Precious Moment - Bab 36 Aku Akan Bertanggungjawab Padamu

"Tuan, cepat bawa Nona Wen pergi. Kita juga akan beres-beres dan pulang ke rumah. Dengan begitu, saat para preman kembali, mereka tidak dapat menemukan orang dan akan pergi dengan sendirinya."

Tidak dapat membujuk Tiffanny Wen, suami istri itu hanya bisa membujuk Andreas Lu untuk membawa Tiffanny Wen pergi.

"Sudahlah, tidak ada gunanya juga kamu menetap di sini. Setelah mereka datang, kamu juga tidak bisa bertarung. Lebih baik dengar perkataan mereka dan pulang saja!"

Melihat orang tua yang memohon padanya, juga merasa ucapan mereka masuk akal, Andreas Lu hanya bisa ikut membujuk juga.

Tiffanny Wen menatap Andreas Lu dengan dingin, "Kalau kamu takut, kamu bisa pergi dulu sendiri."

Mendengar perkataan dingin Tiffanny Wen, Andreas Lu juga menjadi marah dan menarik tangan wanita itu berjalan keluar.

"Lepaskan aku, penakut." Tiffanny Wen memberontak tidak henti, menyuruh Andreas Lu melepaskan dirinya.

Sedangkan Dave Gu mengeluarkan sedikit uang dari dalam tasnya dan memberikan pada suami istri itu. Katanya untuk mengganti kerugian malam ini.

Suami istri itu menolak, tapi melihat bosnya sudah pergi jauh, dia memaksa menaruhnya ke dalam pelukan mereka. Mengucapkan sampai jumpa, lalu segera pergi mengejar Andreas Lu.

Tiffanny Wen yang ada di sini sudah ditarik cukup jauh. Tidak peduli bagaimana dia memberontak, mana mungkin bisa menang melawan kekuatan pria.

Kemudian dalam proses pemberontakkan, dia tiba-tiba menyadari ada darah di lengan Andreas Lu. Dia segera menyerah untuk memberontak.

Karena Andreas Lu mengenakan jas hitam, juga cahaya di sini lebih gelap, jadi tidak terlalu kelihatan.

Dia menarik Andreas Lu, lalu memerika luka pria itu.

Sebelumnya saat Andreas Lu dan preman bertarung, dia hanya melihat ada satu preman yang memukulnya dengan tongkat, malah tidak menyadari saat itu pemimpin preman memukul Andreas Lu dengan senjata lain.

"Kamu tidak apa-apa 'kan? Kenapa tidak bilang kalau terluka?" Tiffanny Wen bertanya dengan sedikit khawatir. Karena bagaimanapun, Andreas Lu bertarung karenanya.

"Tidak apa-apa. Hanya luka kecil saja."

"Berdarah begitu banyak, masih bilang luka kecil. Kenapa kamu bisa tidak mencintai dirimu seperti ini. Jangan katakan lagi, ayo kita ke rumah sakit!"

Tiffanny Wen sedikit marah karena Andreas Lu sedikitpun tidak mempedulikan lukanya sendiri.

Dave Gu saat ini ikut ke sini. Dia menyadari luka Andreas Lu dan ikut membujuk, "Direktur, ayo kita ke rumah sakit, mencegah infeksi."

"Aku tidak mau pergi ke rumah sakit. Hanya luka kecil saja. Aku urus di rumah saja. Dave pergi kendarai mobil."

"Kamu ..."

Melihat Andreas Lu bersikeras tidak mau ke rumah sakit, Tiffanny Wen hanya bisa menyerah, tapi dia masih tidak tenang, "Ok. Karena kamu tidak mau ke rumah sakit, maka aku temani kamu bereskan luka di rumahmu."

Mendengar perkataan Tiffanny Wen, Andreas Lu tersenyum licik lagi, "Hm, kamu benar-benar mau pergi?"

"Kamu terluka karena membantuku. Jadi aku harus bertanggung jawab."

"Oh .... kamu ingin bertanggung jawab bagaimana?"

Andreas Lu semakin mendekati Tiffanny Wen dan nada bicaranya mengandung nada menggoda. Tiffanny Wen mundur selangkah ke belakang, kebetulan Dave Gu datang dengan mobil.

Andreas Lu tidak bercanda lagi dengannya, langsung naik ke mobil, dan Tiffanny Wen mengikuti dari belakang.

Meskipun dia tidak terlalu ingin naik ke mobil, karena ada perasaan seperti masuk ke kandang serigala. Tapi dia tidak tenang terhadap luka Andreas Lu, jadi tetap pergi dengan tidak terlalu rela.

Di dalam mobil, keduanya diam. Sebenarnya luka Andreas Lu sedikit parah. Terlebih lagi saat menarik Tiffanny Wen pergi, Tiffanny Wen masih memberontak, membuat lukanya semakin sakit lagi?

Villa Andreas Lu terletak di pinggiran kota, agak jauh dari pusat kota, tapi sangatlah besar. Dengan style Eropa, dan wilayah yang besar, mempunyai ciri khasnya tersendiri.

Tiffanny Wen menyadari dia sudah tinggal di sini selama dua puluh tahun lebih, tapi tidak menyadari di kawasan sini masih ada villa. Meskipun rumahnya sendiri juga lumayan, tapi bangunan itu tidak bisa dibandingkan dengan rumahnya.

"Ayo jalan. Bukankah mau membantuku mengobati luka? Kenapa masih bengong."

"Oh ..." membantumu mengobati luka masih sombong, huh.

Masuk ke dalam villa, Tiffanny Wen baru menyadari sisi luar bukanlah apa-apa. Di dalamnya baru sangat mewah. Meskipun dia tidak terlalu memperhatikan benda-benda materi, tapi pria ini, adalah borjuis yang sangat kaya!

Begitu masuk, Andreas Lu langsung duduk di sofa. Dengan santai mengamati Tiffanny Wen yang sedang melihat-lihat ruangan. Sedangkan Dave Gu segera mengambil kotak obat dan menaruhnya di meja.

"Bukankah mau membantuku mengobati luka? Ada apa? Tidak ingin membantuku lagi?"

"Hah? Tidak kok." Tiffanny Wen berjalan ke depan kotak obat, menatap Andreas Lu datar dan berkata, "Lepaskan bajumu."

Andreas Lu mellihat wajah serius Tiffanny Wen yang sedang mencari obat, tiba-tiba muncul perasaan untuk mengerjai wanita itu.

"Kamu setidaknya agak konservatif. Di rumah seorang pria, kenapa baru datang sudah suruh buka baju."

Tiffanny Wen adalah orang dewasa juga, tentu tahu apa maksudnya. Dengan wajah merah, Tiffanny Wen berkata, "Dasar tidak serius."

Malas meladeni, setelah menemukan obat dan kain kapas, Tiffanny Wen berjalan ke samping Andreas Lu, "Kalau kamu tidak buka baju, bagaimana bisa mengobati luka? Kalau tidak mau diobati bilang dong dari tadi. Aku juga malas mengobati, atau tidak suruh asistenmu saja."

Andreas Lu melihat Tiffanny Wen yang sangat serius, hanya bisa membuka baju dengan patuh saja.

Setelah melepas baju, perut Andreas Lu yang eight pack terlihat begitu saja. Tubuhnya sangatlah bagus. Tinggi dan tegap. Tiffanny Wen yang melihatnya kembali lagi merona.

Melihat wajah Tiffanny Wen yang gugup, Andreas Lu mengangkat alis, "Ada apa? Apa kamu puas terhadap apa yang kamu lihat sekarang?"

"Mesum. Siapa yang suruh kamu buka semuanya, cukup angkat lengan baju saja sudah bisa."

Mengatur pernapasan, Tiffanny Wen berusaha mengatur agar wajahnya kembali tenang.

"Tidak tahu siapa yang tadi terus menyuruhku buka baju. Kenapa sekarang tidak berani lihat lagi?"

"......"

Suasana romantis pelan-pelan menguat, dan Tiffanny Wen hanya bisa menghentikannya dengan gerakan.

Dia duduk di samping Andreas Lu. Membersihkan darah yang tersisa dengan alkohol. Ketika alkohol mengenai luka, Arnold Lu mengaduh kesakitan.

"Alkohol mengenai luka, kamu tahanlah sedikit."

Luka harus dibersihkan dengan alkohol, kalau tidak akan infeksi. Tiffanny Wen juga ingin mencari sejenis iodophor untuk membuat kandungan alkoholnya tidak begitu tinggi, tapi tidak menemukannya.

"Iya." Andreas Lu menjawab singkat.

Luka sampai sekarang belum eksudat, tapi bisa dilihat lukanya agak dalam. Tiffanny Wen merasa sedikit bersalah pada Andreas Lu. Kalau bukan karenanya, seorang direktur terhormat tidak mungkin pergi ke tempat kotor seperti itu, juga tidak akan terluka.

Setelah membantu mengobati luka dengan serius, waktu sudah berlalu cukup lama. Mereka mengobrol sebentar, dan waktu sudah malam. Saat ini tidak ada taksi, jadi Andreas Lu pun menyuruh Dave Gu mengantar Tiffanny Wen kembali ke Century Hotel.

"Terima kasih ya Asisten Gu. Masih harus mengantarku padahal sudah semalam ini. Cepat pulang dan istirahatlah."

Sampai di depan hotel, Tiffanny Wen turun dari mobil dan berkata sambil tersenyum pada Dave Gu.

"Nona Wen, tidak perlu sungkan. Kamu juga cepatlah istirahat."

Tiffanny Wen berjalan masuk ke lobi hotel, tapi malah melihat wanita yang paling tidak ingin dia lihat——Wenny Zhou.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu