Precious Moment - Bab 189 Godaan Fatal

Tiffany Wen menatap Andreas Lu tanpa suara dan tanpa ekspresi, merasa agak ragu apakah dia salah mendengar atau tidak, ternyata Andreas Lu juga pernah mencurigai apakah dia adalah kakak kandungnya atau tidak, sepertinya Kak Stella juga terkadang bisa menipu adiknya.

Dengan ekspresi terkejut dan sedikit tidak percaya Tiffany Wen menatap Andreas Lu, lalu ekspresi nya berubah menjadi rasa simpati, melihat keragaman ekspresi di wajah Tiffany Wen, sudut bibir Andreas Lu pun berkedut.

Mata yang gelap dan dalam itu menatap Tiffany Wen, senyum licik terlihat penuh di bibirnya: "Coba kamu lihat aku lagi dengan tatapan itu?"

Tiffany Wen segera mengalihkan pandangannya, dan mengacuhkan wajahnya, dengan tatapan serius dia melihat lurus ke depan, seakan tidak ada masalah lain dia pun berkata kepada Dave Gu: "Asisten Gu, maaf merepotkan tapi tolong antar aku sebentar ke apartemen untuk mengambil baju bersih."

Dave Gu mengangguk, dan menjawab dengan wajah datar: "Baik, Nona Wen." Seluruh bumi tahu dia sekarang ini sangat ingin tertawa, tapi juga takut akan dibenci seumur hidup oleh Andreas Lu, maka dengan seluruh tenaga dia bersusah payah untuk menahannya.

Andreas Lu melihat Tiffany Wen yang jelas sedang berusaha mengalihkan topik pembicaraan, lalu tersenyum tipis, senyum licik di wajahnya merekah semakin lebar: "Aku ikut kamu ke atas."

Tiffany Wen menggelengkan kepalanya cepat-cepat: "Tidak usah aku juga tidak mengambil banyak-banyak, aku hanya akan mengambil baju tidur dan beberapa baju bersih, kamu sebagai pasien sebaiknya menunggu saja di mobil."

Andreas Lu mengernyitkan dahi, tatapannya tidak lepas dari sosok Tiffany Wen, dia menyipitkan mata, dan dengan tersenyum berkata: "Dengan begitu, kamu menganggapku yang pasien ini akan memperlambat mu?"

Tiffany Wen dikejutkan dengan pemikiran transendental Andreas Lu, lalu cepat-cepat menjelaskan: "Bukan bukan, aku hanya takut akan membuat lukamu semakin parah......."

Tapi pada akhirnya, Tiffany Wen pun tidak bisa meyakinkan Andreas Lu, lagi pula dia sendiri yang diyakinkan oleh Andreas Lu di alam bawah sadarnya. Saat kembali sadar, Tiffany Wen mendapati dirinya dan Andreas Lu sudah berdiri di dalam elevator, dan sudah hampir sampai.......

Dalam keadaan seperti ini, apalagi yang bisa dikatakan oleh TIffany Wen selain berjalan dengan gontai menuju ke pintu nomor 201 dan menekan bel, sebelum bel terakhir berkumandang, pintu itu sudah dibuka.

Kedua mata Stella Lu menatap Tiffany Wen, lalu pandangannya berpindah ke arah Andreas Lu yang ada di sampingnya, seketika sorot mata Stella Lu pun menjadi lebih dalam.

Setelah melihat Andreas Lu dengan tajam, Stella Lu pun menarik Tiffany Wen masuk ke dalam kamar.

"Fanny, aku sudah menyiapkan baju tidurmu, baju yang lain kamu lihat dulu, kamu mau membawa berapa pasang sepatu? Berapa lama kamu akan ada di tempat Andreas?"

Dengan wajah datar Andreas Lu menunggu di luar pintu dan melihat "Kakak kandung Tiffany Wen" dengan tak berdaya, dan dengan natural dia pun berjalan masuk, menuju ke dapur, dan mengeluarkan kopi dari kulkas, kemudian kembali ke ruang tamu, dan dengan sangat santai duduk di sofa.

Tak lama kemudian, Tiffany Wen menggendong sebuah tas dan keluar dari kamar, melihat Andreas Lu yang duduk dengan santai di sofa, sudut mulutnya liar.

Dengan ramah Stella Lu mengantar Tiffany Wen dan Andreas Lu keluar, pada akhirnya dengan tatapan penuh arti dia menatap Andreas Lu beberapa detik sebelum masuk dan menutup pintu dengan senyum nakal.......

.........................................................................................

Sesampainya di pekarangan rumah Andreas Lu, meskipun ini bukan pertama kalinya Tiffany Wen datang ke sini, tapi dia masih merasa begitu luar biasanya tempat itu.

Eh, kehidupan mewah para tiran lokal........

Begitu masuk, dengan dingin Andreas Lu pun memerintah beberapa pembantu perempuan: "Bawa Nona Wen ke ruang tidur tamu."

Dan Tiffany Wen pun mengikuti para pembantu dengan ramah menuju ke ruang tidur tamu......

Setelah selesai makan malam, setelah Tiffany Wen menggambar beberapa desain dia mendapati bahwa waktu sudah cukup larut, baru teringat dia harus menggantikan obat Andreas Lu, tapi sepertinya obat itu dibawa oleh Dave Gu.

Begitu keluar kamar, Tiffany Wen melihat koridor lantai dua yang panjang dan dunyi, setelah bertanya kepada seorang pembantu barulah dia tahu kamar Dave Gu dan kamar Andreas Lu.

"Benar-benar, hanya tinggal dua orang saja membeli rumah yang sebegini besar untuk apa, ditambah dengan pembantu pun masih banyak sekal tempat kosong, tidak heran kak Stella tidak ingin tinggal di sini........"

Tiffany Wen mengomel dengan suara pelan, tapi masih berusaha mencari kamar Dave Gu, dengan tidak pasti Tiffany Wen mengetuk pintu perlahan: "Asisten Gu, aku datang untuk mengambil obat."

Di dalam kamar, Dave Gu baru saja mengatur obat untuk Andreas Lu, dia mengganti obat anti inflamasi dengan tablet vitamin, beberapa macam vitamin dimasukkannya dalam 3-4 botol obat.

Setelah selesai mempersiapkannya, Dave Gu memasukan kantong obat yang sudah ditukar itu dan alkohol serta kain kasa ke dalam sebuah kantong plastik, lalu dengan wajah datar dia berjalan ke arah pintu.

Tiffany Wen yang ada di luar pintu seperti tidak mendengar suara apa pun, mengira bahwa dirinya salah mengetuk pintu, tepat saat dia akan pergi, dia melihat Dave Gu membukakan pintu dan membawa sekantong obat.

"Maaf Nona Wen, baru saja aku mencari obatnya, jadi tidak sempat menjawab, semua obat Tuan Muda Ketiga ada di sini, maaf merepotkan Nona Wen."

Tiffany Wen menerima kantong obat itu dalam diam, dia melihat di dalamnya ada sekelompok obat anti inflamasi, anti sakit, anti infeksi, hemostasis, pereda bengkak, rasa bersalah dalam hatinya kembali bergejolak.

Di balik tubuh Dave Gu, Tiffany Wen melihat ada beberapa botol vitamin dan kalsium yang berserakan di bawah meja, dengan wajah khawatir dia bertanya: "Asisten Gu sedang sibuk, begitu banyak vitamin dan kalsium, pasti untuk menjaga kekebalan tubuh."

Setelah mendapati Tiffany Wen menyadari ada beberapa obat di belakangnya, Dave Gu menegang, dan melihat yang pertama kali terlintas di kepala Tiffany Wen adalah mengkhawatirkannya, dia merasa sedikit tenang: "Tidak apa-apa, Nona Wen, aku tahu batas ku, terima kasih atas perhatiannya."

Tiffany Wen mengangguk, lalu memutar badan dan pergi menuju ke kamar Andreas Lu.

Melihat pintu kayu berwarna merah tua, Tiffany Wen merasa agak ragu, tapi menggertakkan gigi diam-diam lalu mengetuk pintu itu.

"Masuk." Suara rendah yang merdu terdengar dari balik pintu, tidak ada sedikit pun nada dingin dan angkuh, juga tidak ada kelicikan, justru malah terdengar merdu dan lembut, Tiffany Wen merasa sedikit lega, lalu membuka pintu dan masuk.

Begitu masuk dia melihat sebuah ruangan yang redup, hanya sebuah lampu kuning temaram yang menyala di atas meja di sudut ruangan, dan Andreas Lu duduk di samping meja itu, menyilangkan kedua kakinya, dan dengan tenang menatap Tiffany Wen.

"Kamu sudah datang?"

Tiffany Wen melihat Andreas Lu saat ini, hanya mengenakan sebuah kemeja berwarna putih, dan membuka tiga kancing paling atas, dan kerahnya pun juga tertarik terbuka sedikit, menunjukan warna putih susu yang bersih dari kulitnya dan tulang selangkanya yang indah, wajahnya yang tegas terlihat lebih terlihat tajam di bawah bayangan lampu, segitiga dari jakun ke otot dadanya pun terpampang dengan indahnya di bawah bayangan yang memikat.

Tiffany Wen mengalihkan pandangannya sesaat, untung saja cahaya di dalam kamar itu cukup redup, jadi wajahnya yang merona merah itu pun tidak terlihat dengan jelas.

Diam-diam dia menelan ludah, membasahi tenggorokannya yang terasa kering untuk berbicara: "Waktu sudah larut, aku datang untuk mengganti obat....."

Andreas Lu melihat Tiffany Wen yang meskipun berbicara dengannya, tapi pandangannya tidak tertuju pada tubuhnya, bibirnya membentuk sebuah senyum nakal.

"Baik, tunggu sebentar, aku akan mandi dulu." Setelah mengatakannya Andreas Lu pun bangkit berdiri, kemudian segera melepaskan pakaian atasannya, membuat garis-garis ototnya terlihat dengan jelas.

Tiffany Wen yang merasa terkejut dengan pergerakan tiba-tiba Andreas Lu pun terpekik, dan dengan tangannya menutup mata, wajahnya merona merah padam: "Andreas Lu, kamu kamu kamu kamu kamu, kamu mau apa? Mengapa tiba-tiba melepaskan bajumu seperti itu!"

Andreas Lu mengangkat alisnya dan menatap Tiffany Wen yang mirip burung unta yang melarikan diri dengan penuh minat pada saat ini, keusilannya pun menjadi-jadi: "Mau apa? Bukankah aku bilang aku akan mandi? Apa kamu bisa mandi tanpa membuka baju?"

Andreas Lu menarik keluar sebuah baju tidur dari lemari di sampingnya, melihat tampang Tiffany Wen yang terlihat seperti seekor burung unta, dia pun tidak tahan untuk mengusilinya, kilatan nakal tersirat di matanya.

"Atau kamu mau......"

"Aku? Aku mau apa?"

Tiffany Wen yang melihat Andreas Lu berkata separuh kalimat pun terbungkam, dalam hatinya ada rasa ingin tahu, dia menyipitkan mata dan mendapati Andreas Lu tidak ada di situ, dan lampu kamar mandi juga gelap, dia merasa aneh, dan menurunkan tangannya.

Di saat ini, Tiffany Wen tiba-tiba merasa ada hembusan angin di belakangnya, dan sebuah suara rendah terdengar di telinganya: "Apa kamu mau aku mengerjaimu?"

Tiffany Wen seketika merasa darahnya menggumpal, dan kulit ayam memenuhi tubuhnya.... satu detik setelah itu, Tiffany Wen membuka mulut untuk berteriak, tapi sebuah tangan besar yang hangat menutup mulutnya.

"Aa! Mm....."

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu