Precious Moment - Bab 357 Bunga Diatas Kotoran

Melihat Tiffany dengan wajah merah pulang ke kantor, Jennifer menatapinya dengan senyuman jahat, dia terus menatapinya hingga duduk dimeja kerjanya, terakhir barulah meledek, "Fanny, kalian pergi makan hotpot, mengapa wajahmu begitu merah?"

Tiffany menghempaskan nafas secara tidak berdaya, dia mengeluarkan kaca dan melihat-lihat, wajahnya memang merah sekali, namun untung saja wajah yang merah menyamar bibirnya yang kepedasan.

Dia menyimpan kacanya secara diam-diam, Tiffany batuk pelan, "Tidak makan hotpot, hanya saja memesan sebuah daging rebus, sungguh pedas sekali dan menjadi begini."

Jennifer menatapi Tiffany dengan tatapan tidak percaya, Tiffany menatapi Jennifer dengan tatapan memohon, dia bersumpah, "Aku bersumpah, ini benar-benar karena daging rebus, jika bukan......."

"Baiklah, baiklah, aku tahu karena daging rebus."

Melihat Tiffany mencoba bersumpah karena hal kecil ini, Jennifer mengelengkan kepalanya dan memotong perkataan Tiffany.

Melihat Jennifer tidak lanjut bertanya, Tiffany sedikit lega, sebenarnya dia benar-benar tidak berbohong, tampangnya ini benar-benar karena disebabkan oleh daging rebus. Meskipun masih ada banyak hal diantaranya, namun tidak salah lagi karena daging rebus ini.

Meskipun terakhir dia juga hanya makan sedikit daging rebusnya saja, namiun dia tetaplah menyadari bahwa Andreas takut pedas, meskipun diawajahnya tidak diekspresikan, namun sekali makan saja dia meminum 5 gelas air, itu sungguh aneh sekali.

Tiffany tersenyum namun karena ketarik luka dibibirnya, dia kesakitan hingga tarik nafas dalam.

Dia lalu mengeluarkan cermin dan melihat apakah bibirnya keluar darah atau tidak, barulah dia meletakkan kembali cermin dan merasa marah.

Jangan-jangan Andreas seperti Husky saja, dirinya hanya saja pura-pura marah saja dan tidak peduli dengannya, dia langsung tiba-tiba mencium ketika berada dilift, bahkan ciumannya hingga begini sekali, dia sudah membalas dendam begitu banyak kali, bukankah hanya membuatnya terluka diwajah sekali saja? mengapa setiap kali ciuman harus mengigitnya baru senang kah?!

Benar-benar, sekalipun mengatakan dirinya cantik tapi itu juga bukan alasan untuknya untuk mengigitnya!!

Jennifer bersembunyi dibelakang komputernya dan tengah melirik Tiffany secara diam-diam, dan dengan ekspresi marah.

Anak ini pasti bukan karena kepedasan biasa saja, pasti ada cerita terselubung.

Dan disaat Jennifer ingin terus meledek Tiffany, hpnya tiba-tiba berbunyi.

Melihat tampilan teleponnya, dia sedikit bingung, namun dia tetap saja mengangkat teleponnya.

Tiffany melakukan makeup ulang, dia menggunakan lipstick untuk membuat bibirnya terlihat lebih normal, melihat Jennifer baru saja mengakhiri panggilan, dan seolah ingin mengatakan sesuatu dibalik komputernya, dia lalu bertanya, "Jennifer, ada apa?"

Jennifer mengetik beberapa kata dulu dan mengirim sebuah pesan, barulah setelah itu dia menjawab pertanyaan Tiffany, "Tadi telepon dari Melody, dia bilang beberapa hari lagi adalah hari ulang tahun ayahnya, karena kamu juga termasuk salah satu penanggung jawab di lahan di bagian timur kota, jadi dia ingin mengundangmu mengikuti acaranya."

Tiffany mengerutkan keningnya, dia tidak tahu mengapa Melody mengundangnya pergi, dia mengangkat kepalanya dan menatapi Jennifer dengan bingung, dia ingin menanyakan sesuatu, namun Jennifer seolah tahu apa yang ingin dia tanyakan saja dan menjawab, "Direktur Lu juga pasti akan pergi>"

Tiffany terlihat bingung, dia tidak tahu mengapa Jennifer tahu ia ingin menanyakan ini, namun Jennifer melihat Tiffany yang masih bingung, dia mengira Tiffany pasti tidak mengerti mengapa dirinya tahu Direktur Lu pasti akan pergi.

Meskipun window pesan dikomputernya masih ada, namun Jennifer mulai menganalisa dengan tampang serius, "Karena keluarga Lu dan keluarga Tsu setidaknya adalah keluarga dari lama, jadi sebagaimanapun tidak ingin nya direktur Lu, dia tetap harus pergi dibawah nama keluarga Lu."

Tiffany mencibir, dirinya juga tidak berencana ingin tahu mengapa dia harus pergi.

Tiffany menanyakan waktu acaranya, kebetulan itu adalah hari setelah mereka pergi mengantarkan design bersama pabriuk pakaian, hari itu kebetulan kosong, dan Andreas juga mau pergi.

Untuk tidak membuat Andreas dan Melody banyak berinteraksi, Tiffany tentu saja harus pergi, jika Andreas adalah miliknya, pasti ada orang lain yang yang masih tetap menginginkannya.

Sekali terpikiran disini, Tiffany tersenyum licik, dia merasa bahwa pengeksrpresiannya sungguh sempurna, Andreas dan Melody sama-sama tercelakakan, sebuah trik yang bagus.

Seketika, Tiffany langsung merasa suasana hatinya membaik, bahkan jarinya ketika mengetik keyboard saja juga terasa enteng.

Disisi lain, Andreas malah mengerutkan keningnya, seolah ada orang yang sedang mengatakan hal buruk terhadapnya, jangan-jangan adalah Tiffany.

Dan Dave yang berada dihadapan Andreas mulai mengerutkan keningnya, dia mengangkat kepalanya dan berkata, "Tuan Muda Ketiga, apakah kamu tidak ingin pergi ke acara keluarga Tsu?"

Anderas diam-diam dan mengetuk meja terus secara diam-diam, "Bukan begitu juga, sekalipun aku tidak ingin pergi keacara ini, tapi itu juga bukan hak aku untuk memilihnya."

"Oh iya, hubungi TIffany, suruh dia buat persiapan, kali ini dia harus pergi menghadiri acara keluarga Tsu dengan identitas sebagai wanitaku, sudah saatnya membuat Melody dan ibuku menghilangkan pemikiran seperti itu."

Meskipun Dave tahu bahwa Tiffany juga mendapatkan undangan, namun dia tidak mengatakannya, dia hanya menganggukkan kepalanya dan lalu keluar.

Disisi lain, Melody duduk didalam kantor, dia menyipitkan matanya, dan menatapi layar komputer yang gelap yang memantulkan wajah seramnya, tatapannya terlihat tidak stabil.

Meskipun dirinya benar-benar berkata seperti begitu dengan Caterina, namun Kak Andreas pasti akan membawa Tiffany si wanita hina itu untuk menghadriri acara, daripada membiarkannya datang dengan identitas sebagai pacar Kak Andreas, lebih baik dirinya memberikannya sebuah identitas yang tidak penting.

4 hari kemudian, Tiffany juga sudah tidak ada hal yang perlu disibukkan, dia lalu berencana untuk pulang lebih awal dan mulai membereskan barangnya.

Melihat ketuanya begitu manja, Jennifer lalu meledek, "Fanny, apakah aku perlu mengantarmu dengan tatapanku?"

Tiffany mencibir, dia tentu saja tahu makksud Jennifer adalah menatapi kondisi seperti itu, dia melambaikan tangannya, "Terima kasih Jennifer, tidak perlu itu."

Jennifer menghempaskan nafasnya, dia lanjut mengetik, "Sudahlah kalau begitu, orang biasa bahkan tidak bisa mendapatkan perlakukan seperti itu lho."

Tiffany mulai tertawa sedikit canggung, melihat Jennifer seolah sedang mengobrol dengan seseorang, namun Tiffany tidak mempedulikan apapun, bagaimanapun juga dirinya sudah memberikan rencana waktu penjualan pakaiannya kepada Jennifer, jadi wajar saja jika dia sedikit banyak mengobrol.

"Jennifer, kalau begitu aku pergi dulu ya, pulanglah lebih awal, jangan sampai nanti orang lain mengatakan aku menyiksa karyawanku."

"Iya tahu." Nada bicara Jennifer terdengar sedikit tidak berdaya, "Fanny, jika kamu benar-benar tidak tega terhadapku, maka aku antar kamu dengan tatapanku saja."

Tiffany tersenyum, dia lalu pergi, dan pergi kearah kantor Andreas.

Dia datang ke kantor dan melihat Andreas tengah berdiri dan melamun didepan jendela, dia tersenyum dan meledek, "Tuan Muda Lu, apakah kamu berencana untuk terbang keluar untuk menyelamatkan dunia?"

Andreas memutarkan badannya tanpa berekspresi lebih, dia menatapi Tiffany dengan tidak berdaya, "Dasar kanak-kanak."

Tiffany mencibir, "Tidak mau pergi kah?"

Andreas melirik pakaian Tiffany, seolah sedikit merendahkan, terakhir dia mengeser tatapannya karena pelototan dari Tiffany, "BAgaimanapun juga adalah acara kepala keluarga Tsu saat ini, tentu saja masih harus memperhatikan sopan santun."

Tiffany juga tidaklah bodoh, dia menganggukkan kepalanya, dia lalu menatapi Andreas dengan penasaran, "Tidak mau pergi kah?"

"Tunggu Stella."

Tiffany tercengang, dia lalu berkata dengan tatapan kaget, "Kak Stella sudah pulang? Kapan? Dia juga mau pergi hari ini?"

Andreas memutarkan kepalanya, dan menatapi Tiffany dengan tatapan yang rumit, namun terlihat tatapannya seolah melihat orang tolol.

Tiffany bingung, apakah dirinya salah bicara???

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu