Precious Moment - Bab 317 Kamu Ingin Aku Bagaimana Menemanimu

Andreas Lu awalnya ingin menggoda sebentar Tiffanny Wen, pada akhirnya malah dibuat sedikit kebingungan oleh tindakannya, tidak tau barusan siapa di luar pintu membuat Tiffanny Wen begitu jijik, dan sepertinya dia tidak ingin orang itu melihat dirinya sendiri.

Garis pandangan Andreas Lu tak tahan menurun kebawah, Tiffanny Wen meraih tangannya, tetapi dia sepertinya masih belum merespon kembali.

Tampaknya wanita ini semakin lama semakin tidak dapat menahan dirinya sendiri, pada mulanya dirinya mengandeng tangannya sebentar dia sudah menolak setengah hari, lucu juga, Tiffanny Wen ini menyuruh dirinya memeluknya, tapi bagaimana pun juga tidak membiarkan dirinya mengandeng tangannya.

Andreas Lu mengangkat alisnya sedikit, melihati Tiffanny Wen, ekspresi senyuman jahat yang tidak dapat dijelaskan dan pandangan mengoda lebih kuat lagi: "Tidak ada urusan apa tidak bisa datang mencarimu?"

Awalnya pikir Tiffanny Wen akan membantahnya sebentar, tetapi yang sedikit mengejutkan Andreas Lu adalah, seseorang malah tertawa terbahak-bahak, kemudian mengangkat alisnya ke padanya.

"Apa mengantar barang ke rumah? Tapi aku tidak memesannya."

Sekarang giliran Andreas Lu yang kebingungan, tidak bisa memahami Tiffanny Wen apa yang terjadi dengan berbagai penampilan abnormal Tiffanny Wen sejak awal.

Ekspresi pandangan menggoda menghilang seketika, lengkungan sudut mulut juga mendatar seketika, ekspresinya sekejap langsung terlihat serius: "Kali ini aku datang terutama ingin membahas masalah rancangan desain kuartal baru."

Terhadap teknik mengubah wajah Andreas Lu, Tiffanny Wen sudah terbiasa dari dulu, oh sekali dengan lembut, lalu membawa Andreas Lu jalan ke arah sofa.

Meskipun dia tau setiap kali ekspresi Andreas Lu tiba-tiba terlihat serius, itu mungkin karena dirinya telah mengatakan sesuatu mengakhiri topik, tetapi Tiffanny Wen tidak ada waktu untuk pergi bertanya.

Mengambil dua kaleng kopi dari lemari es, Tiffanny Wen lalu dengan santai kembali ke ruang tamu, sekalian menyerahkan satu kaleng kepada Andreas Lu, kemudian duduk di samping. Minum kopi, melihati jari panjang Andreas Lu membuka kaleng dengan tenang, setiap gerakan mengungkapkan semacam keanggunan yang luar biasa.

Tiffanny Wen menyimpan kembali pandangan matanya dengan diam-diam, berbicara untuk meredakan suasana yang sedikit canggung: "Mengenai rancangan desain, ada permintaan apa?"

Andreas Lu minum sesuap kopi, meluncur naik turun di jakunnya, setelah selesai minum memandangi Tiffanny Wen sedikit dan menjawab: "Kali ini permintaan aku terhadap Departemen Desain sedikit tinggi, jadi kamu harus menggambar setidaknya sepuluh gambar dalam seminggu, yang lain bisa dipilih oleh bagian departemen, bagaimanapun aku ingin melihat setidaknya tiga puluh produk baru setelah waktu itu. "

Tiffanny Wen hampir mati tercekik oleh Andreas Lu yang disebut "permintaan sedikit tinggi" itu, meskipun menggambar sepuluh gambar desain dalam seminggu bukanlah masalah baginya, tapi masih harus memilih dua puluh karya dari departemen, ini adalah tantangan bagi Tiffanny Wen yang memiliki "gangguan obsesif-kompulsif sempurna" itu, dia takut dirinya akan seperti waktu itu memilih juru bicara, membuang semua karya tapi menyuruh dirinya menggambar tiga puluh gambar keluar dalam seminggu, itu hal yang tidak akan bisa menyelesaikannya.

Tiffanny Wen memandang Andreas Lu dengan sedikit kepahitan sedih, ingin memberi pendapat, tetapi merasa penjelasan langsung mungkin akan diejek oleh seseorang, jadi dia mulai berputar-putar ngomongnya.

"Besok sudah hari Jumat, apakah kamu menyuruh aku menyerahkan sepuluh gambar dalam sehari?"

Andreas Lu melirik ke Tiffanny Wen sedikit, pandangan mata yang tampak seperti ibu pemarah, dia kenapa tidak bisa melihat tipuan kecil seseorang lagi?

"Tenang saja, aku tidak punya kebiasaan melecehkan karyawan, waktu penyerahan adalah Jumat depan."

Tiffanny Wen melihat Andreas Lu jelas sedang bermain bodoh, lalu menatapnya dengan kejam, menunjukkan menolak, dia tidak percaya Andreas Lu tidak tau masalah yang sebenarnya.

Pada akhirnya Andreas Lu benar-benar tak tahan lagi, terkekeh dan melihat Tiffanny Wen sepertinya akan meledak, berkata: "Kamu harusnya belajar untuk lebih mempercayai staf bawahanmu, meskipun Departemen Desain saat ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, telah mengalami perubahan yang luar biasa dalam hal personel. Tetapi kamu juga tidak boleh meremehkan orang-orang yang baru direkrut olehmu, setidaknya lihat dari bulan-bulan ini, pengoperasian Departemen Desain jauh lebih baik daripada sebelumnya. "

"Jadi jangan khawatir, percayalah pada kekuatan mereka."

Tiffanny Wen mengangguk kepala dengan bengong-bengong, dalam sekejap baru teringat, Departemen Desain saat ini sudah bukan lagi Departemen Desain Hanita Gu dulu itu lagi, yang disebut "orang baru" itu harus lebih memberi semangat daripada semulanya itu.

Melihat Tiffanny Wen sepertinya sudah mengetahuinya, Andreas Lu mengangguk kepala sedikit, kemudian menyesap kopi dan berkata: "Kali ini aku datang masih ada satu tujuan lagi."

Tiffanny Wen membalikkan kepala dengan penuh rasa penasaran, melihati Andreas Lu, menantikan kalimat selanjutnya, kemudian pada saat ini, bel pintu tiba-tiba berbunyi.

Karena kecepatan bel pintu lebih lambat, dan tidak ada suara bicara di luar pintu, Tiffanny Wen sangat alami langsung kecualikan kemungkinan itu Wenny Zhou dan Selena Qin.

Tiffanny Wen mengeser dan berdiri, sepasang matanya sedikit bersinar, lalu berlari kecil pergi membukakan pintu.

Tetapi Andreas Lu yang dipotong pembicaraan tentunya wajahnya menjadi gelap, melihat ke pintu dengan sedikit kewaspadaan, tidak tau itu siapa, tak sangka bisa membuat Tiffanny Wen pergi membuka pintu dengan begitu senang, namun, setelah melihat pakaian pengantar makanan, mulut Andreas Lu bergerak, diam-diam mengalihkan garis pandangannya.

Dirinya kesambet apa? Pesanan makanan juga harus waspada?

Tiba-tiba, sisa cahaya Andreas Lu telah melihat selembar kertas di atas meja, merasa tulisan tangannya sangat familiar, jadi penasaran mengambilnya dan melihatnya, kemudian, wajahnya berubah gelap lagi.

Ketika Tiffanny Wen selesai mengambil pesanan makanan dan berbalik badan, sudah melihat Andreas Lu sedang mengoceh sesuatu dengan wajah gelap, kemudian diam-diam membuangkannya ke tong sampah.

Melihat Tiffanny Wen kembali dengan membawa makanan, pandangan Andreas Lu sedikit terkejut: "Apa kamu masih belum makan malam?"

Tiffanny Wen menaruh baik makanan pesanan itu, mengangguk kepala: "Ya."

Kemudian tiba-tiba teringat barusan sepertinya ada sesuatu yang ingin dikatakan Andreas Lu, lalu menoleh menatapnya lagi: "Oya, Andreas Lu, apa yang baru saja kamu ingin katakan?"

Andreas Lu melihati Tiffanny Wen sedikit, sudah kehilangan kesabaran untuk lanjut, menggelengkan kepalanya sedikit: "Kamu makan saja, aku sudah selesai ngomong apa yang harus aku katakan, aku pergi dulu."

Andreas Lu berkata lalu berdiri, tetapi malah ditarik ke bawah oleh Tiffanny Wen.

"Tunggu sebentar Andreas Lu, kamu menemaniku lagi saja."

Andreas Lu sedikit curiga apakah ada yang salah dengan telinganya, menoleh kepala melihati Tiffanny Wen, tetapi hanya melihat wajah tegasnya, dan juga memandangi dirinya dengan sedikit pertanyaan.

Andreas Lu mengangkat alisnya, terkekeh sambil duduk kembali, menatap Tiffanny Wen dengan penuh minat: "Baik, tapi kamu ingin aku bagaimana menemanimu? Apa jangan-jangan duduk melihatimu makan? Atau, Kamu menyuapiku?"

Tiffanny Wen diam-diam berpandangan sinis, sedikit menyesal menahan Andreas Lu, tetapi sendirian di rumah terlalu kosong benar-benar sedikit kesepian, jadi Tiffanny Wen tetap menginginkan ada seseorang untuk menemaninya sebentar.

"Tunggu aku sebentar, aku pergi mengambil sesuatu."

Katakan saja, Tiffanny Wen lalu bangkit pergi ke dapur, sedangkan Andreas Lu duduk diam di luar, melihat apa yang sedang dilakukan Tiffanny Wen.

Setelah beberapa saat, Tiffanny Wen keluar dengan membawa beberapa kaleng bir, Andreas Lu mengambil sekaleng bir, mengocoknya dengan lembut kepada Tiffanny Wen, pandangannya sedikit olok-olok: "Apa jangan-jangan kamu ingin aku menemanimu minum?"

Tiffanny Wen sedikit mengangkat dagunya, berwajah tampak sedikit bangga: "Kenapa? Tidak bisakah? Jarang sekali aku bisa mood bagus baru mengundangmu."

Andreas Lu menggelengkan kepalanya sedikit, wajahnya penuh senyuman: "Jika suasana hatimu sedang bagus, aku menemanimu juga bisa, hanya sedikit penasaran, dari mana bir ini?"

Tiffanny Wen minum dua suap dan menaruhnya, menjawab dengan samar-samar: "Kak Stella yang membelinya, menyimpannya di lemari es beberapa hari, dia ada urusan keluar, taruh begitu saja juga sia-sia."

Andreas Lu memandang Tiffanny Wen dengan buruk, senyuman di mulutnya sedikit lebih jahat: "Apakah kamu tidak takut kita semua mabuk, kemudian terjadi sesuatu?"

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu