Precious Moment - Bab 188 Kamu Harus Merawatku

Dengan susah payah Tiffany Wen pun membawa Andreas Lu ke pintu, tepat saat itu Dave Gu datang dan menghentikan mobilnya di depan pintu, lalu cepat-cepat turun dari mobil, dan membantu Tiffany Wen untuk membawa Andreas Lu duduk di kursi belakang.

Setelah selesai dia pun segera kembali ke kursi sopir, dan dengan cepat menginjak pedal gas untuk menuju ke rumah sakit.

Awalnya Andreas Lu berniat bersandar di kursi mobil untuk beristirahat sejenak, alhasil saat punggungnya menyentuh sandaran kursi kesakitan yang membara melandanya, alisnya berkenyit, dan dia tersentak kesakitan.

Tiffany Wen yang menyaksikannya merasa bertanggung jawab, dan tidak berani menatap Andreas Lu, dan menggigit bibirnya, seakan seperti seorang anak kecil yang sudah melakukan suatu kesalahan.

Andreas Lu menoleh, dan dengan tenang menatap Tiffany Wen, sorot matanya penuh dengan kelembutan.

Dave Gu melihat ke belakang melalui kaca mobil, dan melihat Andreas Lu yang sekarang ini dia pun kembali teringat akan Andreas Lu yang sangat dingin beberapa hari yang lalu di kantor, seakan sedang mencekiknya, perbedaannya dengan sekarang sungguh luar biasa besar!

Sambil menegakkan badan, Dave Gu diam-diam memasang earphone bluetooth nya, dan menelepon ke rumah sakit, menceritakan garis besar keadaannya, kemudian menambah kecepatan menuju ke rumah sakit.

Yang membuat Dave Gu terheran-heran adalah, sepanjang perjalanan ini mereka selalu mendapatkan lampu hijau, dan jalanan yang lancar tanpa kemacetan, hingga mereka bisa mencapai rumah sakit dalam waktu 10 menit padahal biasanya mereka membutuhkan 20 menit untuk perjalanan itu.

Sesampainya di rumah sakit, Andreas Lu tidak lagi berpura-pura, dan turun lalu berjalan sendiri ke rumah sakit, meninggalkan Tiffany Wen dengan wajah tertegun di belakangnya, Tiffany Wen menyadari dia tidak bisa mengikuti gerak gerik Andreas Lu!

Di dekat pintu rumah sakit, ada seorang paman yang terlihat terhormat menyambutnya, Tiffany Wen seketika melirik badge nama yang ada di dada pria itu, Direktur Edward Bai dari Rumah Sakit XX.

Tiffany Wen diam-diam membungkam mulutnya, tut tut tut, meskipun baris antrian begitu panjang, dan Direktur utamanya menyambutnya secara langsung.

Tiffany Wen mengikuti di belakang Dave Gu dalam diam, dia melihat Andreas Lu langsung masuk meuju ke sebuah kamar pasien, sebuah kamar pasien yang bersih berkilau, sekali lihat Tiffany Wen tahu bahwa ruangan itu baru saja dibersihkan.

Tepat saat Tiffany Wen melangkahkan kaki untuk masuk ke ruangan itu, Dave Gu menghentikannya.

Tiffany Wen mendongak menatap Dave Gu dengan wajah penuh kecurigaan.

Dengan agak terpaksa Dave Gu berkata, nada suaranya penuh rasa bersalah: "Karena untuk pemeriksaan di dalam Tuan Muda Ketiga mungkin diperlukan untuk melepas baju, sebagai wanita seperti Nona Wen mungkin tidak nyaman berada di dalam." Meskipun sebenarnya Andreas Lu sendiri pun tidak akan peduli......

Begitu mendengarnya Tiffany Wen pun langsung paham, seketika dia teringat waktu yang lalu saat dia membawakan obat untuk Andreas Lu di rumahnya, wajahnya merah padam: "Oh, aku yang gegabah, kalau begitu aku akan menunggu di luar."

Dave Gu menganggukkan kepala, lalu masuk dan menutup pintu pelan-pelan di belakangnya.

Tiffany Wen duduk di kursi panjang di luar dengan bosan, melihat dokter yang berlalu lalang keluar masuk ruangan, sungguh semuanya adalah pria, bahkan perawatnya pun juga pria, dan ada beberapa pula yang mengagumi Andreas Lu.

Di dalam ruangan, setelah Andreas Lu menyelesaikan semua periksanya, dia pun mengenakan pakaiannya kembali, melihat bekas goresan yang cukup lebar di bagian belakang bajunya dia pun mengernyitkan dahi, kemudian tatapannya beralih kepada Dave Gu......

Dan dengan hanya mengenakan sebuah kemeja berwarna putih, Dave Gu bertanya "Bagaimana keadaan Tuan Muda Ketiga?"

Dokter melihat hasil periksa di tangannya dalam diam: "Tidak apa-apa, hanya luka di kulit saja, meskipun lukanya panjang, tapi tidak dalam, biasanya dalam beberapa hari juga sudah akan sembuh total."

Dave Gu menganggukkan kepala, dan menghela nafas panjang.

Bagus bagus..... Jika sampai Tuan Muda Ketiga mendapat luka yang fatal, Nona Besar bisa-bisa mengulitinya hidup-hidup......

Andreas Lu mengernyitkan dahi, dia merasa tidak nyaman dengan jaketnya yang terasa sempit dan ketat, tapi bagian pinggangnya terlihat cukup bagus.

Mendengar jawaban dokter kepada Dave Gu, Andreas Lu menaikan alis, dan menatap dokter itu dengan tatapan dingin, sorot matanya mengandung arti yang dalam.

"Jika perempuan di luar itu bertanya, kamu harus mengatakan apa, aku rasa kamu mengerti bukan?"

Dokter itu menganggukan kepala: "Mengerti mengerti, Tuan Lu tenang saja."

Dengan puas Andreas Lu menganggukan kepala, sebuah senyum licik terbentuk bibirnya: "Baiklah, kamu boleh keluar....."

Dokter itu mengangguk, kemudian berjalan keluar, begitu membuka pintu, Tiffany Wen menghadapnya dengan wajah khawatir: "Dokter, bagaimana keadaan Andreas Lu?"

Dokter itu menggelengkan kepalanya perlahan, dan membuang nafas.

"Untungnya, itu tidak mengancam jiwa, hanya saja, dari vertebra toraks ketiga vertebra lumbar kelima memiliki luka besar (tetapi dangkal), dan beberapa luka memar pada vertebra lumbar kedua (ia mengatakan bahwa pinggangnya terasa pegal), juga sedikit pendarahan pada lapisan dangkal otot quadriceps (pada kenyataannya hanya berwarna biru sedikit), dan gegar otak ringan (tidak masalah jika memang terjatuh)."

Tiffany Wen yang mendengar penjelasan dokter seperti itu merasa bingung, tapi saat didengar memang terasa seperti sangat parah, dan ada sedikit rasa kepanikan.

"Kalau begitu dokter, bagaimana keadaannya secara gamblang?"

Melihat Tiffany Wen yang terlihat merasa bersalah dokter itu merasa agak tidak tega, tapi tetap memilih untuk melanjutkan kebohongannya.

"Masih termasuk cukup parah, beberapa waktu ini, dia butuh orang untuk merawatnya, memperhatikan kondisi tubuhnya, jangan sampai lukanya terinfeksi bakteri, karena cukup dekat dengan tulang belakang, takutnya jika sampai infeksi, bisa mengakibatkan komplikasi (meskipun tidak ada dasar klinis yang jelas, secara teori itu memang benar, asalkan lukanya sekitar 5 mm lebih dalam)."

Tiffany Wen tentunya tidak tahu percakapan monolog di dalam hati dokter itu, mendengar adanya kemungkinan terjadinya komplikasi, dalam hati Tiffany Wen semakin merasa bersalah.

Dia duduk menundukan kepala, juga tidak berani masuk untuk menemuinya, hatinya terjerat dalam rasa bersalah, bahkan di dalam mobil saat perjalanan pulang pun Tiffany Wen tidak bisa berkata apa-apa, setelah begitu lama terjerat, dia akhirnya mempersiapkan sebuah dialog dalam hati, dan menatap Andreas Lu.

"Andreas Lu terima kasih karena telah menyelamatkan hidupku......."

Sepanjang perjalanan Andreas Lu melihat ke arah Tiffany Wen yang terjerat dalam rasa bersalah dalam hatinya, melihatnya akhirnya mengutarakan isi hatinya kepadanya.

Terlukis sebuah senyum jahat di waha Andreas Lu: "Hanya mengatakan terima kasih di bibir saja? Tidak ada tindakan nyata?"

Dengan wajah curiga Tiffany Wen menatap Andreas Lu, dalam hatinya merasa waspada, dia tidak bisa melupakan seperti apa dasar seorang Andreas Lu ini, meskipun ada banyak konvergensi beberapa hari ini.

"Tindakan nyata apa?"

Melihat kewaspadaan di wajah Tiffany Wen, dalam hati Andreas Lu tertawa girang: "Misalnya, tindakan nyata dengan tubuhmu?"

Tiffany Wen terbelalak, dia sudah tahu.....

"Mimpi! Bisakah kamu serius sedikit setelah terluka?"

Andreas Lu, diam-diam mengangkat bahu, dan lukanya kembali tertarik, membuatnya meringis kesakitan.

"Aku kali ini menerima luka ini karenamu, kamu harus merawatku, dan lagi pula dokter berkata, harus ada orang yang merawat, jika tidak bisa terjadi komplikasi."

Begitu mendengar kata komplikasi, hati Tiffany Wen kembali diliputi rasa bersalah, dan dengan tak berdaya dia menghela nafas, pada akhirnya dia memilih untuk meluluskan permintaan Andreas Lu.

"Baiklah, aku merawatmu? Di rumahmu?"

Andreas Lu mengernyitkan dahi: "Kalau tidak?"

Tiffany Wen hanya mengeluarkan ponsel nya dalam diam, dan menelepon Stella Lu, saat mendengar bahwa Tiffany Wen tidak pulang malam ini Stella Lu terdengar terkejut, tapi begitu tahu bahwa Tiffany Wen tidak pulang karena merawat Andreas Lu di rumahnya sikapnya langsung berubah, bahkan dengan sangat ramah dia menawarkan apa dia perlu mengantarkan pakaian baru untuknya, Tiffany Wen yang mendengarnya pun dengan tawa pahit menolaknya.

Setelah menutup telepon, dengan wajah datar Tiffany Wen menatap Andreas Lu, dengan ekspresi pahit dia berkata: "Apa dia ini sungguh kakak kandungmu, dia tidak peduli keadaanmu yang sedang terluka."

Andreas Lu mengangkat bahu dengan acuh, lalu memainkan alisnya: "Aku juga pernah meragukannya."

Novel Terkait

Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu