Precious Moment - Bab 152 Tidak Bisa Melarikan Diri

Ketika Tiffanny Wen mengatakan ini, dia bisa dengan jelas mendengar ketegangan dan rasa bersalah dalam nada suaranya.

Menatap dengan erat ke pintu kantor yang perlahan terbuka, Tiffanny Wen tanpa sadar mengepalkan tangannya, ujung jarinya sedikit pucat.

Bukan Andreas Lu......bukan Andreas Lu.......

Tiffanny Wen terus berdoa di dalam hatinya, setelah melihat orang yang datang, Tiffanny Wen diam-diam merasa lega.

"Asisten Gu, apakah ada masalah?"

Dave Gu memegang dokumen yang tebal, dan menaikkan bingkai kacamatanya, dia menatap Tiffanny Wen, sambil mengatakan tujuan dia datang ke sini.

"Tuan Muda Ketiga menyuruhmu naik."

"Oh, baik.....ha? CEO Lu menyuruhku naik?"

"Betul, sepertinya untuk membicarakan masalah bintang iklan."

"........."

Tiffanny Wen yang baru saja sedikit santai tiba-tiba ekspresinya berubah dalam sekejap.

Sudahlah, cepat atau lambat dia harus menghadapi masalah ini.....

Tiffanny Wen hanya bisa menghibur dirinya agar dia tidak terlihat terlalu putus asa, lalu dia berdiri dan berjalan menuju pintu.

"Terima kasih telah memberitahuku Asisten Gu, aku akan segera naik."

Melihat ekspresi sedih di wajah Tiffanny Wen, Dave Gu dengan bingung menatap Jennifer Xia.

Jennifer Xia mengerucutkan bibirnya, dan mengangkat bahunya, dia menatap Dave Gu dengan tidak berdaya.

"Karena standarnya terlalu tinggi, dia masih belum menemukan bintang iklan yang cocok."

Dave Gu menaikkan kacamatanya, dan menatap ke arah pintu dengan serius.

"Sepertinya aku tidak akan kembali bekerja terlebih dahulu."

"Mengapa?" Jennifer Xia menatap Dave Gu dengan wajah yang ngeri "Apakah CEO Lu akan marah besar??"

Dave Gu sedikit menghela napas "Jika itu orang lain mungkin dia akan seperti itu, tetapi jika Nona Theresia Wen.....maka itu kebalikannya."

Jennifer Xia segera menatap Dave Gu "Sepertinya ucapan Asisten Gu memiliki maksud lain, sudah sampai mana hubungan Fanny dan CEO Lu?"

Dave Gu melirik Jennifer Xia dengan tenang, menaikkan kacamatanya, lalu melihat pintu, ekspresinya tenang, tetapi senyum di matanya tidak bisa ditutupi oleh bingkai kacamatanya.

"Siapa yang tahu....."

Jennifer Xia menatap Dave Gu dengan senyuman jahat di wajahnya.

"Oh~apakah seperti itu~"

……………………………………………………………………

Tentu saja Tiffanny Wen tidak tahu apa yang terjadi di kantornya.

Dia sekarang sedang berdiri di depan pintu kantor Andreas Lu, bertanya-tanya apakah dia harus mengetuk pintu atau tidak, atau apa yang harus dia katakan setelah dia mengetuk pintu dan masuk ke dalam.

Tidak mungkin dia langsung menjawab, CEO Lu aku masih belum memilihnya, ketika Andreas Lu bertanya kepada bukan? Bahkan jika dia ingin melindungi dirinya tetapi dia tidak mungkin terus membiarkan dia seperti ini bukan?

Dia merasa malu dengan dirinya sendiri yang pernah berkata di hadapannya bahwa dia akan melihat kemampuannya, sekarang? Dimana kemampuannya?

Tiffanny Wen tidak tahu harus berkata apa, dia terus berjalan mondar-mandir di depan pintu Andreas Lu, tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Dan Andreas Lu yang sedang duduk diam di dalam kantor melihat bayangan hitam yang terus bergerak dari celah di bawah pintu.

Dave Gu sama sekali tidak mungkin mondar-mandir di depan pintunya, tadi dia menyuruh dia untuk memanggil Tiffanny Wen, maka kemungkinan besar orang yang berada di depan pintu adalah dia.

Tetapi apa yang sedang dia pikirkan di luar? Bintang iklan masih belum dipilih? Dia sedang memikirkan bagaimana membela dirinya sendiri?

Andreas Lu mengerutkan kening, lalu muncul senyum jahat di mulutnya, alisnya juga melebar, dia batuk beberapa kali, lalu wajahnya dengan cepat kembali normal, dan ada sedikit nada tidak sabar dalam nada bicaranya.

"Apa yang kamu lakukan di luar? Ingin diundang masuk olehku?"

Tiffanny Wen masih berada di luar sedang memikirkan apa yang akan dia katakan, tiba-tiba mendengar suara Andreas Lu dari dalam, dan nada bicaranya terdengar tidak sabar.

Andreas Lu dari awal sudah menyadari dirinya telah berada di sini? Sejak kapan? Bagaimana dia menyadarinya? Bagaimana ini?

Tiffanny Wen memandangi pintu dengan ngeri, dia berdiri seperti patung, apakah dia sedang mengawasiku??!!

Melihat Tiffanny Wen tiba-tiba tidak bergerak, Andreas Lu mengira bahwa dia sedang bersiap untuk masuk ke dalam, tetapi dia masih tidak membuka pintunya.

Apa yang sedang dilakukan wanita ini? Apakah dia sedang melihat bahan pidatonya?

Setelah berdeham dia sengaja menurunkan nada suaranya, dan nada tidak sabarnya sedikit meningkat.

"Apakah kamu kira aku tidak tahu jika kamu berdiri di sana? Tiffanny Wen, kamu akan masuk atau tidak?"

Tiffanny Wen merasa dirinya sudah tidak bisa melarikan diri lagi, dia mengertakkan giginya dan membuka pintu.

"Aku datang......"

Dia melihat Tiffanny Wen membuka pintu dan masuk dengan menundukkan kepalanya, dan dia merasa ada sedikit rasa bersalah di dalam nada bicaranya, Andreas Lu segera mengerti, bahwa dia masih belum memilih orang.

Meskipun sudah memiliki jawaban di dalam hatinya, tetapi Andreas Lu masih ingin mengerjai Tiffanny Wen, dia sedikit mengernyitkan alisnya, dan menatap Tiffanny Wen dengan tidak senang.

"7 hari telah tiba, siapa bintang iklan yang kamu pilih?"

Tiffanny Wen diam-diam menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap mata Andreas Lu, jadi dia tidak melihat tatapan jahat di dalam matanya.

"Aku belum memilihnya....."

Andreas Lu mengangkat alisnya, dan melihat Tiffanny Wen masih belum berani menatap dirinya, dan dia juga tidak berpura-pura, dia menyeringai, tetapi nada bicaranya masih serius.

"Hari ini kamu harus memilih orang."

Tiffanny Wen tiba-tiba mengangkat kepalanya untuk menatap Andreas Lu, dan dia segera bertemu dengan wajahnya yang serius.

"Aku telah melihat banyak artis, dan model, lalu aku juga sudah memilih beberapa, tetapi setelah berhubungan dengan mereka aku merasa temperamen mereka tidak cocok menjadi bintang iklan Louise."

Andreas Lu bersandar di sandaran kursi sambil menopang kepalanya dengan tangan kanannya, sambil diam-diam menatap Tiffanny Wen.

"Ingin temperamen......dan juga cocok....."

Pada akhirnya Andreas Lu menatap kedua mata Tiffanny Wen dengan dalam, dan ada senyuman jahat di wajahnya.

"Tidak apa-apa, serahkan masalah bintang iklan kepadaku, besok kamu pergi ke tempat syuting iklan untuk melihat orangnya, aku yakin kamu pasti akan puas."

Tiffanny Wen mengangkat kepalanya dengan tidak percaya, dan ada sedikit harapan yang samar-samar muncul di matanya.

"Benarkah? Siapa? Apakah aku mengenalnya?"

Senyuman Andreas Lu tidak bisa dipahami.

"Bukankah kamu akan mengetahuinya jika harinya sudah tiba? Dan aku yakin kamu pasti mengenalnya."

Dirinya pasti mengenalnya? Andreas Lu juga mengenalnya....

Tiffanny Wen segera mengangkat kepalanya dan menatap Andreas Lu dengan waspada "Apakah Wenny Zhou?"

"Wenny Zhou? Siapa dia?" Andreas Lu bingung, lalu mencemooh Tiffany Wen.

"Kenapa? Tidak percaya kepadaku? Menurutmu apakah aku akan menggunakan dia?"

"Baguslah jika bukan dia, apakah kamu bisa memberitahuku sedikit informasi tentang orang itu?"

"Informasi? Ada, datang ke sini, aku akan memberitahumu....."

Tiffanny Wen sudah sering menemui trik seperti ini, setiap kali dia selalu mempercayai ucapannya dan selalu dikerjai oleh dia, lagi pula dia akan bertemu dengannya besok, untuk apa dia bertanya-tanya.

"Huh, aku sudah terperangkap beberapa kali dalam jebakanmu, tidak ada hal yang baik jika aku pergi ke sana. lagi pula besok aku akan bertemu dengannya."

"Kalau begitu, CEO Lu, aku pergi terlebih dahulu."

Andreas Lu mengangkat alisnya, dan menatap Tiffanny Wen dengan acuh tidak acuh.

"Besok pagi aku akan menyuruh Dave Gu untuk menjemputmu ke tempat syuting iklan, bersiap-siaplah."

Novel Terkait

Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
3 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu