Precious Moment - Bab 120 Bibi, Di Sini Bukan Tempat Untuk Berjualan Sayur

Tiffanny Wen melihat Diane yang pergi dengan marah dengan senyum pahit. Kepahitan di hatinya tak bisa terkatakan. Tiffanny Wen tetap menunjukkan senyum bahagia saat melihat Jennifer Xia yang masih dalam keadaan sangat antusias. Tiffanny Wen tidak tega mengecewakannya.

Sudahlah, karena semuanya memang sudah seperti ini. Jadi, hanya bisa menerima semua ini begitu saja. Hadiah untuk Diane besok saja diberikan kepadanya.

Jennifer Xia baru mengatakan kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tiffanny Wen hanya bisa menemaninya merayakannya dulu. Masalah yang membuat pusing ini, tanyakan lagi saja pada Kak Stella saat pulang nanti. Dia pasti punya cara.

Wen Henti hanya bisa menghela napas saat memikirkan ini. Ia menyingkirkan kepahitan dan ketidakberdayaan dari matanya, lalu menatap Jennifer Xia dengan tatapan yang penuh tanya.

"Jennifer, hari ini adalah hari ulang tahunmu, kenapa kamu malah sibuk seharian di kantor? Rasa kesalmu kepadaku juga sudah pergi?"

Jennifer Xia memasukkan dompetnya ke dalam ranselnya, lalu mendongak menatap Tiffanny Wen sambil cemberut. "Bukan itu. Aku baru saja dijadwalkan pergi ke beberapa taman untuk mengumpulkan gaya pakaian dan tren mode saat ini. Hanya saja, saat itu kamu masih belum datang."

"Fanny, kamu tidak tahu kalau hari ini aku mondar-mandir, pergi ke sana dan ke mari. Ketika aku kembali, waktu sudah sampai di waktu pulang. Aku takut kamu akan langsung pulang setelah membereskan barang-barangmu. Tapi, aku buru-buru menghampirimu setelah selesai melaporkan pekerjaanku. Akhirnya, kamu malah berkata aku marah dan menghindarimu." Berbicara sampai akhir, Jennifer Xia beberapa kali berpura-pura menangis dan menatap Tiffanny Wen dengan tatapan sedih.

Tiffanny Wen merasa terhibur oleh Jennifer Xia, suasana hatinya pun terasa lebih lega, "Sudah-sudah, sudah ya. Jadi, beberapa hari ini tidak bertemu denganku terasa seperti ribuan tahun? Atau kamu tahu aku akan menyiapkan kado untukmu dan kamu tidak sabar menunggunya?"

Jennifer Xia mendengus pelan, tahu kalau Tiffanny Wen sedang menggodanya lagi, dia meringis dan berkata, "Sudahlah, lihat narsisismu. Aku awalnya ingin memberitahumu kemarin, jam 8 malam ini temani aku merayakan ulang tahunku di Night Rose, bersama beberapa teman kampusku juga."

Tiffanny Wen mengangguk lalu melihat jam. Masih ada 30 menit sampai ke pukul delaman malam. Lalu kembali fokus pada Jennifer Xia setelah mengingat Jennifer Xia mengatakan akan menemui dirinya setelah melaporkan pekerjaannya.

"Kalau begitu, kamu mau pulang ke rumah dulu untuk makan bersama orang tuamu, lalu langsung pergi ke Night Rose?"

Jennifer Xia menggaruk belakang kepalanya, tersenyum dengan menyiratkan kekecewaan.

"Aku berencana untuk makan di luar dengan santai. Tidak ada seorang pun di rumahku. Orang tuaku sedang ada urusan di luar, tidak akan pulang ke rumah..."

Tiffanny Wen melihat kekecewaan Jennifer Xia, lalu menyentuh kepalanya, dengan lembut tersenyum, "Sudah, jangan kecewa, bukannya masih ada aku di sampingmu? Mari kita makan hot pot seafood bersama."

Mendengar kata-kata Tiffanny Wen, Jennifer Xia memandang Tiffanny Wen dengan kilau di matanya. Di balik kacamata datar yang besar, pupilnya yang berwarna cokelat gelap penuh kelembutan dan ketulusan, yang membuat hati Jennifer Xia tanpa sadar terasa hangat.

Jennifer Xia menyingkirkan ekspresi kecewanya, ia mengangkat alisnya dan berkata pada Tiffanny Wen, "Sudahlah, aku ini sedang ingin makan banyak."

"Hahaha, oke, selama gadis yang berulang tahun ini senang, selama tidak menguras dompet, kamu yang bayar aku yang kenyang."

Tiffanny Wen dan Jennifer Xia saling melirik, kemudian tertawa bersama.

Jennifer Xia menyeka air mata dari sudut matanya dan menarik Tiffanny Wen ke lift.

"Fanny, bagus ya, berani sekali, kamu bisa ajari aku."

"Apa maksudmu, apa aku pernah pelit? Lagipula aku masih berhutang hotpot seafood."

"Oh~ Fanny tak tahu malu! Ini tidak termasuk! Kali ini kamu mentraktirku untuk merayakan ulang tahunmu, aku ingin merayakannya lagi!"

"Betul betul betul, Jennifer, semua tergantung padamu yang sedang berulang tahun."

……

Setelah keluar dari restoran hotpot, Jennifer Xia berkata kepada Tiffanny Wen dengan tergesa-gesa, "Fanny, sepertinya kita harus buru-buru. Mereka ternyata sudah lebih awal sampai di sana, private room pun bahkan sudah dibuka."

"Jennifer, aku rasa tidak perlu terburu-buru juga, masih ada 20 menit sampai ke pukul delapan. Kita tidak akan terlambat sampai di sana."

"Tapi... Aku rasa, tidak baik juga membuat mereka menunggu lebih lama lagi... Bagaimanapun, aku yang merencanakan semuanya."

"Oke, oke, aku mendengarkanmu."

Tiffanny Wen memandang Jennifer Xia dengan sedikit tak berdaya, ia membiarkan Jennifer Xia menariknya ke pinggir jalan. Menghentikan taksi, lalu memberitahukan tujuannya kepada sopir taksi tersebut.

Masuk ke dalam Night Rose, tempat itu adalah bar dengan reputasi baik di daerah ini.

Tiffanny Wen berjalan masuk, musik yang memekakkan telinga meledak berputar dari lantai danda di sana. Tatapan menghina yang terasa terjatuh pada diri Tiffanny Wen, membuatnya merasa sangat tidak nyaman.

Tiffanny Wen mengerutkan keningnya. Jennifer Xia menariknya masuk ke dalam sebuah private room. Setelah masuk, ia bertemu ddengan empat pria dan seorang wanita yang sedang duduk dan mengobrol di ruang tersebut.

Meskipun mereka saling berbincang satu sama lain, tapi mereka lebih menyanjung seorang pria yang duduk di tengah.

Tiffanny Wen memandang lelaki itu dengan rasa ingin tahunya. Pria itu terlihat sangat lumayan. Dalam setelan bermerek, arloji emas di pergelangan tangannya yang selalu memancarkan cahaya dan gel rambut yang sedikit mengilap. Terlihat sangat terawat. Berpakaian kasual dengan sangat rapi, terlihat sekali seperti berasal dari keluarga yang memiliki latar belakang baik.

Namun, Tiffanny Wen merasa sangat jijik begitu melihatnya dari pintu. Ia mendapati pria itu berkedip pada Jennifer Xia. Dalam hatinya, Tiffanny Wen merasa harus jaga jarak dengan pria ini.

Setelah menarik Tiffanny Wen ke pintu, Jennifer Xia melihat sudah ada banyak teman sekelasnya yang duduk di dalam ruangan itu. Jennifer Xia sedikit terkejut., "Wow, aku tidak menyangka kalian semua akan datang. Aku kira, kali ini paling banyak hanya akan ada May dan pacarnya saja."

Jennifer Xia berkata dengan penuh semangat dan berlari menghampiri teman-temannya, ia memegang tangan May, "May, sudah lama sekali tidak bertemu denganmu. Dengar-dengar kamu sudah bertunangan dengan Morgan. Selamat ya kalian."

Pasangan itu langsung malu-malu, May terkikik sambil memegang tangan Morgan, "Terima kasih Jennifer, selamat ulang tahun juga ya kamu."

"Terima kasih May."

Setelah sejenak menyapa mereka masing-masing, Jennifer Xia membawa Tiffanny Wen kepada teman-temannya, dengan hangat memperkenalkan kepada mereka, "Ini Tiffanny Wen, teman kerjaku di Louise, dia adalah sahabatku yang baik juga."

Segera setelah itu, dia dengan hangat memperkenalkan Tiffanny Wen, "Fanny, mereka ini adalah teman sekelas kuliahku, masih banyak juga yang sudah pergi jauh, hanya tersisa mereka yang masih bisa datang menemaniku. Pasangan konyol ini, nama pria itu adalah Morgan, wanita itu adalah May. May adalah teman sekamar dan sebangkuku. Sayang sekali, bertemu dengan seorang pria, jadi tidak mau lagi bersamaku."

May memelototi Jennifer Xia, "Bicara apa kamu!" Dia mengangguk ke arah Tiffanny Wen lagi dan berkata, "Halo, senang bertemu denganmu."

"Aku juga, sangat senang bertemu denganmu, selamat ya kalian, semoga bahagia selalu."

Melihat mereka saling menyapa, Jennifer Xia terus menarik Tiffanny Wen dan berkata, "Dia adalah Evan, ketua klub basket kampus, banyak sekali penggemarnya... Dia adalah Jeremy, perwakilan dari kelas bahasaku."

Meskipun semua teman kelasnya tersenyum pada Tiffanny Wen saat Jennifer Xia memperkenalkannya, tapi bisa terlihat jelas kurang lebihnya ada rasa jijik dari tatapan mereka. Mereka pun mengangguk saat menyapanya.

Setidaknya mereka menunjukkan sikap yang cukup baik. Tapi saat Jennifer Xia memperkenalkan pria yang berpakaian kasual itu, pria itu mengerutkan keningnya, tersirat rasa jijik dari tatapan matanya. Ia menatap lurus ke arah Tiffanny Wen, senyum di mulutnya sangat menghina.

"Bibi, ini bar, bukan tempat untuk berjualan sayuran. Penampilanmu ini, sepertinya salah tempat ya?"

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu