yang tertidur di mobil, tidak bisa membantu tetapi matanya memancarkan rasa kasihan, hari ini, Fanny juga kelelahan.

Menunggu sejenak, Tiffanny Wen belum ada tanda-tanda bangun, Andreas Lu takut tidur di mobil akan kedinginan, lalu membuka mulut membangunkan dia: “Fanny, sudah sampai rumah, cepat bangun!”

Setelah TiffannyWen mendengar suara Andreas Lu, pelan-pelan bangun, menguap, menyegarkan diri, lalu berkata: “Ayo jalan, pulanglah dulu!”

Tiffanny Wen berjalan di depan, Andreas Lu mengikutinya dari belakang sambil membawa dua tas belanjaan makanan ringan.

Tiffanny Wen membuka pintu, lalu membiarkan Andreas Lu masuk.

Andreas Lu meletakkan tas belanjaan, lalu dengan sendirinya duduk di sofa.

Tiffanny Wen tidak memperdulikan dia, menerima secangkir air, dan minum.

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen yang sedang minum, lalu membuka mulutnya dan bertanya: “Mengapa hanya minum sendiri, mana punya ku?”

“Tuang sendiri untuk minum!” Tiffanny Wen lanjut minum.

“Heh, tuang sendiri ya tuang sendiri.’ Andreas Lu berjalan ke dapur, mengambil air, lalu meminumnya.

Tiffanny Wen selesai minum, lalu berbaring di sofa, melihat Andreas Lu membuka mulut berkata: “Pulanglah jika selesai minum!”

Andreas Lu berkata, sambil tertawa: “Hari sudah malam, kamu tidak khawatir aku membuka mobil pulang sendiri?”

“Sangat yakin!” Tiffanny Wen dengan wajah tersenyum berkata, tanpa ragu berkata.

“Ai! Tetapi aku tidak yakin pada diri sendiri!” Andreas Lu berkata, dengan segera berjalan dan duduk di samping Tiffanny Wen.

“Ayolah, sudah cukup! Bukankah kamu hanya ingin tinggal? Untuk apa berkata begitu banyak alasan?” Tiffanny Wen tertawa mengekspos dia.

Andreas Lu mendengar, dengan jahat mendekati Tiffanny Wen, membuka mulut berkata: “Kamu tidak ingin aku tinggal?”

Tiffanny Wen bersembunyi di belakang, lalu membuka mulut: “Tidak ingin, sedikitpun tidak!”

Andreas Lu tidak tersenyum lagi, bergerak mendekati Tiffanny Wen.

“Tetapi aku ingin, bagaimana?”

Tiffanny Wen berkata, tertawa, “Sudahlah, cepat pulang! Jangan selalu ingin tetap tinggal di sini setiap saat! Mereka yang tidak tahu, melihat kamu selalu berada di sini, berpikir kalau kita adalah suami istri!”

Andreas Lu berkata, matanya bersinar, benar, suami istri boleh tinggal bersama.

Berpikir sampai sini, Andreas Lu dengan sibuk berkata: “Suami istri kah? Hanya jika kamu ingin, aku bisa menjadi suami istri!”

Tiffanny Wen menganggap Andreas Lu sedang bercanda, tidak mempercayai dia, dengan ringan mendorong dia, berkata: “Jangan bercanda, cepat pulang!”

Andreas Lu berkata, mengerutkan dahinya, dengan tidak senang berkata: “Aku tidak bercanda, apa yang aku katakan ini benar, jika kamu mau, kita dapat menjadi suami istri, besok kita pergi mendata!”

Tiffanny Wen melihat tatapan Andreas Lu yang serius, membeku seketika.

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen yang membeku, kedua tangannya meraih bahu Tiffanny Wen, sekali lagi berkata : “Fanny, apa yang aku katakan ini benar, jika kamu ingin kita menjadi suami istri, kita boleh menikah.”

Tiffanny Wen melihat Andreas Lu yang ada di depannya, sekejap tidak tahu bagaimana harus berkata.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu