Precious Moment - Bab 326 Matahari tenggelam sangat indah

Tiffanny Wen dan yang lainnya menghabiskan waktu 3 jam, sejak jam 1 naik gunung, mengejar sebelum matahari tenggelam agar tiba di tujuan: Gunung Guanyun

Disebut dengan Gungung Guanyun, sebenarnya karena dia terletak di tengah pegunungan, karena diantara gunung-gunung yang tinggi, membentuk pola geografis yang aneh, di empat penjuru di kelilingi pengunungan, tetapi berbentuk seperti piring yang tenggelam ke bawah, di tengah-tengah terdapat sebuah gunung yang lebih tinggi.

Dengan tangan di belakang tubuhnya, paman Lu menatap pegunungan keemasan dan di hiasi oleh warna hijau, berkata: tempat ini di sebut dengan Gunung Guanyun, gunung ini di sebut dengan gunung guanyun, karena dia adalah gunung di tengah-tengah gunung."

Tiffanny Wen melihat Paman Lu, lalu memindahkan pandangan matanya menatap Andreas Lu yang terengah-engah.

Walaupun ini adalah perjalanan selama tiga jam, tetapi sebagian besar Andreas Lu mengendong Tiffanny Wen.

Bukannya Tiffanny Wen tidak protes, tetapi Andreas Lu tidak mau menurunkannya, Tiffanny Wen sempat ribut, tetapi di kendalikan oleh Bibi Yang, mengatakan bahwa perjalanan ini jalannya tidak rata, dan bila Andreas Lu kehilangan keseimbangan dan tergelincir, mungkin akan jatuh ke lembah.

Walaupun cara berbicara bibi Shen seperti sedang menasehati seorang anak yang tidak menurut dan mengancamnya, tetapi jurus ini dapat di katakan sangat berguna untuk Tiffanny Wen, karena walaupun dulu dia pernah merasakan jatuh kelembah dan akhirnya tidak terjadi apa-apa, tetapi di hatinya masih meninggalkan ketakutan.

Dan Tiffanny Wen tidak ingin menyusahkan Andreas Lu, oleh karena itu karena perkataan seperti ini yang terlihat kekanak-kanakan, justru membuat Tiffanny Wen membiarkan Andreas Lu mengendongnya sepanjang jalan.

Walaupun Andreas Lu tidak lemah seperti Tiffanny Wen, tetapi biasanya dia berolahraga, tetapi ini adalah perjalanan naik gunung selama tiga jam, dan juga dia masih membawa tas, dia masih mengendong Tiffanny Wen, tiffanny Wen pun masih membawa tas.

Selama perjalanan bisa di bilang setidaknya Andreas Lu membawa beban 47kg dan berjalan ribuan kilo.

Begitu tiba di puncak gunung, Andreas Lu menurunkan Tiffanny Wen, wajahnya merah, dahinya mengeluarkan bulir-bulir keringat yang besar, dadanya naik dan turun dengan cepat, seperti habis melakukan maraton.

Tiffanny Wen dengan hati-hati memapah Andreas Lu ke sebuah batu besar di samping sana, diatas batu itu cukup bersih, begitu lihat sudah tahu pasti sering di duduki oleh orang yang lewat sana, tetapi Andreas Lu tetap merasa enggan, Tiffanny Wen dapat melihatnya.

Tiffanny Wen menghelakan napas tak berdaya, tetapi dia mengeluarkan kertas tipis dari tasnya dan meletakkannya di atasnya, lalu dengan wajah bercanda: "sudah. tuan pencinta kebersihan, silahkan duduk."

Andreas Lu melihat sekilatas Tiffanny Wen, dan tidak banyak berbicara dia lalu duduk.

Sebenarnya Bibi Yang cukup kagum terhadap Andreas Lu, setidaknya benda seberat 50kg, dia masih bersikeras mengendongnya ke atas gunung, perjalanan selama dua atau tiga jam, dia sama sekali tidak mengeluh.

Melihat dia yang seperti putranya sendiri, bahkan lebih kecil dari putranya, dalam sekejap cinta seorang ibunya keluar: "Andreas, melihatmu seperti ini pasti banyak keringat yang keluar, lepaskan dulu jaketmu, bila tidak nanti masuk angin,"

Tiffanny Wen sedang mengelap keringat di kepala Andreas menggunakan tissue basah yang dia minta dari Bibi Yang, mendengar bibi Yang berkata demikian, dia baru berpikir dan merasa masuk akal, karena dalam menjaga orang, bibi Yanglebih baik dari dirinya.

Setelah Tiffanny Wen menghapus keringat Andreas Lu, dia menyadarai Andreas Lu sedang menatapnya, matanya terlihat sangat lembut, tetapi membuat Tiffanny semakin tidak berani menatapnya.

Diam-diam Tiffanny Wen memindahkan tatapan matanya, "Yang Bibi Yang katakan benar, Andreas Lu, lebih baik kamu melepaskan jaketmu dulu, selagi sekarang di keringkan dulu, bila sampati malam suhunya turun maka tidak baik."

Wajah Tiffanny Wen tiba-tiba menjadi malu, Andreas Lu menaikan alisnya, sudut bibirnya sedikit naik, tetapi tetap tidak dapat menutupi aura jahatnya, di tambah lagi sekarang wajahnya yang merah, terlihat sangat mengoda: "kamu terlalu berat, tanganku lemas, kamu bantu aku melepaskannya saja."

Mendegar perkataan Andreas Lu, Tiffanny Wen menjadi malu, tetapi sebagian besar adalah marah: "apa maksudnya aku terlalu berat? Aku yang menyuruhku terus menggedongku ya, tidak peduli, terserah kamu mau meleapskan pakaianmu atau tidak."

Selesai berakata Tiffanny Wen membawa tas Andreas Lu ke sebuah tempat luas yang tidak jauh dari sana: "Bibi Yang, aku tidak begitu bisa mendirikan tenda, apakah kamu bisa membantuku?"

Dengan ekspresi rumit Bibi Yang menatap Tiffanny Wen, lalu menatap Andreas Lu, untuk beberapa saat dia tidak tahu harus menolong siapa, tetapi Andreas Lu tersenyum kepadanya, lalu mengelengkan kepala: "Aku tidak apa-apa, Bibi Yang kamu bantu dia saja,"

Bibi Yang menatap Andreas Lu, akhirnya beberapa menit kemudian dengan pasrah dia menghelakan napas, lalu berlari membantu Tiffanny Wen mendirikan tenda.

Bibi Yang dan paman Lu adalah orang yang hobby berkemah, terhadap mendirikan tenda dia sudah terbiasa, melihat sebentar buku petunjuk, lalu mereka berdua mendirikan tenda: lalu tenda langsung muncul di depan mata mereka.

Setelah mendirikan tenda, Tiffanny Wen menghapus keringat yang sebenarnya tidak ada di dahinya (tenda itu di bangun oleh bibi Yang seorang diri, Tiffanny Wen hanya membantu mengambilkan barang-baramg.)

Ketika Tiffanny Wen membalikkan tubuh melihat keadaan Andreas Lu, dia menyadari pria itu duduk di sana dan menatapnya.

Ujung bibir Tiffanny Wen berkedut, dia yakin, bila dirinya tidak membantu pria itu, maka Andreas Lu akan membiarkan dirinya mengenakan pakaian basah seharian.

Tiffanny Wen menyadari walaupun dirinya ribut dengan Yoel Qin, tetapi di hadapan Andreas Lu dia tidak berbuat apa-apa, tentu saja, tidak dapat di bandingkan antara IQ Yoel Qin dan Andreas Lu.

Tanpa berdaya menghelakan napas, Tiffanny Wen berjalan ke sana, dengan kesal menatap Andreas Lu: "Angkat tangan."

Andreas Lu menurut, bibirnya menyungingkan senyum puas. Tiffanny Wen tentu saja sangat ingin memukul pria ini tetapi dirinya bukan lah lawan Andreas Lu, akhirnya dengan wajah jelek dia tetap melepaskan pakaian Andreas Lu.

Tetapi ketika Tiffanny Wen melihat tubuh Andreas Lu basah oleh keringat, kekesalan di mata Tiffanny Wen

berubah menjadi kasihan.

Bibi Yang melihat keadaan Andreas Lu, wajah kagetnya tidak dapat di tutupi, lalu mengelengkan kepala dan menghelakan napas: sungguh kasihan.

"TIffanny, kamu lihat, jaket Andreas sudah basah semua, kaos yang dia kenakan harus di keringkan, kalau tidak pasti akan flu."

Mendegar Bibi Yang berkata demikian, Tiffanny Wen menyentuh jaket yang ada di tangannya, lalu mengelengkan kepala, bibi Yang melihat Andreas Lu menaikan alisnya kepada Tiffanny Wen, menyuruh TIffanny Wen kembali melepaskan pakaiannya.

Tiffanny Wen menjadi bingung, dia dapat merasakan maksud buruk yang dalam terhadap dirinya. Setelah berpikir beberapa saat, Tiffanny Wen mengigit bibirnya, bukahkah hanya melepaskan pakaian? lagi pula bukan melepaskan miliknya seniri, dan juga Andreas Lu yang tidak mengenakan pakaian, bukannya dirinya tidak pernah melihatnya!

Anggap saja kamu jahat, Andreas Lu!

Diam-diam Tiffanny Wen mengerutu di dalam hati, tetapi dia tetap melakukannya, dia meletakan jaket itu di kakinya: "huh, angkat tangan! berputar! jangan tertawa!"

Tiffanny Wen mengambil pakaian Andreas Lu yang hampir basah semuanya, merasakan tangannya menjadi basah, Tiffanny Wen tidak dapat menahan dirinya teringat akan dua ekor ayam yang basah di dalam goa, wajahnaya penuh dengan ekspresi tidak suka, lalu dia meletakan pakaian itu di atas tenda, bisa kering berapa banyak ya berapa banyak.

Setelah Tiffanny Wen akhirnya menyelesaikan urusan Andreas Lu, langit mulai gelap, paman Lu yang sedari tadi terus melihat pemandangan di pinggir lembah, hampir saja membuat Tiffanny Wen melupakanya.

Pada saat ini tiba-tiba dia berkata: "matahari tengelam"

Tiffanny Wen diam-diam berdiri di belakang, melihat matahari yang mulai tengelam, cahaya matahari yang kemerahan jatuh pada tubuh paman Lu dan bibi Yang, melihat bayangan mereka yang bersatu, hati Tiffanny Wen tergerak, lalu dia berkata: "matahari tengelam sangat indah, hanya saja semakin senja"

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu