Precious Moment - Bab 118 Apa Mereka Ini Salah Minum Obat?

Tiffanny Wen merasa senang saat melihat Lesly yang tiba-tiba mengubah sikapnya terhadap dirinya.

Dia ini belum memberikan barangnya, dan nama panggilan 'karyawan hebat'sudah berubah menjadi Tiffanny. Tampaknya cara yang diberikan Kak Stella sangat efektif.

Tiffanny Wen berhenti dan menatap Lesly dengan penuh semangat, "Kak Lesly, kalau begitu berarti kamu suka set kosmetikku itu ya. Bagus sekali, aku akan sekalian membawa kosmetiknya saat aku memberikan revisi buku perencanaan kepadamu nanti."

Lesly tersenyum merekah saat mendengarnya, "Maaf merepotkanmu ya Dik."

Kemudian dia pergi ke mejanya bersama Tiffanny Wen, karena Tiara dan Diane sedang bergosip, jadi mereka tidak melihat pemandangan ini.

Ketika Lesly kembali ke posisi semula, Tiffanny Wen mulai mengubur kepalanya dalam mengedit buku perencanaan lagi.

Seiring waktu berlalu, Diane dan Tiara perlahan mulai tidak sabar.

Diane mengerutkan kening, memandang Tiffanny Wen dengan jijik, "Ini karyawan yang luar biasa, apa perlu waktu selama ini merevisi satu perencanaan saja?"

Tiara juga mengerutkan kening dan bibirnya, ia buru-buru mengetuk-ngetuk sandaran tangan kursinya, "Benar. Demi mengawasinya, kita menunggu sampai-sampai bunga di luar sana sudah mekar, apa dia akan bertanggung jawab kalau sampai menunda pekerjaan kita?"

Pada saat ini, Lesly secara tidak biasa tidak cocok dengan mereka untuk ikut mengejek Tiffanny Wen, tetapi dengan lembut membujuk Tiara dan Diane, "Sudah sudah, Tiara Xiaotao, revisi juga tidak mudah, mungkin terlalu banyak yang harus direvisi, bagaimana kalau kita pulang kerjakan pekerjaan kita sendiri dulu? Kalau sudah selesai merevisinya, serahkan saja padaku."

Lesly melihat Diane dan Tiara memandangnya dengan tatapan heran, kemudian dengan cepat ia menambahkan, "Bagaimanapun juga pekerjaan kita juga tidak sedikit, bukan solusi juga menghabiskan waktu di sini."

Tiara dan Diane memandang Lesly dengan perubahan sikap yang tiba-tiba dengan ekspresi aneh, ekspresi mereka terlihat rumis. Entah obat apa yang sudah diminum Lesly, lantas apa teringat sesuatu yang bisa ia gunakan terhadap Tiffanny Wen?

Lesly melihat kedua wanita itu menatap dirinya sendiri dengan tatapan aneh. Tatapan matanya menyiratkan seolah apa yang salah dengan dirinya, lalu tersirat juga seolah sudah minum obat apa dia. Lesly menjulurkan lidahnya pada mereka berdua, lalu berbalik dan pergi ke tempat kerjanya sendiri untuk kembali bekerja.

Tiara dan Diane saling memandang satu sama lain, terlihat keterkejutan dan kebingungan di mata masing-masing mereka berdua, tetapi mereka benar-benar tidak tahu kenapa sikap Lesly berubah begitu berlawanan. Jadi, mereka hanya saling memandang sambil mengangkat bahu, lalu kembali ke posisi kerjanya, membereskan meja lalu bersiap untuk bekerja kembali.

Tiffanny Wen ada di samping, bersembunyi di balik layar komputer, lalu diam-diam melihat ketiga orang itu. Tiffanny Wen tersenyum bangga saat melihat sikap Lesly yang berubah dan ekspresi terkejut Tiara dan Diane.

Cara yang diajarkan oleh Stella Lu sangat berguna. Begitu berhasil memecahkan satu per satu dari mereka, maka masalah pun akan terpecahkan. Bahkan, mungkin saja ia bisa mendapatkan petunjuk dan koneksi lainnya.

Tiffanny Wen semakin antusias saat memikirkan ini.

Saat Tiffanny Wen sudah selesai merevisi buku perencanaannya, lalu berencana untuk memfotocopynya ke ruang percetakan. Begitu sampai di ruang itu, ia melihat Tiara yang membawa setumpuk berkas yang besar.

Mata Tiffanny Wen menyala, ia mengeluarkan sebuah kotak kecil dengan kemasan halus dari tasnya.

Kotak itu diterima oleh Stella Lu dari Jerman. Seorang playboy yang mengejarnya memberikan ini padanya. Dia enggan membuangnya dan tidak mau menggunakan parfum pemberian. Mendengar dari perkataan Stella Lu, parfum ini sepertinya edisi terbatas, tapi bagaimanapun ia tidak mau meresponsnya, tapi tidak mau membuang parfum ini juga, jadi ia langsung menyimpannya saja.

Tiffanny Wen mengikuti Tiara dengan memegang kotak itu dan buku perencanaannya.

Memasuki ruang percetakan, Tiffanny mendapati hanya ada Tiara yang ada di ruang percetakan ini. Tiffanny Wen tidak mau menyia-nyakan kesempatan ini. Ternyata, semesta berpihak dengannya, kemudian ia pun langsung menghampiri Tiara.

"Kak Tiara, aku mohon maaf sekali untuk masalah karyawan luar biasa itu. Aku juga tahu, aku tidak memenuhi syarat untuk penghargaan itu, tapi aku juga tidak tahu kenapa aku bisa dipilih...."

Tiara memandang Tiffanny Wen dengan dingin dan memotongmua dengan jijik, "Ada apa? Perencanaan sudah selesai direvisi? Sekarang datang menghampiriku untuk pamer?"

Tiffanny Wen buru-buru menggelengkan kepalanya, ia menyerahkan kotak parfum itu dengan kedua tangannya, "Tidak, tidak, Kak Tiara sudah salah paham, aku hanya ingin menjelaskan dan menyelesaikan semuanya, tapi aku bukan orang yang begitu pandai berkomunikasi dengan orang lain. Aku ada sedikit hadiah kecil, semoga Kakak bersedia menerimanya walaupun bukan hadiah yang besar."

Tiara menatap Tiffanny Wen dengan tatapan bingung. Dia merasa tidak bisa mengusiknya, saat melihat sikapnya yang terlihat sangat tulus. Ditambah ia juga penasaran, barang apa yang akan diberikan olehnya. Kalau barang itu adalah barang yang jelek, ia jadi punya sesuatu untuk dijadikan bahan lelucon.

Tiara membuka kotak itu dengan seringai di wajahnya. Setelah mengeluarkan parfum di dalamnya, Tiara pun membeku sejenak. Bukankah ini Tears? Edisi terbatas global tahun lalu dari taipan parfum Aileysen? Aku hanya pernah melihatnya di posternya saja, begitu memegangnya, memikirkannya pun tak berani! Kemasan ini, bagaimana... Tidak... Apakah kita semua tertipu oleh penampilannya? Apakah keluarganya benar-benar kuat dan kaya? Apakah dia benar-benar saudara presiden direktur?

Pikiran Tiara langsung melayang jauh. Tetapi, ia merasa takut, lalu melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan. Lalu menyadari, di ruangan kecil ini hanya ada dirinya dan Tiffanny Wen. Setelah menghelas napas panjang, Tiara langsung meraih kotak parfum itu lalu menaruhnya ke dalam tasnya.

Tiara mengangkat kepalanya dan menyaksikan tatapan Tiffanny Wen berubah seketika. Rasa dingin dan jijik menghilang begitu saja, berubah menjadi antusiasme dan kebaikan yang dalam.

"Dik Fanny, kamu terlalu sungkan. Sebenarnya, kakak-kakak juga agak tidak benar bersikap padamu seperti itu. Kalau ada sesuatu yang tidak kamu mengerti, tanya saja kakak ya."

"Baik Kak Tiara, kalau ada yang tidak aku mengerti, aku pasti akan merepotkan kakak."

"Tidak apa-apa, kenapa begitu sungkan?"

Tiffanny Wen memandangi sikap Tiara yang juga berubah dalam sekejap, ia menyeringai di dalam hatinya. Cara yang diajarkan oleh Kak Stella sangat berguna, tidak heran ia menjadi bunga di Caulaise. Berikutnya adalah Diane, tapi sayangnya aku belum pernah menemukan kesempatan untuk memberikan tas padanya...

Pada saat ini, buku perencanaan Tiffanny Wen juga sudah disalin. Setelah mengucapkan selamat tinggal kepada Tiara, Tiffanny Wen ingat kosmetik yang dia janjikan kepada Lesly. Ia kembali untuk mengirimkan kosmetik dan buku perencanaan pada Lesly. Lesly mengabaikan buku perencanaan itu, mataya terfokus pada logo Snow Elf Set. Ia menyentuhnya dengan kagum. Kemudian teringat kalau Tiffanny Wen masih berdiri di sampingnya, ia pun meletakan set kosmetik itu sambil tersenyum.

"Tiffanny Wen sudah bekerja keras. Sekarang istirahat saja dulu. Sebentar lagi aku akan mengantarkan ini kepada Supervisor Sun.

Tiffanny Wen mengangguk, "Maaf merepotkanmu."Setelah selesai berbicara, dia berbalik pergi.

Akhirnya, dia kebetulan bertemu Tiara di jalan dan menyerahkan dokumen itu kepada Ryan Sun. Ryan Sun melihat Tiffanny Wen datang dan memalingkan matanya. Ketika dia ingin mengekspresikan dirinya di depan Tiara, dia berkata kepada Tiffanny Wen, "Tiffanny Wen, datang ke sini dan ambil semua dokumen ini. Pergi ke departemen penyuntingan. "

Tiffanny Wen menghela napas dalam hati, ia berjalan menghampirinya dengan berat hati. Saat ini, Tiara malah berbicara membantu Tiffanny Wen "Tidak perlu Supervisor Sun, aku bisa melakukan hal sekecil ini sendiri. Tiffanny Wen pasti memiliki pekerjaan lain yang harus dilakukan, jadi tidak usah merepotkannya ya."

Tiara melambaikan tangannya ke arah Tiffanny Wen dan Ryan Sun, lalu berbalik dan berjalan menuju lift.

Ryan Sun melihat Tiara pergi tanpa alasan, kemudian berkata kepada Tiffanny Wen dengan dingin, "Baiklah, kalau tidak ada apa-apa lagi, kembalilah."

Tiffanny Wen mengangguk dan terus berjalan menuju tempat duduknya.

Adegan ini jelas terlihat oleh orang-orang di sekitar, dan mereka semua terkejut. Tiara ternyata bersedia membantu Tiffanny Wen. Bukankah mereka bertiga mengancam kita belum lama ini? Bagaimana sikap bisa berubah banyak?

Dan pemandangan ini juga jatuh ke mata Diane yang tidak jauh dari sana, dia menatap bayangan Tiara yang sedang menunggu lift dengan tatapan yang rumit.

Pertama, Lesly, sekarang Tiara, apakah mereka minum obat yang salah? Bukannya sudah berdiskusi untuk menyerang Tiffanny Wen? Kenapa malah beralih haluan seperti ini? Satu demi satu berpihak pada Tiffanny Wen ... Lupakan saja, tunggu sampai sepulang kerja saja untuk bertanya kepada mereka, sebenarnya apa-apaan ini?

Novel Terkait

Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu