Precious Moment - Bab 360 Jangan Menambah Masalah

Tiffany seusai menata rambut, dia bercermin dan mulai mencari Andreas, namun terlihat Andreas tengah berada didepan pintu dan rambutnya sama sekali tidak terlihat berubah.

Tiffany menatapinya dengan penasaran, "Andreas, apakah kamu tidak berdandan sama sekali?"

Andreas mengangkat kepalanya dan melirik Tiffany, dia lalu melirik kearah Stella yang terlihat senang, "Jika kalian sudah selesai, kita boleh pergi sekarang."

Tiffany menatapi Stella dengan bingung, dia ingin tahu apa maksud tatapan Stella tadi.

Stella tersenyum dan menarik Tiffany, dia berbisik disamping telinganya dengan misterius, "Andreas tidak suka orang lain menyentuh kepalanya."

Tiffany dengan kaget mengeser kepalanya, dia menatapi Stella, karena dia pernah menyentuh kepala Andreas lebih dari sekali saja, dan sepertinya Andreas sama sekali tidak menolak.

Melihat Tiffany yang menatapinya dengan tatapan penuh pertanyaan, Stella tersenyum dengan misterius, dan Tiffany langsung mengerti.

Sepertinya ketika kecil, Andreas sering dimainkan olehnya.

Namun Tiffany tiba-tiba merasa dirinya bisa mengerti Stella, bagaimanapun juga rambut Andreas memang nyaman ketika dipegang.

Ketika sadar kembali, Tiffany menyadari dirinya tengah menatapi Andreas dengan lciik, dan tiba-tiba dibenaknya muncul sebuah manusia kepala husky, Tiffany tercengang dan mengelengkan kepalanya, Stella menatapi Tiffany dengan penasaran.

Dia berkata, "Fanny kenapa itu?"

"Tiffany menatapi Stella dan berkata, "Tidak apa-apa."

Dan disaat ini, hpnya berbunyi, itu adalah telepon dari pabrik pakaian, Tiffany merasa sedikit kaget, bukankah kemarin dirinya sudah mengantarkan designnya, ada apa lagi ini?

Sambil bingung, tapi Tiffany tahu juga mereka tidak mungkin meneleonnya untuk mengobrol bersamanya dijam begini.

"Halo, ada apa ya?"

Andreas dan Stella berhenti, dan menatapi Tiffany, terlihat kening Tiffany semakin dikerutkan.

Setelah teleponnya dimatikan, Andreas lalu berkata, "Ada apa itu?"

Tiffany melihat Andreas dan Stella terus menatapinya, dia langsung merasa malu, dia tertawa dengan canggung, "Bukan masalah besar juga, hanya saja ada produk yang terburu-buru ingin dilaunching, tapi designnya buram, mereka menanyakan apakah ada cadangnya atau tidak."

Andreas melirik Tiffany dan tidak mengatakan apapun, dia lalu berjalan kearah tempat parkir yang tidak jauh dari sana, dia memutarkan badannya dan melihat Tiffany yang masih berdiri ditempat semua dengan bodoh, dia mengerutkan keningnya, "Masih melongo disana buat apa? cepat naik."

Tiffany mengedipkan matanya, setelah merespon 2 detik, dia sadar, dan melambaikan tangannya penuh ketidakpedulian, "Tidak apa-apa, disini juga tidak jauh dengan Louise, aku hanya pergi ke sana untuk ambil design saja, sangat cepat."

"Malahan kamu, kamu dan Kak Stella aadalah perwakilan dari keluarga Lu, tidaklah baik jika terlambat, kalian pergi dulu saja, aku akan segera kembali."

Andreas mengerutkan keningnya, dia masih ingin mengatakan sesuatu, namun langsung terpotong oleh perkataan Stella, "Andreas, Fanny bukanlah anak kecil, lagian dia juga tidak akan hilang, kali ini kita pergi masih ada hal yang harus diurus, jika perginya terlambat dan orangnya banyak akan sedikit susah."

Andreas mencibir, orang lain mungkin tidak akan hilang, namun Tiffany belum tentu, dirinya pergi darinya 3 menit saja langsung kecelakaan, bagaimana mungkin dia bisa tenang.

Melihat tatapan kekhawatirkan Andreas, Tiffany langsung mengerti maksudnya, dia merasa tersentuh, dia lalu tersenyum dan menatapi Andreas dengan tulus.

"Tenang saja, kali ini aku pasti tidak akan kenapa-kenapa, kamu dan Kak Stella pergi dulu saja."

Andreas menatapi Tiffany dengan dalam, terakhir dia berkata, "Ingat perkataanmu, jika ada apa-apa telepon saja."

Stella duduk disamping tempat kemudi, dia menatapi Andreas duduk ditempat kemudi, "Sungguh cepat kalian berkembang, bukankah hanya pergi mengantarkan dokumen saja, perlukah begitu tidak tega?"

Andreas melirik kakaknya dan berkata, "Kak, apa yang kamu maksud?"

Stella menurunkan kaca jendela, dan melambaikan tangannya kearah Tiffany, dengan jarangnya dia serius, "Setidaknya hari ini adalah hari ulang tahun Marco, ayah dan ibu pasti pergi juga, kamu lebih baik menggunakan kesempatan ini untuk mengaris bawahi hubungan kamu dengan Melody, jika tidak entah mau sampai kapan terus berhubungan dengannya."

Andreas juga terlihat serius, keningnya dikerutkan, tatapannya sedikit bersinar, setelah berpikir sejenak, dia lalu berkata, "Jika hanya keluarga Tsu sendiri saja yang berpikir seperti itu masih baik saja, namun jangan lupa bahwa ibu sangatlah menyukai Melody, sedangkan ayah, dia tidak membantu ibu untuk berbuat onar saja sudah perlu berterima kasih kepadanya."

"Jadi hal ini juga tidak mudah langsung diperjelas, meskipun sekarang hubungan keluarga Lu dan Keluarga Tsu sudah semakin menipis, namun tetaplah harus dijaga sedikit."

Stella melirik Andreas, dia tahu adiknya sendiri punya rencana sendiri, dia tidak mengatakan apa-apa lagi, setelah sesaat kemudian, barulah Stella bertanya, "Kamu dan dia, apakah sudah berkontak?"

Andreas menatapi arah depan, ekspresinya tidak berubah dan juga tidak langsung menjawab, "Begitu ingat dengannya, mengapa kamu tidak meneleponnya sendiri?"

Stella menghempaskan nafas dan membalikkan kepalanya untuk melihat kearah luar jendela mobil, namun tetap terlihat rasa sedih didalam tatapannya, "Aku pernah bilang, aku tidak akan menghubunginya terlebih dahulu, aku ingin melihat dia ingin bersembunyi hingga kapan, ulang tahun nenek dia hanya menyuruh orang membawakan hadiah saja, sungguh tidak terikat sekali dia!"

Andreas melirik kearah Stella dan menghempaskan nafasnya, "Nona Besar, jika kamu benar-benar tidak ingin mempedulikan dia, maka kamu tidak akan membawakan hadiahnya untuk nenek."

"Benar kan, Nona besar?"

Mendengar panggilan Nona besar dari Andreas, Stella sedikit marah, "Setir dengan baik! Kamu pikirkan sendiri bagaimana mengatasi masalahmu dulu!"

Seusai berkata, Stella terhenti sejenak dan menatapi Andreas lagi, "Benar kan, orang ketiga."

Andreas langsung marah, dibandingkan dengan Husky, dia paling membenci julukan ini, dia melirik Stella dengan marah dan tidak lagi mengatakan apapun lagi.

Melihat dendamnya terbalas, suasana hati Stella membaik, dia memutarkan kepalanya untuk melihat pemandangan diluar, Stella lalu menghempaskan nafasnya, "Sekarang kita mana perlu dia melakukan apa, yang perlu dipikirkan adalah masalah didepan mata ini."

Disisi lain, Tiffany melihat mobil Andreas menjauh, dia lalu memanggil taksi dan pergi ke Louise Group.

Setelah melihat waktu, tidak disangka penataan pakaian mereka menghabiskan banyak waktu.

Setelah datang ke Louise, selain satpam sepertinya tidak ada orang lain lagi,. setelah datang ke divisi design, Tiffany menatapi bagian dalam sana yang gelap, rasanya sedikit seram, dia menelan air ludah namun tetaplah pergi ke kantor, sekali masuk langsung bergegas membuka komputer dan setelah yakin design kali ini tidak buram, barulah dia kirim dan mematikan komputer, lalu turun kebawah lagi.

Sekali sampai di pintu, dia bertemu dengan Dave yang terburu-buru, mereka saling bertatapan dan tercengang.

"Nona Wen, mengapa kamu berdandan seperti ini disini?"

Tiffany tertawa canggung, "Kejadian mendadak!"

Dave menatapi Tiffany dengan bingung, namun dia juga tidak berencana untuk bertanya, "Nona Wen, jika tidak kamu tunggu aku sebentar saja, aku ambil sebuah dokumen dan antar kamu saja pergi?"

Kebetulan Tiffany tidak tahu dimana Keluarga Tsu berada, dia masih sedang bingung harus pergi dengan cara apa, tiba-tiba ada seorang supir gratis, dia tentu saja tidak akan sungkan.

"Baiklah, kalau begitu aku tunggu kamu disini."

Dave menganggukkan kepalanya,. dia bergegas berlari kearah lift.

Tiffany dududk kedalam mobil bmw merah milik dave, setelah menydari ada sebuah mainan hello kitty lucu, Tiffany menoelnya, dan berkata, "Tidak terlihat ternyata Dave punya hobi seperti ini."

Dave menyetir dengan serius, ekspresinya sedikit canggung, "Itu semua hadiah orang>"

Tiffany menatapiku dave dengan senyuman jahat, dia tertawa, "Tidak apa-apa, aku mengerti, aku mengerti, kapan kenalan dulu?"

Dave tersenyum canggung, namun dia tetaplah menganggukkan kepalanya, "Baik."

Novel Terkait

Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu