Precious Moment - Bab 195 Membesarkan anak yang tidak tahu balas budi

Pada saat ini, Tiffanny Wen dengan hening mengagumi tumbuh-tumbuhan hijau yang subur yang berada di samping, daun yang berwarna hijau tua di sini sangat berbeda dengan daun yang biasa dilihatnya di luar.

Tanpa lapisan debu yang tipis yang menempel padanya, tampaknya tidak akan ada rasa yang memuramkan, daun hijau zamrud sangat yang berada di bawah sinar matahari sangat enak untuk dilihat, membuat suasana hati Tiffanny Wen menjadi lebih rileks.

Tiffanny Wen yang sedang asik di dalam alam, tentu saja tidak melihat ketika Andreas Lu perlahan memasuki gerbang dan juga tidak melihat papan besar yang berada di sisi Andreas Lu, jadi secara otomatis dia juga tidak tahu bahwa ini adalah Tempat Kediaman Keluarga Lu.

Tiffanny Wen yang polos masih mengira bahwa Andreas Lu hanya mengundangnya ke tempat pesta makan malam biasa.

Setelah memasuki pintu, Andreas Lu mengemudi lagi memasuki hutan aprikot untuk sementara waktu sebelum akhirnya tiba di tujuan.

Setelah keluar dari mobil, Tiffanny Wen melihat dengan kagum ke puncak gunung yang direkonstruksi yang telah diratakan, tidak tahu butuh seroyal apa baru bisa membeli puncak gunung seperti ini.

Halaman depan yang luas dan bundar penuh dengan semua jenis mobil mewah, dan banyak pembantu rumah tangga yang sedang memarkirkan mobil mewah yang telah tiba satu demi satu secara berurutan.

Ketika Andreas Lu melihat Tiffanny Wen tiba-tiba berhenti, dia sedikit bingung: "Ada apa? Mengapa tiba-tiba berhenti?"

Tiffanny Wen menarik kembali pandangan matanya diam-diam dan menggelengkan kepalanya dengan ringan: "Tidak apa-apa, aku hanya sedang berpikir keluarga mana yang begitu royal sampai membeli satu puncak gunung."

Andreas Lu memandangi Tiffanny Wen dan mengangkat alisnya dengan ringan, tidakkah dia melihat papan besar yang berada di depan pintu masuk? Andreas Lu segera berubah pikiran, berpikir bahwa seperti ini mungkin akan lebih seru, jadi dia tidak berencana untuk memberitahukan kebenarannya kepada Tiffanny Wen.

Andreas Lu tersenyum menyengir, berbalik badan dan maju ke depan: "Siapa yang tahu soal hal semacam ini? Ayo kita masuk dulu, pesta makan malamnya sudah mau mulai."

Tiffanny Wen mengangguk, dan dengan cepat menyusul Andreas Lu, mengikutinya melewati lautan mobil.

Setelah keluar mengelilingi lautan mobil, sebuah "kastil" muncul di depan Tiffanny Wen.

Di gedung bergaya Eropa klasik, diuji dengan waktu, tembok yang berwarna putih sudah sedikit rontok, warnanya juga sedikit redup, Pohon menjalar secara diam-diam menyerang dinding, perubahan waktu terlihat sangat jelas.

"Sudah, jangan membuang-buang waktu, ayo ikut."

Suara Andreas Lu yang rendah datang dari depan, membuat pemikirannya yang sedang kemana-mana kembali ke tubuhnya, melihat bahwa Andreas Lu sudah agak jauh darinya, Tiffanny Wen berlari kecil untuk mengejarnya.

Tepat sebelum memasuki pintu, Tiffanny Wen menemukan sosok yang dikenalnya di pintu masuk, meskipun dia tidak sama seperti dulu yang berpenampilan dengan sangat gagah, malah sebaliknya, dia terlihat anggun dan elegan, masih mengenakan lipstik merah, tidak mengenakan kacamata, tapi perasaan yang didapat darinya tetap tidak jauh berbeda.

Mungkin orang lain tidak mengenalinya ketika pertama kali melihatnya, tetapi Tiffanny Wen adalah teman sekamarnya yang telah tinggal bersamanya begitu lama, maka dari itu Tiffanny Wen dengan sedikit senang berjalan maju dan berkata, "Kak Stella, bagaimana kamu bisa datang kemari juga?"

Stella Lu juga sedikit terkejut ketika dia melihat kemunculan Tiffanny Wen yang tiba-tiba, tetapi ketika dia melihat Andreas Lu datang perlahan dari belakang, ia merasa sedikit lega.

Dengan makna yang mendalam melihati Andreas Lu, Stella Lu kembali menatap Tiffanny Wen, dengan ringan mencubit hidungnya Tiffanny Wen, dengan senyum misterius di wajahnya: “Hari ini adalah ulang tahun nenekku yang ke-80, semua anggota keluarga datang, bagaimana mungkin aku tidak datang."

Tiffanny Wen langsung menunjukkan ekspresi terkejut, dengan kepahitan tersembunyi menolehkan kepala dan melihat ke arah Andreas Lu, sementara Andreas Lu diam-diam sedang menatapi Stella Lu, Stella Lu dengan wajah ingin tertawa melihati Andreas Lu, dan mengangkat alisnya.

Untuk waktu yang lama, Tiffanny Wen akhirnya selesai merenung, kemudian mengeluh kepada Andreas Lu: "Bagaimana kamu bisa tidak menjelaskan dengan jelas kepadaku terlebih dahulu? Aku datang kesini dengan sangat lancai, bagaimana aku bisa memberi selamat kepada nenekmu."

Andreas Lu dan Stella Lu mengerti bahwa Tiffanny Wen masih tidak menemukan poin intinya, ternyata hal pertama yang dia pikirkan adalah memberi selamat, dan bukan akan menemui kepala keluarga…..

Stella Lu dengan simpati melihat Andreas Lu, sementara Andreas Lu mengaibaikan pandangan kakak perempuannya sendiri terhadapnya, mengangkat alisnya, dan menatap Tiffanny Wen dengan sedikit iseng.

“Jika aku memberitahumu terlebih dahulu pun, apakah akan ada bedanya?” Andreas Lu berkata dengan santai.

Tentu saja, Tiffanny Wen tidak tahu tentang pemikiran Andreas Lu, tetapi ia merasa kesal pada sikapnya yang cuek, dengan kesal menginjak2 lantai, tepat ketika dia ingin mengatakan bahwa dia bisa menyiapkan hadiah terlebih dahulu, namun disela oleh ledekan Andreas Lu.

"Masuk gih, ini kita berada di puncak gunung, di luar dingin."

Tiffanny Wen sangat kesal, dia masih dengan keras kepala ingin lanjut berbicara, akan tetapi ia didorong oleh Stella Lu dari belakang secara perlahan-lahan.

"Sudah sudah, hati-hati, lagipula kan sudah datang, jadi tidak ada gunanya juga memperdebatkannya lagi, mari kita masuk dulu ke dalam."

Tiffanny Wen yang disela sekali lagi, hatinya penuh dengan kepahitan, namun tidak tahu harus berkata bagaimana, dan dia juga berasa apa yang dikatakan Stella Lu juga tidak salah, sehingga dia tidak dapat membantah, maka dari itu dia hanya diam-diam menghela nafas dalam hatinya.

Sudahlah lupakan saja, lagipula kan sudah datang ini, jadi sekalian dinikmati saja.

Kemudian dia menarik tangan Stella Lu dan masuk ke dalam, dan juga tidak mempedulikan Andreas Lu yang memandangi Stella Lu dengan tatapan kepahitan yang tersembunyi.

Memasuki aula, sesuai dugaan, bagian dalamnya sama seperti yang Tiffanny Wen bayangkan, sebuah teras terbuka di tengah lantai pertama dan kedua, dan lampu kristal digantung dari langit-langit menerangi seluruh aula.

Hanya untuk sebuah aula teras, Wen Xinti memandanginya secara kira-kira, luasnya sekitar 200 meter persegi, sementara pada saat ini terdapat begitu banyak orang, ada banyak orang dalam negeri, dan juga beberapa orang luar negeri.

Meskipun Tiffanny Wen tidak mengenal mereka, Tiffanny Wen pernah melihat sebagian besar dari wajah mereka di TV atau di majalah, dan mereka semua adalah tokoh-tokoh yang ternama dari berbagai bidang.

Tampaknya mereka semua adalah mitra bisnis keluarga Lu. Tiffanny Wen bergumam diam-diam di dalam hatinya dan kemudian menarik kembali pandangan matanya.

Tepat pada saat ini, seorang paman setengah baya dengan tuksedo hitam berjalan ke arah Tiffanny Wen dan kawan-kawan, Andreas Lu juga telah melihat orang yang datang, mengangkat alisnya sedikit dan berkata: "Pengurus rumah tangga tua, ada apa?"

Pengurus rumah tangga berdiri di depan Andreas Lu dan membungkuk sedikit: "Tuan Muda, Nyonya sedang menunggumu di ruang kerja, ia berkata jika tuan muda sudah datang segera pergi menghampirinya."

Andreas Lu menganggukkan kepala, tepat ketika dia berencana untuk jalan ke lantai dua, tiba-tiba ia teringat sesuatu, matanya bersinar, lalu menoleh dan berkata kepada Tiffanny Wen: "Kamu juga ikut aku."

Tiffanny Wen menarik tangannya Stella Lu dengan erat-erat, menatapi Andreas Lu dan dengan ringan menggelengkan kepalanya: "Tidak mau."

Ibumu menyuruhmu untuk pergi ke ruang kerja, apa urusannya aku ikut denganmu, aku tidak mau pergi, tidak akan.

Andreas Lu mengangkat alisnya, ia melihat Tiffanny Wen tak disangka berpikir bahwa Stella Lu akan membantunya, senyum jahat muncul di wajahnya, melangkah maju dan meraih tangan Tiffanny Wen kemudian langsung membawanya naik ke atas.

Tiffanny Wen pada awalnya ingin meminta bantuan dari Stella Lu, namun ia malah melihatnya mengedipkan matanya kepadanya dengan makna yang mendalam, dalam sekejap Tiffanny Wen teringat bahwa Stella Lu merupakan orang yang bahkan rela menjual adik kandungnya sendiri, sehingga dia dengan tak berdaya ditarik oleh Andreas Lu untuk naik ke lantai 2.

Dalam ruang kerja, Violet Shen sedang duduk di samping meja, sedang berbicara dan tertawa dengan seorang wanita, dia adalah ibunya Andreas Lu. Dia pernah menjadi seorang wanita yang berada di dunia bisnis, mengenakan gaun hitam biru dengan kerawang emas dan garis-garis gelap, sederhana dan dermawan, melihat bentuknya dari kejauhan dan melihat posturnya dari dekat, melihatnya dari sudut yang berbeda akan mendapatkan perasaan yang berbeda.

Rambut panjang digulung dan dijepit dengan kayu kamper. Seseorang yang usianya hampir memasuki 50 tahun, tetapi tahun-tahun itu tidak meninggalkan bekas terlalu banyak di wajahnya, kulitnya halus dan masih kencang, tanpa terlalu banyak kerutan dan bintik-bintik yang mengganggu, jika dilihat dari jauh dia tidak ada bedanya dengan orang yang berusia 20-an, bahkan jika kita amati dengan seksama dari dekat sekalipun, kesimpulan yang akan di dapat adalah usianya sekitar 30-an.

Pada saat ini, Violet Shen memegang tangan wanita yang ada di sebrang, wajahnya penuh senyum lega: "Melody Tsu, apa yang kamu pelajari dari kepergian belajar keluar negerimu kali ini? Sudah sangat lama tidak melihatmu, Ibu Shen sangat merindukanmu."

"Si bajingan kecil Andreas Lu juga sama, setelah pulang dari luar negeri tidak pernah menghubungiku. Haduh, aku telah membesarkan anak yang tidak tahu balas budi."

Melody Tsu mengerutkan bibirnya dan terkekeh, rambutnya sepinggang, berwarna hitam dan lurus menutupi punggungnya, menggantung ke bawah seperti air terjun galaxi, mata phoenix yang indah menyipit menjadi bulan kecil, alisnya melengkung, hidungnya mancung, sudut bibirnya berwarna ceri, senyumannya cemerlang, anggun, dan berintegritas.

"Bibi Shen, anda menganggapnya dengan terlalu serius, itu hanya karena Louis perkembangannya baru dimulai, jadi terlalu banyak urusan yang harus ditangani sehingga tidak bisa ditinggal. Aku yakin kakak Andreas pasti sangat mencintaimu."

Violet Shen tersenyum dan menepuk lengan Melody Tsu yang ramping dan putih beberapa kali, matanya penuh dengan kepuasan: "Haha, bisaan aja nih kamu si mulut manis, tetapi Bibi suka kok yang seperti ini."

"Terima kasih Bibi Shen untuk pujiannya."

Novel Terkait

King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu