Precious Moment - Bab 346 Balas Dendam Secara Terang-terangan

Mengetahui bahwa Tiffanny tidak mengenakan pakaiannya, tanpa tahu mengapa, hanya dengan menatap tubuh yang sangat putih bak hamparan salju itu, Andreas pun merasa begitu tergoda.

Setelah menelan ludahnya, Andreas perlahan-lahan memalingkan tatapannya, melihat ke pemandangan malam di luar jendela. Setelah menjadi lebih tenang, akhirnya dia pun dapat menghela nafas panjang.

"Aku adalah seorang laki-laki. jadi tidak heran jika aku merasa sangat tidak berdaya."

Terdengar rasa ketidakberdayaan di dalam kata-katanya itu, tetapi juga ada kemanjaan di dalamnya. Suaranya beratnya itu sungguh mempesona, sehingga hati Tiffanny sedikit tersentuh, dia tertarik untuk membuka matanya melihat ekspresi Andreas saat ini, tapi dia bertahan untuk menolaknya.

Tidak, tidak, tunggu dulu! Tidak boleh menunjukannya!

Andreas perlahan-lahan berjalan ke samping ranjang, membungkuk, lalu dengan lembut menaruh lengan Tiffanny ke dalam selimut, kemudian dengan hati-hati menyelimutiTiffanny dan merapikan selimutnya itu.

Setelah itu, dengan perlahan-lahan Andreas berdiri di samping ranjang, menatap Tiffanny yang sedang "mendengkur dalam tidurnya". Dengan senyuman ringan, satu tangannya diletakkan di sisi bantal Tiffanny, kemudian tangan yang lainnya dengan lembut mencubit wajah halus Tiffanny. Meski tampaknya pipinya itu tidak terlalu berisi, tetapi rasanya enak.

Tiffanny mengerutkan keningnya, lalu sedikit mengerang. Tampaknya dia telah dibangunkan oleh Andreas, tetapi tidak ada banyak perlawanan. Andreas dengan lembut mengangkat alisnya, ada garis senyuman melintas di matanya.

Setelah mengluarkan tawanya, kemudian Andreas berkata pada dirinya sendiri, "Kamu sungguh tidak berdaya. Jika suatu hari aku tidak ingin menjadi pria terhormat, maka kamu harus lebih berhati-hati."

Tiffanny pun berceloteh di dalam hatinya, tanpa sadar mulut kecilnya itu tanpak sedikit begerak: Jika kamu tidak ingin menjadi pria terhormat, maka aku akan membantumu menjadi kasim! Huh!

Melihat mulut mungil Tiffanny tampak bergerak, garis senyum di mata Andreas tampak semakin jelas terlihat. Dengan perlahan dia membungkuk, lalu dengan lembut mencium bibir Tiffanny.

Tetapi untuk menghindari agar wanita itu terbangun, Andreas hanya beberapa kali mengecup bibirnya, tanpa banyak gerakan. Tentu saja, sebelum dia pergi, dia masih menggigit bibir merah Tiffanny.

Setelah itu, dia segera bangkit. Melihat bahwa wanita itu masih "tertidur", Andreas tersenyum, lalu mendekati telinga Tiffanny, kemudian berbisik: "Ini adalah hukumanmu."

Usai berkata, Andreas dengan senang hati meninggalkannya.

Walaupun Tiffanny ingin agar Andreas dapat pergi secepat mungkin, karena dirinya sudah hampir tidak dapat berpura-pura lagi. Tapi dia benar-benar merasa bahwa bantal yang ada di sampingnya itu terasa kosong, lalu nafas yang akrab baginya itu mulai menghilang.

Tangan yang ada di dalam selimut itu pelan-pelan terangkat, membeku sejenak, lalu dengan perlahan Tiffanny kembali meletakkannya lagi

Mendengar suara pintu tertutup, Tiffanny pun segera membuka matanya, dalam sekejap wajahnya memerah. Dia menarik selimut, menutupi wajahnya. Dengan merasa sangat malu berguling-guling di atas ranjang.

Segera setelah itu, dia terbungkus dengan selimut, menjadi seperti lumpia.

Setelah beberapa saat, Tiffanny baru menjulurkan kepalanya dari dalam selimut itu, melihat sekelilingnya. Setelah memastikan bahwa Andreas tidak ada di sana, dia pun menepuk-nepuk ranjang.

"Andreas, dia sungguh adalah seorang pendendam! Bukankah aku menggigitnya dulu, karena untuk menyisakan bekas di tubunya? Sekarang dia malah menggigit diriku setiap saat! Dia sungguh menyebalkan, sama sekali tidak dapat mengasihani wanita! Terlebih lagi hukuman apa yang dia maksud ?! Jelas-jelas dia ssedang membalaskan dendamnya pada diriku!"

"Dasar orang keji! Dia suka sekali mempermasalahkan hal sepele! Sangat berlebihan! Sungguh menyebalkan!"

Setelah mengoceh beberapa saat, Tiffanny dengan kesal kembali menarik selimutnya, membalikkan badannya, membungkus tubuhnya dengan selimut itu, kemudian dengan terengah-engah menutup matanya untuk tidur.

"Malam ini aku tidak membiarkan kamu tidur di atas ranjang, kamu tidur saja di sofa!"

Keesokan harinya, Tiffanny dibangunkan oleh alarm dalam tubuhnya. Tanpa sadar meraba-raba sekitarnya, tetapi dia tidak menggapai ponsel yang ada dibenaknya itu.

Dia pun segera bangkit duduk, teringat bahwa faktanya dirinya sedang berada di dalam hotel saat ini, Tiffanny pun menatap jam dengan bingung. Pada saat ini, alarm di ponselnya seharusnya berdering, tapi

Dalam sekejap, Tiffanny teringat ketika dia pergi ke toilet, tasnya masih ada di sana. Dalam benaknya, dia tidak dapat membatu tetapi terpikirkan bahwa masalah dengan ponselnya itu bukanlah apa-apa, tetapi ada dompetnya di dalam tasnya! Dia hanya memiliki satu foto dengan ibunya, dan foto itu ada di dalam dompetnya!!

Memikirkan hal ini, Tiffanny pun segera mengangkat selimutnya, segera mencoba untuk mencari tasnya. Tetapi tiba-tiba dia merasa kedinginan, dia menunduk, lalu dengan cepat kembali ke dalam ranjang.

Pada saat ini, Tiffanny menatap sebuah kantong yang ada di samping bantalnya, ada sedikit rasa ingin tahu melintas di matanya, karena dia dapat mengingat jelas bahwa tidak ada seorang pun yang tidur di ranjangnya sebelum dirinya tertidur tadi malam. Setelah melihat-lihat isinya, dia menemukan bahwa itu adalah pakaian baru. Tiffanny mengeluarkan semua pakaian itu, lalu memandangnya. Baju, celana panjang dan mantel itu terlipat rapi, bahkan terdapat bra juga di dalamnya.

Tiffanny mengangkat sudut mulutnya, tapi dia masih tidak bisa menyembunyikan rasa terkejut dalam tatapannya itu: Apakah Andreas keluar lagi tadi malam untuk membeli pakaian untukku?

Tifanny terkekeh mengambil bra polka dot merah muda itu. Tetapi ketika memikirkan wajah kaku Andreas saat membelikan pakaian dalam itu untuk dirinya, bahkan memilih bra yang begitu naif ketika dia mengejutkan orang yang melihatnya, Tiffanny merasa geli, tetapi pada saat yang sama, dia merasakan kehangatan di dalam hatinya.

Sambil tersenyum Tiffanny menggelengkan kepalanya, menatap pakaian robek yang masih tergeletak di lantai, tatapannya dipenuhi dengan kelembutan, berkata: "Aku tidak menyangka Andreas adalah pria yang perhatian juga."

Tiffanny melihat sekelilingnya,, tapi dia tidak melihat Andreas. Dia merasa bingung, tapi dia tidak banyak berpikir: "Mungkin dia teah kembali setelah membeli pakaian tadi malam."

Meskipun tidak terlalu memikirkannya, tetapi tidak tahu mengapa, hatinya terasa sedikit sedih. Setelah berganti pakaian, Tiffanny bercermin, melihat turtleneck wol krem, dipadukan dengan mantel coklat kerah berbulu, membuat warna kulitnya yang kemerahan itu menjadi terlihat lebih putih, dan celana ketat hitam itu membuat nya tampak lebih elegan.

Tiffanny mengangguk dengan puas. Nampaknya selera Andreas tidak buruk juga. Tapi mengapa dia memilih bra yang tampak begitu kekanak-kanakan?

Tiffanny merapikan bra itu, meskipun bra itu sedikit kecil, tapi itu bukan masalah besar. Jika Andreas membelikan bra dengan ukuran yang tepat untuk pertama kalinya, maka Tiffanny pasti akan bertanya-tanya apakah Andreas secara diam-diam mengukurnya.

Usai berganti pakaian, Tiffanny melihat sekelilingnya, menemukan hak tinggi yang kemarin ditendangnya berada di sudut ruangan. Setelah memasukkan pakaiannya ke dalam kantong, dia bergegas munuju ke pintu untuk keluar. Dia merasa kesal karena tidak melihat namanya di hotel tempat dia makan malam kemarin, sehingga dia tidak tahu apakah tasnya masih ada atau tidak. Dia ingin menelepon untuk mengetahui situasinya, tetapi dia tidak memiliki ponsel.

Dengan segala macam kecemasan dan kerutan di dalam hatinya, Tiffanny bergegas berjalan menuju pintu keluar tanpa menyadari bahwa pintu itu perlahan terbuka.

Ketika dia menyadarinya, dia tidak punya waktu untuk berhenti, dalam seketika dia terjatuh

"Ada apa? Mengapa kamu begitu terburu-buru? Apakah ada sesuatu masalah?"

Suara berat itu terdengar dari atas kepalanya, aroma yang familiar itu sampai di ujung hidungnya, Tiffanny tentu tahu siapa orang itu tanpa perlu mengangkat wajahnya.

Tapi Tiffanny masih bersemangat untuk menatap wajah Andreas, di dalam tatapannya itu dipenuhi dengan harapan: "Andreas, apakah tasku ada denganmu?"

Melihat Tiffanny yang tampak cemas, tatapan Andreas pun dipenuhi dengan rasa keingintahuan: "Ada di dalam mobil, memangnya ada apa?"

Mendengar tas itu masih ada, Tiffanny pun kembali posisi semula, lalu menepuk dadanya: "Baguslah, baguslah."

Andreas menyerahkan bubur yang ada di tangannya kepada Tiffanny. Dia menatapnya dengan tenang, tatapannya dipenuhi dengan teka-teki: "Apakah ada sesuatu?"

Melihat bubur yang diserahkan oleh Andreas, Tiffanny tertegun sejenak, lalu mengambilnya, kemudian meghirupnya. Meskipun dia membenci bubur dengan sayuran, namun itu terasa sangat hangat.

Tiffanny menatap Andreas dengan senyum cerah dan mata yang berbinar-binar: "Tidak apa-apa. Aku kira aku akan kehilangan task ukemarin, tetapi ternyata kamu telah mengambilnya untukku. Terima kasih. Oh ya, aku juga suka pakaiannya."

Melihat mata cerah Tiffanny, Andreas pun tertegun. Tatapannya seketika melembut, tetapi dia berkata: "Sama-sama, tapi ada satu syarat."

Dalam keadaan linglung, Tiffanny mengangkat kepalanya, menatap Andreas dengan tatapan kosong: "Syarat apa?"

Ciuman yang tiba-tiba itu membuat Tiffanny lupa untuk bernapas sejenak. Namun, ketika dia hampir mati lemas, Andreas segera melepaskannya, lalu bergumam dengan jijik: "Bubur ini tidak enak, terasa pahit."

Wajah Tiffanny memerah, bibirnya terasa sakit. Dia pun berkata: "Jika kamu tahu betapa pahitnya itu kamu malah membelinya! Pergi bekerjalah!"

Andreas dengan sekilas melirik Tiffanny, lalu terkekeh: "Aku tidak akan membelinya lagi lain kali, tetapi kamu sepertinya benar-benar perlu menurunkan berat badan. Tubuhmu sudah agak berat."

"Jika tidak menyukaiku karna terlalu berat, maka tidak perlu menginginiku!"

"Bagaimana tidak mau? Kamu adalah wanitaku."

"Kamu berlebihan! Pergilah sana!"

Novel Terkait

The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu