Precious Moment - Bab 277 Mesum di Depan Mata

Melihat Tiffanny Wen yang terlihat sombong tapi perhatian pada orang lain, Andreas Lu dengan lembut mengangkat tutup panci yang mengeluarkan aroma segar disertai dengan kehangatan.

Setelah Tiffanny Wen mengambil peralatan makan, ia paling pertama menyajikan Andreas Lu dengan semangkuk sup putih, ditambah dengan beberapa potong labu dan ikan kecil.

"Cicipi dan lihat apakah itu sesuai dengan selera makanmu. Jika kamu bahkan tidak menyukai ini maka aku benar-benar tidak bisa apa-apa."

Andreas Lu tersenyum tipis: "Aku tidak pilih-pilih seperti yang kamu pikirkan."

“Benarkah?” Mulut Tiffanny Wen sedikit menyempit karena tidak percaya, tapi setelah memikirkan Stella Lu yang ada di rumah, sepertinya itu bukan hal yang mustahil.

Andreas Lu mencicipi supnya dengan ringan, dan kemudian memberikan tatapan berpikir dalam. Tiffanny Wen menjadi sedikit gugup saat melihat ini: "Bagaimana?"

Andreas Lu mengangguk sedikit, matanya sedikit jahil: "Secara keseluruhan, biasa saja, kamu hampir tidak memenuhi syarat untuk menjadi koki pribadiku."

Tiffanny Wen memutar matanya dengan diam, apakah sulit bagi Andreas Lu untuk mengatakan sesuatu yang enak didengar? Meski pernyataan Andreas Lu sangat halus, Tiffanny Wen tetap tahu bahwa Andreas Lu sebenarnya puas.

"Yang penting kamu bisa memakannya, kalau kamu mati kelaparan di gunung dan kembali ke perusahaan. Siapa yang akan mengembalikan uang yang kita habiskan?"

Mulut Andreas Lu berkedut, dan atmosfer yang tadinya nyaman pun ikut hancur.

Namun, keduanya memiliki pemahaman baik tentang satu sama lain, apakah mereka benar-benar berpikir seperti itu atau tidak, kurang lebih mereka bisa menebak.

Melihat kepalsuan Tiffanny Wen, Andreas Lu tertawa kecil, lalu menundukkan kepalanya untuk makan sup ikan dengan tenang.

Di kejauhan, Jennifer Xia melihat bahwa kemesraan mereka telah berakhir, jadi dia berpura-pura mengambil sayuran dan berlari kembali: "Fanny, lihat, aku hanya mengambil beberapa sayuran ini, bolehkan? "

"Boleh, Jennifer, kenapa lama sekali kamu memilih sayuran?"

"Hee hee, aku kesulitan untuk memilih..."

Setelah makan dan minum, langit benar-benar telah menjadi gelap. Jennifer Xia memeriksa waktu. Langitnya menggelap hampir satu jam lebih awal dari biasanya. Jennifer Xia mengernyitkan alis ketika dia melihat awan hitam di langit.

Tiffanny Wen sedang membersihkan sampah. Bagaimanapun juga, lingkungan masih perlu dilindungi. Melihat tampang serius Jennifer Xia, Tiffanny Wen juga mendongak dengan rasa ingin tahu, tapi kecuali kegelapan,bahkan bulan pun tidak terlihat.

"Jennifer, apa yang kamu lakukan?"

Jennifer Xia menggelengkan kepalanya dengan pelan: "Fanny, mungkin akan hujan deras malam ini. Aku rasa kita perlu menggali parit untuk tenda kita. Jika tidak, pakaian kita akan basah besok."

Tiffanny Wen mengangguk dengan wajah kosong, lagipula dia tidak memiliki pengalaman di bidang ini, tetapi ia pernah mendengar cerita Jennifer bahwa ketika dia kuliah, dia suka bermain-main saat liburan dan kemudian berkemah.

Bagaimanapun, Jennifer selalu lebih berpengalaman darinya.

Jadi Tiffanny Wen tidak meragukannya, dan pergi untuk memberitahu semua orang tentang hal ini. Setelah semua orang membersihkan semua sampah, mereka mulai menggali parit untuk tenda masing-masing.

Karena mereka sudah menyangka bahwa tidak akan ada cahaya apapun di atas gunung, mereka telah membeli senter untuk masing-masing orang dari departemen desain. Ketika semuanya akhirnya selesai, langit sudah benar-benar gelap.

Tiffanny Wen bertanggung jawab untuk memegang senter di samping, dan penggalian parit itu diserahkan kepada Jennifer Xia dan Andreas Lu. Parit yang sempurna telah digali, dan Tiffanny Wen menghadap ke Andreas Lu lalu berkata: "Terima kasih atas bantuannya, ayo kita kembali ke tenda dan istirahat."

Tapi pada akhirnya Jennifer Xia yang menjawab: "Fanny, aku akan pergi dulu, selamat malam."

Setelah Jennifer Xia selesai bicara, dia berlari dengan senter dan menghilang ke dalam kegelapan. Ketika otaknya tidak bekerja selama beberapa saat, dia melihat Andreas Lu mengangkat alisnya: "Suhu mulai mendingin di malam hari. Apakah kamu tidak akan masuk? "

“Andreas Lu, kamu tidak akan tidur di sini kan?” Tiffanny Wen yang tiba-tiba terpikir sesuatu, tampak terkejut.

Andreas Lu terkekeh. Membuat perangkap adalah keahliannya, dan itu juga adalah metode yang efektif untuk Tiffanny Wen. Oleh karena itu, Situasi saat ini telah direncanakan ketika Andreas Lu bertemu Jennifer Xia di pagi hari.

"Benar, kalau begitu menurutmu mengapa aku mempelajari panduan ini begitu lama denganmu?"

Melihat senyum jahat di wajah Andreas Lu, teringat ekspresi Jennifer Xia setelah keluar dari mobil bersama Andreas Lu pagi ini, Tiffanny Wen mengerti semuanya dalam sekejap.

"Kamu dan Jennifer bekerja sama untuk menjebakku?"

Andreas Lu menyeringai: "Bagaimana bisa dikatakan sebagai menjebak? Jelas-jelas kamu yang lupa padaku? Kamu masih mau menyuruhku tinggal di tenda satu orang?"

Tiffanny Wen membuang muka dengan perasaan bersalah: "Tapi kau juga tidak boleh membiarkan Jennifer tidur sendirian."

Andreas Lu mengangkat bahu: "Itu sukarela."

Tiffanny Wen hendak melanjutkan perkataannya, tetapi langsung dibawa ke dalam tenda oleh Andreas Lu: "Sudah larut. Waktunya tidur. Jangan ganggu orang lain jika kamu tidak bisa tidur."

Tiffanny Wen dipeluk langsung ke dalam tenda oleh Andreas Lu, duduk di atas kantong tidur, lalu menatap dengan kejam ke arah Andreas Lu, ia bisa mencium bau kecut yang samar di udara. Tiffanny Wen tidak bisa berkata-kata, apakah Andreas Lu cemburu pada Jennifer Xia lag? Kecemburuan apa yang ia miliki? ?

"Kamu awas, aku ingin keluar!"

"Tidak, ini sudah malam. Di luar juga gelap. Lebih baik kau melihat wajahku dengan cahaya senter di dalam tenda."

"Siapa yang ingin melihatmu! Narsis!!"

"Narsis juga butuh modal. Siapa juga yang menyuruhmu sering bengong saat melihatku?"

Tiffanny Wen menemukan bahwa dia tidak bisa menang dari Andreas Lu, malah semakin bicara, wajahnya menjadi semakin merah.

Pada akhirnya, Tiffanny Wen hanya bisa memilih untuk berkompromi. Lagipula, dalam situasi ini, Jennifer Xia dan Andreas Lu pasti sudah membicarakannya. Lebih baik tidak pergi mencari Jennifer sendirian, atau pergi tidur sempit-sempitan di tenda lain. Tampaknya bagi Tiffanny Wen, daripada tidur dengan sesama jenis yang tidak terlalu akrab, lebih baik tidur dengan Andreas Lu. Bagaimanapun juga, mereka akan tidur di kantong tidur masing-masing dan tidak akan banyak bersentuhan.

Jadi Tiffanny Wen menoleh dengan gusar dan berhenti menatap Andreas Lu, lalu mendengus dingin: "Kamu tidak boleh mengambil kesempatan menjadi orang mesum ketika tidur di malam hari!"

Andreas Lu melihat bahwa dia jelas berkompromi, kilatan kebanggaan melintas di matanya, dia menutup tenda, lalu menoleh, duduk di kantong tidurnya, menatap Tiffanny Wen dengan senyuman licik: "Jangan khawatir. Yah, aku, Andreas Lu akan mesum di depan mata, pastinya tidak akan mesum dari belakang."

Tiffanny Wen melirik Andreas Lu dengan diam, bertanya-tanya apa sebenarnya yang membuat kulitnya begitu tebal.

Untuk mencegah Andreas Lu agar tidak mengatakan hal-hal aneh, Tiffanny Wen bahkan tidak ingin membalasnya lagi. Ia melepas sepatunya dan masuk ke kantong tidurnya.

"Selamat malam!"

Andreas Lu mengambil seutas rambut halus Tiffanny Wen dan memainkannya dengan lembut, lalu berkata dengan senyum lembut di sudut mulutnya: "Selamat malam."

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Waiting For Love

Waiting For Love

Snow
Pernikahan
5 tahun yang lalu