Precious Moment - Bab 161 Menjijikan

Andreas Lu pelan-pelan memarkirkan mobil di tempat parkir, setelah melihat Tiffanny Wen yang masih berpikir, dia sedikit tidak berdaya.

"Ada apa? Nyaman sekali di mobil? Tidak ingin turun?"

Tiffanny Wen masih ragu pada nada cemburu Andreas Lu, dan pikirannya semakin jauh, tapi sama sekali tidak mendekat pada jawaban yang sesungguhnya. Saat ditanya seperti itu oleh Andreas Lu, dia baru menyadari mobil sudah terparkir.

Dia turun dengan bengong, melihat restoran barat dua lantai mewah yang ada di depan, dia pun menatap nama toko dengan penasaran.

Romanticenz??? Bukankah ini restoran barat sangat enak yang waktu Jennifer bilang?

Setela melihat keterkejutan di mata Tiffanny Wen, Andreas Lu tersenyum puas, mengulurkan satu tangan dengan gentle, senyumnya juga tidak begitu jahat, lebih banyak adalah kelembutan.

"Ayo masuk."

Tiffanny Wen melihat senyum normal Andreas Lu, menatap mata pria itu, tetap meletakkan tangan di atas tangan pria itu, dan berjalan pelan-pelan ke dalam.

Setelah pelayan melihat Andreas Lu datang, langsung menghampiri, membungkuk dengan hormat dan melakukan gerakan silakan.

"Tuan Lu, meja nomor 1314-mu sudah siap."

Andreas Lu mengangguk pelan dan mengandeng Tiffanny Wen mengarah ke ruang reservasi.

Tiffanny Wen sepanjang jalan melihat restoran yang sudah dibicarakan lama oleh Jennifer. Desain Eropa, di dalam toko tidak ada lampu besar lain, hanya ada lampu-lampu di bawah kursi, juga lilin di meja saja. Cahaya yang hangat di dalam suasana gelap terasa sangat hangat, ditambah dengan musik anggun dan pelan, membuat orang semakin nyaman.

Melihat suasana yang begitu anggun, juga nilai baik yang diberikan oleh Jennifer Xia, tapi saat ini hall malah sangat kosong. Bahkan lantai dua juga sangat tenang. Tiffanny wen seketika bingung.

"Apakah kita datang terlalu pagi? Kenapa tidak ada satu orang pun yang makan di sini dalam suasana yang begitu baik?"

Meskipun suara Tiffanny Wen tidak kencang, tapi saat ini hanya ada Tiffanny Wen dan beberapa karyawan. Musik anggun yang diputar di hall juga tidak menutupi suara Tiffanny Wen.

Andreas Lu yang awalnya tersenyum di samping Tiffanny Wen, setelah mendengar ocehan Tiffanny Wen menjadi kaku. Suasana yang begitu baik dihancurkan begitu saja oleh Tiffanny Wen.

Sampai di meja 1314 paling dalam restoran, Tiffanny Wen merasa jauh lebih terang. Di bawah lampu gantung ada satu meja, dua lilin di atas meja memancarkan cahaya kecil, meskipun di bawah cahaya lampu gantung tidak terlalu bersinar, tapi mereka tetap menyinari ruangan tanpa menyerah.

Tiffanny Wen dan Andreas Lu perlahan-lahan duduk dan piano mulai dimainkan, suara biola juga mulai masuk. Tirai di samping pelan-pelan terbuka, memunculkan dua orang yang memainkan alat musik itu. Lampu gantung juga berubah gelap, cahaya lilin tiba-tiba terlihat begitu terang.

Tiffanny Wen tersentak dalam hati. Andreas Lu yang berada di ujung meja melihat reaksi wanita itu dan matanya memancarkan sedikit kepuasaan.

Setelah mengangkat tangan memberikan kode pada pelayan di samping, pelayan mengangguk pelan lalu pergi.

Tidak lama kemudian, beragam makanan dihidangkan di atas meja. Tiffanny Wen menatap meja yang penuh dengan makanan dan matanya memancarkan kekejutan.

"Andreas, jelas-jelas aku yang ingin membalasmu, tidak terpikir malah kamu yang menraktirku makan."

Andreas Lu mengangkat segelas anggur merah, menggoyangkannya sedikit, lalu melihat wajah Tiffanny Wen yang agak merona dari kaca gelas.

"Memangnya kenapa? Anggap saja sebagai perayaan."

"Perayaan?"

"Perayaan keberhasilan iklan, atau untuk ketenangan masalah ini. Memangnya tidak boleh dirayakan?"

Tiffanny Wen mengangguk seperti mengerti. Melihat Tiffanny Wen yang kelihatan bengong, Andreas Lu hanya bisa menggelengkan kepala dengan tidak berdaya.

Andreas Lu berjalan ke belakang Tiffanny Wen, mengangkat kertas tisu di atas meja, membantu Tiffanny Wen mengikatnya, lalu berkata di samping telinga wanita itu.

"Baiklah, mulai saja. Ada beberapa yang kalau di taruh terlalu lama jadi tidak enak."

Setelah selesai berkata, Andreas Lu juga menggigit kecil telinga Tiffanny Wen yang sudah mulai memerah.

Wajah Tiffanny Wen seketika memerah. Sekujur tubuhnya kaku, dia mengigit bibirnya, lalu menatap Dennis Lu yang kembali ke tempat duduk dengan mata marah.

Tiffanny Wen memotong steak sapi dihadapannya dengan marah, seperti daging itu adalah Andreas Lu saja. Andreas Lu tentu juga melihat sikap kekanak-kanakan Tiffanny Wen, menyicip seteguk anggur merah, tapi tidak mengatakannya.

Tiffanny Wen diam-diam makan, sedangkan Andreas Lu kadang-kadang mengejeknya, membuat wajah Tiffanny Wen menjadi lebih merah dari anggur.

Saat baru makan sampai setengah, ponsel Tiffanny Wen tiba-tiba berbunyi. Tiffanny Wen menurunkan pisau, mengeluarkan ponsel dengan penasaran. Ketika dia melihat nama di atas layar, matanya memancarkan kekejutan.

Apa? Bocah ini menelponku?

Andreas Lu tentu juga menyadari keanehan Tiffanny Wen, dia meletakkan pisau dengan anggun lalu mengelap mulut.

"Ada apa? Apa ada masalah?"

Tiffanny Wen menggelengkan kepala, "Bukan, ini adalah satu teman luar negeriku."

"Oh?" Andreas Lu mengerutkan dahi dengan tertarik, menatap Tiffanny Wen dalam diam. Sesungguhnya dia malah perhatian pada telepon Tiffanny Wen.

"Halo? Kamu pagi-pagi sudah bangun?"

"Apa yang pagi, Fanny, ini sudah malam kali."

Suara melambai itu terdengar, seketika wajah Andreas Lu masam.

Fanny?? Bahkan suara melambai, kenapa Tiffanny Wen bisa kenal pada seorang yang begitu aneh?

Sedangkan Tiffanny Wen juga menggertakan gigi bahkan merinding. Ingin mencekik mati orang yang tidak bicara baik-baik itu——karena kamu begitu suka berkata dengan suara leher yang tercekik, maka aku bantu kamu cekik!

Tapi juga hanya pikir-pikir saja. Tidak bilang dulu membunuh orang melanggar hukum atau tidak, Tiffanny Wen tidak merasa dia bisa mencekik pria itu ....

Tiffanny Wen mengelus dahi lalu menggertakan gigi, "Luis, kalau kamu bicara dengan suara seperti tercekek lagi, kamu percaya atau tidak aku yang bantu kamu cekik. Sudah kukatakan berapa kali! Jangan panggil aku Fanny!"

Mendengar ancaman yang sama sekali tidak ada bahaya itu, Andreas Lu tersenyum. Orang di ujung sambungan juga tetap tidak takut mati, lanjut bicara dengan suara seperti itu.

"Hiks, hiks, hiks, Fanny kamu marahi aku. Hiks, hiks, hiks, kalau ada perlu baru ingat aku."

Perkataan yang begitu membuat Tiffanny Wen dan Andreas Lu terkejut.

Hiks, hiks, hiks? Benak Tiffanny Wen muncul pria setinggi 170-an cm sedang menangis di sana!!

Membuat bulu kuduknya berdiri, Tiffanny Wen benar-benar tidak ada kesabaran untuk mendengarkan perkataan orang itu yang menjijikan.

"Sebenarnya ada apa denganmu? Bicara yang baik, kalau terus seperti ini, aku tonjok kamu, kamu sangat mungkin akan menangis."

"Hiks ..."

"Hm? Kamu masih hiks lagi? Aku tutup nih."

"Eh ... uhuk, uhuk, Fanny aku sudah pulang ke China ..."

Luis Chu yang kembali normal, suaranya sebenarnya sangat lembut dan sedikit serak. Sangat memikat, membuat orang bergetar.

Sayangnya orang itu adalah orang gila ... Tiiffanny Wen diam-diam merasa sayang dalam hati dan mengerutkan dahi.

"Iya, jadi?"

"Wah, Fanny kamu sangatlah dingin. Apakah kamu tidak senang sedikitpun?"

"Tidak, lanjut."

Andreas Lu yang mendengar juga lebih senang dan wajahnya tidak begitu masam lagi. Dia meminum anggur merah dan menatap Tiffanny Wen dengan tertarik.

Luis Chu juga terdiam dengan kedinginan Tiffanny Wen, tidak mengatakan apapun dalam waktu yang lama.

Tiffanny Wen melihat Luis Chu tidak megatakan apapun, mulai berubah tidak sabar.

"Jadi sebenarnya apa yang terjadi denganmu?"

Novel Terkait

Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu