Precious Moment - Bab 300 Bukankah Hanya Memberi Bunga

Melihat masih ada belasan menit sampai waktu pulang kerja, hati Jennifer sudah sama sekali tidak ada di pekerjaannya, sering kali, tatapannya bergerak menuju bunga mawar di sampingnya, tatapan penasaran hampir melompat keluar.

Tiffany benar-benar sudah tidak tahan dengan tatapan Jennifer, ia memegangi dahinya dengan pasrah: "Jennifer, tidak ada gunanya kamu menatapku, aku juga tidak tahu siapa yang mengirim bunga ini."

Jennifer menunduk sedih, diam-diam menggelengkan kepalanya, tentu ia tahu bahwa Tiffany tidak tahu, sekarang ia sudah mengeliminasi kedua "tersangka mencurigakan" itu, tapi malahan ia menjadi semakin bingung.

Melihat Jennifer yang karena rasa penasarannya tidak terpuaskan sehingga tampak loyo, Tiffany juga tidak bisa berbuat apa-apa, ia melihat jam: "Sudah Jennifer, bukankah kamu bilang setelah jam pulang kerja kamu akan mengetahui siapa dia? Tidak sampai lima menit lagi akan tiba waktunya, kamu harus mempercayai kesimpulan Samoyedmu."

Jennifer cemberut kesal, meski yang diucapkan Tiffany tidaklah salah, tapi ia frustasi sebenarnya ada berapa orang yang sedang mengejarnya, ia adalah seorang jomblo, sudah cukup begitu banyak menonton keromantisan selama beberapa hari berturut-turut.

Meski ia kesal, tapi ia rasa ingin tahu yang kuat tetap menggerayapi hati Jennifer: "Tentu saja aku bukannya mencurigai teoriku, tapi orang yang mengirimi kamu bunga ini terlalu membuat hilang nafsu makan, jika tetap tidak menelepon mungkin saja akan melewatkan waktu terbaik untuk kencan."

Belum selesai berbicara, tiba-tiba ponsel Tiffany berdering, Jennifer yang tadinya tidak bersemangat langsung tampak bersemangat, ia menengadahkan kepalanya, tatapannya bersinar seperti dua matahari kecil.

Tentu saja Tiffany tahu maksud Jennifer, ia tersenyum dengan sedikit malu, mengambil ponselnya, dan menyadari bahwa Luis yang menelepon, di monitor ponselnya tertulis Anjing Golden.

Dengan Jennifer yang menatapnya dengan berharap dan bertanya-tanya, Tiffny mengangkat telepon itu, tapi Tiffani tidak berkata apa-apa, hanya terdengar suara yang lembut dari sisi satu lainnya, jarang-jarang bisa serius: "Fanny, apakah sudah menerima bunganya? Bagaimana? Apakah kamu senang?"

Langsung saja Tiffany tahu siapa yang mengirim bunga itu, lalu ia curiga, biasanya ketika Luis menelepon, ucapan pertamanya ketika memanggil Fanny pasti seakan tertahan, tapi mengapa hari ini begitu serius?

Meski hatinya bingung, tapi Tiffany tidak bertanya pada Luis, ia malah tersenyum ringan: "Ternyata kamu yang mengirim, bunganya sangat cantik, terima kasih. Tapi bungamu ini membuat Jennifer menebak-nebak selama sesorean siapa yang mengirimkannya."

Dari seberang sana Luis tertawa ceria: "Oh ya, kalau begitu maaf sudah menyulitkannya."

Sebenarnya setelah Luis menerima berita dari Jennifer ia pun tahu Tiffany sudah menerima bunga yang ia kirim, tapi demi memberi Tiffany sebuah ketegangan, jadi ia memilih untuk tidak bicara jujur pada Jennifer.

"Fanny, selamat kamu sudah keluar dari rumah sakit, malam ini aku akan mentraktirmu makan."

Meski tidak tahu mengapa Luis mau mentraktirnya makan, lagi pula sekarang 《Secret Door》sedang dalam tahap akhir penyelesaian, seharusnya sangat sibuk, tapi Tiffany juga tidak merasa ada hal yang salah.

Sedangkan dirinya terus sibuk dengan pekerjaan kantor, sudah begitu lama tidak menghubunginya, maka anggap saja sebagai sebuah ganti rugi.

Setelah berpikir begitu, Tiffany pun mengiyakan dengan senang hati: "Oke, kalau begitu kamu tentukan tempatnya, setelah pulang kerja aku akan langsung ke sana."

"Baiklah, aku akan mengirimkan pesan padamu."

Melihat Tiffany yang akhirnya menutup telepon, Jennifer langsung tidak sabar dan rasa penasarannya keluar: "Bagaimana, Fanny, siapa yang mengirim bunga ini?"

Tiffany tertawa pada Jennifer: "Luis yang memberikannya."

Jennifer yang sudah mendapatkan jawaban malah tercengang di tempat: XY yang memberikannya? Tapi ketika dia sendiri bertanya padanya jelas-jelas ia tidak mengaku ......

Tapi untung saja Jennifer menggunakan nama Samoyed, sesaat ia pun langsung mengerti, ia mengerutkan alisnya dan cemberut: oke, jika berani membohongiku, bukankah ingin memberikan Fanny sebuah kejutan? Jika masih mau menutupi darinya, apakah bagimu mulutku begitu tidak bisa dijaga? Huh!

Ada seseorang yang masih tidak tahu, namanya sudah ditulis oleh Jennifer dalam sebuah buku kecilnya ......

Setelah pulang kerja, Tiffany pun merapihkan barangnya, setelah berpamitan dengan Jennifer ia pun langsung pergi ke tempat yang ditentukan Luis, sedangkan sebaliknya Jennifer yang melihat Tiffany pergi memandangi punggung Tiffany dengan mata berkilauan.

Di sisi satunya, belum lama Tiffany keluar dari kantor, Dave pun memasuki kantor Andreas: "Tuan Muda Ketiga, sudah terlacak siapa yang mengirim bunga, yaitu Luis."

Perlahan Andreas menengadah, memandang Dave sejenak: "Apakah ia memiliki maksud lain?"

Dave menaikkan kacamatanya dengan perlahan: "Ia mengajak Nona Wen untuk makan."

Langsung tatapan Andreas berubah menjadi tajam, Dave tetap berkata dengan santai: "Nona Wen sudah keluar dari kantor dan pergi menepati janjinya."

"Krak!"

Andreas memandang pulpennya yang sudah patah dengan tatapan dingin, ia pun melemparkannya ke dalam tempat sampah, lalu melihat dokumennya yang tergores, dan tinta pulpennya mengotori beberapa tempat.

Andreas memandang Dave dengan dingin, lalu memberikan dokumennya: "Ketik ulang dokumen ini."

Di dalam hatinya Dave keberatan, siapa yang salah siapa yang kena, ia menyampaikan berita dengan jujur saja diperlakukan seperti ini ...... tapi untung saja ...... kali ini masih termasuk mudah ......

Diam-diam Dave menghela napas, mengambil dokumen itu, dan kembali ke ruangannya sendiri, sedangkan Andreas duduk di kursinya dengan tatapan membeku, tatapannya bersinar, udara di sekitarnya turut menjadi lebih dingin.

Apakah Luis mengira ia bisa bersaing dengan dirinya? Mengapa masih belum menyerah?

Saat itu juga, tiba-tiba pintu ruangannya dibuka, terlihat Stella dengan baju kerjanya berjalan masuk, tapi baju kerja paling standar pun tetap tidak bisa menutupi tubuh seksinya.

Melihat Stella masuk, emosi Andreas yang tadinya sedang buruk pun bertambah buruk.

Begitu masuk Stella melihat wajah Andreas yang suram, tapi ia berjalan masuk seakan tidak peduli, mengulurkan tangannya dan mengelus kepala Andreas: "Ada apa Andreas, siapa yang membuatmu marah? Beritahu Kakak, Kakak bantu."

Andreas menepis tangan Stella yang ada di atas kepalanya, ia berdiri, menunduk menatap Kakak yang sudah menggunakan sepatu hak pun tetap lebih pendek darinya, menolak tanpa bersuara.

"Kak, mengapa tiba-tiba kamu datang, apakah ada sesuatu?"

Stella menaikkan pundaknya, ia sudah memahami sifat buruk Andreas, meski tidak tahu siapa lagi yang membuatnya marah, tapi bagi Stella itu bukan masalah besar.

"Hari ini emosi Kakak sedang baik, ingin mentraktirmu makan, ngomong-ngomong, di mana Fanny? Mengapa dia tidak terliaht? Kamu tidak menyiksa karyawanmu dan menyuruhnya lembur kan?"

Masih tidak apa jika tidak membahas Tiffany, tapi beigtu membahas Tiffany, Andreas pun merasa kesal, wajahnya pun menjadi semakin suram: "Dia sudah memiliki janji, hari ini aku tidak ada waktu luang, kamu pergilah makan."

Siapakah Stella? Di rumah ia disebut memiliki hubungan baik dengan adiknya, terhadap perubahan sifat Andreas, Stella bisa langsung memahaminya, dengan tatapan mengejek ia mendekatkan wajahnya: "Kenapa? Ada orang yang di sini sedang marah karena Fanny berkencan dengan orang lain?"

Andreas memandang Kakaknya sendiri dengan tatapan dingin: "Apakah masih ada urusan lain? Jika tidak maka aku pergi."

Stella tertawa kecil, tahu seekor Husky ia sentuh tepat di hatinya, ia pun menyipitkan matanya, wajahnya tersenyum dengan jahat: "Lihatlah dirimu, sudah tahu EQ nya tidak tinggi tapi tetap tidak tahu berusaha, menunggumu marah dan kesal, mungkin saja Fanny akan dirembut orang lain. Ketika saat itu tiba ......"

Stella sengaja tidak menyelesaikan kata-katanya, mengucapkan kata terakhirnya dengan panjang, sengaja menggoda Andreas, raut wajah Andreas terus semakin suram, dahinya berkerut, ia menggertakkan giginya dan berkata: "Bukankah hanya mengirim bunga?"

Novel Terkait

Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu