Precious Moment - Bab 123 Naik Pangkat Menjadi Ibu Bos

Ketika Tiffany Wen jatuh terkulai di lantai, Wayne langsung tersenyum lebar. Dia berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mendekati Tiffany Wen. Dia lalu melambai ke Jeremy dan Evan.

“Bantu aku memapahnya.”

Tiffany Wen melihat wajah Wayne yang bangga dan matanya yang mulai menatapnya dengan jelalatan. Dia langsung mual. Ketika Jeremy dan Evan berjalan mendekatinya, dia menggingit bagian lidahnya keras-keras untuk membuatnya tetap sadar.

Harapan terakhirnya adalah May, teman sekamar dan semeja Jennifer Xia ketika masih kuliah. Namun, ketika dia menatapnya, May memalingkan muka.

Tiffany Wen tersenyum pahit.

Sepertinya Jennifer Xia, sama sepertinya, salah memilih teman dan salan menaruh kepercayaan.

Di lain sisi, Andreas Lu sedang makan malam dengan mitra bisnisnya di hotel. Mereka sudah selesai mendiskusinya proyek dan mencapai mufakat. Semuanya berjalan dengan lancar.

Suasana hatinya sedang baik saat itu. Setelah kedua belah pihak menyetujui proyek kerjasama itu, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Karena agenda utama makan malamnya sudah selesai dan suasana hatinya juga sedang baik, dia tidak memberikan ponselnya kepada Dave Gu seperti biasanya. Dia mengangguk sekilas kearah mitra bisnisnya lalu keluar dari bilik privat mereka.

Setelah keluar dan melihat layar ponselnya, dia terkejut mendapati telepon dari Tiffany Wen. Dia mengangkat alisnya, kebingungan.

Fanny, sedang apa dia? Bukankah biasanya dia menelepon Dave Gu? Mengapa dia langsung meneleponnya sekarang? Apa ada yang ingin dia bicarakan dengannya?

Andreas Lu menyeringai saat memikirkannya. dia lalu mengangkat teleponnya, “Halo?”

Namun, tidak ada jawaban dari ujung lain telepon. Jika bukan karena suara musik yang keras dan jelas di telepon, Andreas Lu sudah berpikiran kalau ponselnya rusak.

Dia lalu mengerutkan dahinya. Mustahil rasanya kalau Tiffany Wen sampai membuat lelucon rendahan begini. Karena dia menelepon nomor pribadinya, mungkin ada hal penting yang ingin dia katakana padanya, tetapi dia sama sekali tidak berbicara. Namun, ada suara yang sangat lirih dari ujung telepon.

Firasat buruk Andreas Lu semakin menguat. Dia mencoba mendengarkan suara itu dengan seksama. Otaknya juga dengan fokus memperhatikannya. Dia samar-samar mendengar Tiffany Wen mengguman sambil menangis, “Pergi! Jangan sentuh aku! Menjauh dariku!”

Andreas Lu mengangkat alisnya. Sekarang, dia yakin kalau sesuatu terjadi pada Tiffany Wen. Dia tidak berani mematikan teleponnya. Dia masuk kembali ke dalam bilik privat itu dan mengambil mantelnya di kursi. Dia menatap mitra bisnisnya yang tampak sama terkejutnya, lalu membungkuk dan meminta maaf.

“Maaf. Terjadi sesuatu. Saya harus pergi sekarang. Mohon pengertiannya.”

Setelah itu, dia bergegas keluar ruangan. Dave Gu juga meminta maaf berkali-kali. Untungnya, mitra bisnis mereka memahaminya. Mereka bahkan melambaikan tangan, menandakan bahwa itu bukan masalah. Ini juga pertama kalinya mereka melihat Andreas Lu sebegini khawatirnya. Sepertinya, hal yang sangat penting telah terjadi. Semua orang di bilik itu memahaminya.

Setelah mengucap terimakasih, Dave Gu lalu berjalan keluar ruangan dan mengejar Andreas Lu. Dia juga sama terkejutnya.

Dia sudah lama bekerja untuk Andreas Lu. Dia sama sekali belum pernah melihat Andreas Lu tampak sangat khawatir atau bahkan meninggalkan mitra bisnis ditengah makan malam begini.

Sesuatu terlintas di benaknya. Dahinya lalu mengerut.

Hanya ada beberapa orang yang bisa membuat Tuan Muda Ketiga bersikap seperti ini, namun jika dia sampai khawatir… apa terjadi sesuatu pada Nona Tiffany Wen?!

“Astaga. Aku benar-benar tidak menyangka tante ini bersikeras melawan. Bukannya Wayne sudah membiusnya? Mengapa dia masih sangat merepotkan?” ujar Evan sambil mengusap keringat di dahinya. Dia melihat bekas cakaran Tiffany Wen di lengannya, lalu menghela nafas panjang.

“Biusnya bekerja cukup lambat padanya. Sepertinya, setelah beberapa saat, efeknya mulai melemah. Aku hanya menyiapkan satu dosis saja. Obat itu juga hanya bekerja sebentar.”

“Wayne, apa kamu juga akan membawa tante ini ke hotel sebelah?”

“Tidak. aku berubah pikiran. Aku tidak akan membawanya ke hotel murahan itu. Setelah keluar nanti, aku akan langsung memanggil taksi dan membawanya ke Populous Hotel. Hotel mewah itu lebih cocok untuk wanita cantik begini.”

Saat itu Jeremy memapah Jennifer Xia ynag sudah mabuk di dekat pintu. Dia lalu berkata ke Wayne dan Evan, “Sebaiknya jangan buang-buang waktu. Aku takut akan terjadi apa-apa nanti. Kalau sampai terjadi hal yang tidak-tidak, kita akan menyesalinya.”

Evan merasa Jeremy ada benarnya juga. Dia lalu cepat-cepat memapah Tiffany Wen dan berjalan kearah pintu. Mata Wayne tampak berbahaya. Dia sudah tidak sabar ingin cepat-cepat keluar dari ruangan ini dan memanggil taksi.

May dan Morgan memilih untuk tinggal didalam ruangan itu. Wajah May tampak kalut. Dia menoleh kearah Wayne dan melihat segerombolan orang itu pergi. Dia tiba-tiba mengingat wajah Tiffany Wen yang meminta pertolongannya, juga Jennifer Xia. Hatinya terasa pilu.

“Morgan, apa tidak apa-apa kita melakukan ini? Aku merasa—”

“May, Wayne sudah bilang. Selama dia berhasil memiliki Jennifer, dia akan mempekerjakannya di perusahaanya dan menggandakan gajinya. Aku tahu kamu mungkin tidak setuju dengan caranya. Kamu bisa menyalahkanku. Aku akan menanggungnya selama kamu bisa merasa lebih baik.”

***

Wayne dan teman-temannya lalu memanggil taksi dan berangkat ke Populous Hotel. Taksi itu pun berhenti. Wayne sudah tidak sabar lagi.

Setelah memesan kamar, Wayne lalu memerintahkan Evan dan Jeremy untuk membawa Jennifer Xia dan Tiffany Wen ke dalam kamar, lalu pergi.

Saat dia melihat dua wanita cantik itu terkulai lemah diatas ranjang, terutama Tiffany Wen, dia lalu naik keatas ranjang dan mulai mendesah. Tangannya mulai melucuti pakaian mereka.

Wayne menelan air liurnya. Di bawah cahaya lampu hotel itu, tubuh Tiffany Wen tampak sangat indah. Karena efek obat yang tadi dia berikan, Tiffany Wen tidak henti-hentinya menggeliat diatas ranjang. Wayne serasa ingin langsung naik dan melahapnya. Namun, dia tidak bisa menahan efek dari alkoholnya. Dia lalu memutuskan untuk masuk ke kamar mandi dan mandi secepat mungkin.

Wayne keluar dalam balutan handuknya. Dia sudah tidak sabar ingin segera naik keatas ranjang, namun dia tidak menyentuh Tiffany Wen. Dia melucuti pakaian Jennifer Xia lebih dulu karena di matanya, Tiffany Wen adalah anjing yang sedang bergairah. Dia tidak perlu terlalu memperhatikan Tiffany Wen, karena nantinya wanita itulah yang akan memohon padanya. Sebaliknya, Jennifer Xia mabuk berat. Jennifer Xia tidak akan mengambil inisiatif, jadi Wayne harus melakukannya seorang diri.

Namun, ketika Wayne baru saja akan memulai aksinya dengan Jennifer Xia, tiba-tiba dia mendengar suara hantaman keras dari belakangnya. Saking terkejutnya, badannya sampai bergetar. Dia lalu menoleh dan melihat pria dengan tatapan dingin berdiri di ambang pintu. Tatapannya sangat menyeramkan seakan dia ingin menghabisinya.

Wayne tidak senang. Dia lalu berkata, “Siapa kamu? Apa kamu tahu siapa aku? Aku adalah—”

Andreas Lu melihat kedalam ruangan hotel itu dan samar-samar melihat Tiffany Wen terkulai di ranjang. Dia lalu masuk dan melihat dengan jelas Tiffany Wen yang berbaring setengah sadar.

Dia sangat marah. Tanpa mempedulikan apa yang Wayne ini katakan, Andreas Lu langsung menonjok wajahnya keras-keras. Wayne pun jatuh dari kasur.

Wayne berusaha berdiri dari lantai. Dia juga sama marahnya. Dia lalu mencoba untuk melawannya. Sayangnya, kaki Andreas Lu jauh lebih kuat dibanding dengan tangan Wayne. Andreas Lu menendang perutnya dan Wayne kembali terjatuh di lantai. Wayne juga baru saja mandi. Kakinya belum sepenuhnya kering. Dia lalu terpeleset dan jatuh. Bagian belakang kepalanya menghantam lantai dan dia langsung pingsan.

“Dave, telepon polisi dan pesan kamar sebelah! Cepat!”

“Baik, Tuan Muda Ketiga.”

Setelah memerintah Dave Gu, Andreas Lu lalu menghampiri Tiffany Wen. Wajahnya memerah, nafasnya berat, dan dia juga tidak henti-hentinya mencoba melucuti pakaiannya sendiri. dia tahu Tiffany Wen diobati. Dia lalu menggendong tiffany Wen dan membawanya keluar kamar.

Tiffany Wen yang dari tadi tidak bisa diam di atas ranjang, kini lebih tenang didalam pelukan Andreas Lu. Dia melingkarkan tangannya di leher pria itu, juga terus-menerus mengusapkan kepalanya di lengan Andreas Lu. Sesekali, Tiffany Wen mengerang.

Andreas Lu merasa geli ketika Tiffany Wen terus-menerus mengusapkan kepalanya ke tubuhnya. Dia juga tidak berhenti mengerang. Tingkahnya seperti kucing yang manja. Andreas Lu tidak tahan melihatnya.

Nafas pria itu pun semakin memburu. Darah mengalir ke permukaan tubuhnya. Tepat saat itu, Dave Gu membuka pintu kamar sebelah.

Andreas Lu membawa Tiffany Wen masuk dan langsung mengunci pintu tanpa mengatakan apa-apa. Dave Gu ditinggal seorang diri di luar pintu.

Apa Nona Tiffany Wen akhirnya naik pangkat menjadi ibu bos?

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu